Salin Artikel

Sejarah Hubungan Iran-Israel: dari Bersekutu hingga Jadi Lawan Mematikan

TEHERAN, KOMPAS.com - Israel menganggap Iran sebagai "ancaman eksistensial", tetapi sebenarnya kedua negara itu memiliki sejarah sebagai sekutu yang kuat.

Mereka sekarang berselisih lebih tajam dari sebelumnya tentang program nuklir Iran, dan terlibat dalam perang bayangan di Timur Tengah.

Berikut adalah rekap dari sejarah hubungan Iran-Israel yang tidak stabil selama setengah abad terakhir, sebagaimana yang dilansir dari AFP pada Kamis (15/4/2021):

Hubungan khusus

Sejak didirikan pada 1948, Israel memiliki hubungan dekat dengan Iran, yang menjadi negara Muslim kedua yang mengakui negara Yahudi setelah Turki.

Mereka menjadi sekutu di bawah raja terakhir Iran Mohammad Reza Pahlavi. Saat itu, Iran adalah rumah bagi komunitas Yahudi terbesar di Timur Tengah.

Negara Yahudi baru itu mengimpor 40 persen minyaknya dari Iran dengan imbalan senjata, teknologi, dan hasil pertanian.

Agen mata-mata Israel, Mossad, membantu melatih polisi rahasia raja, Savak, yang ditakuti.

Revolusi Islam

Revolusi Islam pada 1979 di Iran, raja digulingkan, yang secara dramatis mengakhiri persahabatan antara kedua negara.

Israel tidak mengakui Republik Islam baru.

Ayatollah menganggap Israel sebagai penjajah ilegal atas Yerusalem dan bertanggung jawab atas "genosida" orang Palestina.

Jihad Islam menjadi organisasi Islam Palestina pertama yang mengangkat senjata melawan Israel pada 1980, dengan Iran sebagai pendukung utamanya.

Meskipun demikian, Israel mengirim Teheran sekitar 1.500 rudal untuk membantunya melawan Saddam Hussein selama perang Iran-Irak yang berkecamuk dari 1980 hingga 1988.

Hezbollah diciptakan

Israel menginvasi ibu kota Lebanon, Beirut, untuk melawan kelompok-kelompok Palestina yang bermarkas di sana pada 1982.

Korps Pengawal Revolusi Islam elit Iran kemudian mendukung pembentukan kelompok militan Hezbollah, yang melakukan kampanye melawan pasukan Israel dari kubu Syiah di Lebanon selatan.

Israel menyalahkan Hezbollah atas serangan di luar negeri, termasuk di Argentina, di mana pemboman kedutaan besar Israel pada 1992 menewaskan 29 orang dan serangan 1994 terhadap pusat komunitas Yahudi menewaskan 85 orang.

Hapus peta

Iran mengatakan telah berhasil menguji rudal Shahab-3 yang mampu mencapai negara Yahudi itu pada 1998.

Israel mulai khawatir musuhnya sedang mengembangkan kapasitas nuklir.

Presiden garis keras baru Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan pada 2005 bahwa Israel ditakdirkan untuk "dihapus dari peta" dan bahwa Holocaust adalah "mitos".

Sentimen serupa dengan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang menyebut Israel sebagai "tumor kanker" yang akan dipotong dari Timur Tengah.

Ketika Iran melanjutkan pengayaan uranium di Isfahan, pada tahun yang sama, Israel meminta PBB dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk mencegahnya memperoleh senjata nuklir.

Ketika kesepakatan nuklir Iran ditengahi oleh kekuatan dunia pada 2015, Netanyahu mengecamnya sebagai "kesalahan bersejarah".

Dia adalah orang pertama yang memberi selamat kepada presiden AS saat itu Donald Trump, ketika dia menarik diri dari kesepakatan pada 2018.

Medan pertempuran Suriah

Israel secara resmi masih berperang dengan Suriah, tapi mengklaim berusaha menghindari konflik sipil saat ini sejak pecah pada 2011.

Mulai 2013, Israel melakukan ratusan serangan udara terhadap Hezbollah dan Iran di Suriah, karena mewaspadai kekuatan mereka membantu Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Persekutuan melawan Iran

Israel mulai membina hubungan dengan musuh lama Arab Saudi, lawan utama Iran.

Netanyahu mengatakan Israel dan negara-negara Arab Sunni terkemuka melihat "secara langsung" kekhawatiran tentang meningkatnya pengaruh Teheran.

Nuklir

Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan ahli nuklirnya Mohsen Fakhrizadeh pada 27 November 2020 dan bersumpah melakukan "balas dendam yang mengerikan".

Beberapa hari kemudian parlemen Iran membuat marah Barat dengan pemungutan suara untuk membatasi beberapa inspeksi nuklir oleh IAEA.

Serangan balas dendam

Benjamin Netanyahu pada 1 Maret 2021 menyalahkan Iran atas ledakan pada kapal induk milik Israel di Teluk Oman.

Teheran "dengan tegas" menolak tuduhan itu.

Dua minggu kemudian Teheran mengecam Israel karena "sabotase" serangan terhadap kapal Iran di Laut Mediterania.

Sebuah kapal barang Iran terkena ledakan pada 6 April di Laut Merah. Media AS melaporkan Israel menyerang kapal itu sebagai pembalasan atas serangan Iran di masa lalu terhadap kapalnya.

Pada 12 April, Iran menuduh Israel berada di balik serangan terhadap pabrik pengayaan uranium Natanz dan sekali lagi bersumpah akan melakukan "balas dendam".

Hari berikutnya Iran mengatakan akan mulai memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen.

https://internasional.kompas.com/read/2021/04/16/121149270/sejarah-hubungan-iran-israel-dari-bersekutu-hingga-jadi-lawan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke