Salin Artikel

5 Kisah Sejarah Raja dan Ratu yang Bertakhta di Usia Muda

KOMPAS.com - Dalam sejarah bercerita tentang sejumlah penguasa yang naik takhta di usia sangat muda dan memberikan pengaruh cukup besar dalam masyarakatnya kala itu.

Berikut para penguasa muda era sejarah dengan berbagai kisah sejarahnya, yang buruk maupun baik, sebagaimana yang dilansir dari History pada 2018:

1. Ptolemeus XIII Theos Philopator

Penguasa ke-13 dari Dinasti Ptolemaios Mesir, Ptolemy XIII, berkuasa pada 51 SM pada usianya sekitar 11-12 tahun.

Namun, ia merasa terancam dan iri dengan kepopuleran Cleopatra, saudaranya.

Kecemburuannya semakin meningkat pada 48 SM, hingga memicu Perang Saudara, setelah ia berkomplot dengan anggota istana yang berpengaruh dan mengusir Cleopatra dari Mesir.

Ptolemeus juga bersekutu dengan pemimpin Romawi Pompey, yang saat itu berperang dengan Julius Caesar.

Ketika Pompey dikalahkan dan tiba di Mesir mencari perlindungan, firaun remaja itu membunuhnya dalam upaya membuat Caesar terkesan. Ternyata tidak berhasil.

Saat tiba di Mesir, Caesar memaksa penguasa muda itu untuk berdamai dengan saudara perempuannya.

Ptolemeus XIII akhirnya memimpin pasukan Mesir melawan Romawi, tetapi Caesar mengalahkan pasukannya.

Penguasa muda itu kemudian diyakini tenggelam di Sungai Nil, saat ia mencoba melarikan diri dari penangkapan.

2. Fulin dari Kaisar Shunzhi

Kaisar ketiga Dinasti Qing, China, Fulin naik takhta saat ia berusia 5 tahun pada 1643, setelah kematian ayahnya.

Karena ia masih sangat muda, selama beberapa tahun berikutnya, kekaisaran dipimpin sementara oleh pamannya, Dorgon.

Hanya 7 tahun menggantikan, pamannya meninggal pada 1650. Shunzhi yang saat itu berusia 12 tahun akhirnya mengambil alih pemerintahan.

Waspada terhadap perebutan kekuasaan dari musuh-musuh politiknya, dia segera membina aliansi yang berbahaya dengan para kasim istana yang berpengaruh dan melakukan upaya untuk memerangi korupsi dan mengkonsolidasikan kekaisaran di bawah pemerintahan Qing.

Kaisar Shunzhi saat ini dikenang sebagai pemimpin yang berpikiran terbuka.

Dia mengabdikan waktu yang signifikan untuk mempelajari sains dan astronomi dan juga toleran terhadap berbagai agama.

3. Elagabalus

Kaisar Romawi Elagabalus naik takhta pada usia 15 tahun, pada 218 M setelah ibu dan neneknya memicu pemberontakan.

Penguasa muda ini menimbulkan banyak kontroversi selama menjabat, yang terbesar adalah soal kebijakannya yang mengizinkan aktivitas ke arah transgender dan prostitusi.

Ia yang dipandang sebagai penguasa yang korup, juga mendapat cemoohan dari kelas politik Roma karena mengizinkan ibunya memasuki aula senat khusus laki-laki.

Tidak berhenti di situ, ia membuat skandal luar biasa dengan menikahi perawan vestal, kelas pendeta wanita yang seharusnya tetap suci.

Alasannya adalah untuk menghasilkan keturunan seperti dewa.

Perilakunya yang tidak senonoh akhirnya membawanya pada kematian, ia dibunuh dan posisinya digantikan oleh sepupunya, Alexander Severus.

Menurut cerita, ia dikenang sebagai salah satu pemimpin Roma yang paling buruk.

4. Tutankhamen

Tutankhamen adalah seorang firaun Mesir yang diperkirakan telah memerintah selama 10 tahun pada abad ke-14 SM.

"Raja Tut" mewarisi takhta pada usia sekitar 9 atau 10 tahun dan awalnya memerintah Mesir di bawah arahan penasihat karena usianya yang masih muda.

Masa pemerintahannya bukanlah waktu yang signifikan dalam sejarah Mesir, tapi Tutankhamen melakukan beberapa perubahan sosial yang besar.

Salah satunya adalah adalah membalikan reformasi yang tidak populer dari ayahnya, Akhenaten.

Ia menolak keputusan Akhenaten bahwa dewa matahari Aten adalah satu-satunya dewa. Tutankhamen kemudian mengembalikan dewa Amun.

Ia juga mengembalikan Thebes sebagai ibu kota Mesir.

Raja Tut meninggal secara misterius sekitar usia 19 tahun

5. Mary, ratu dari Skotlandia

Mary Stuart, yang lebih dikenal dengan Mary adalah ratu dua negara yang terpisah sebelum dia berusia 18 tahun.

Mary menjadi Ratu Skotlandia karena ayahnya meninggal, hanya 6 hari setelah kelahirannya pada 1542.

Meskipun dia masih terlalu muda untuk memerintah, ia menjadi sosok yang sangat berpengaruh dalam hubungan internasional.

Pada 1543, Raja Henry VIII mengusulkan pernikahan masa depan antara Mary dan putranya Edward, karena ingin menyatukan Skotlandia dan Inggris.

Namun, parlemen Skotlandia menolak itu, yang menimbulkan ketegangan. Henry VIII menginvasi Skotlandia dan mencoba untuk memaksa pernikahan.

Pada 1548, Mary yang berusia 5 tahun dibawa ke Perancis untuk menjauhkannya dari jangkauan Inggris.

Pada usia 16 dia menikah dengan Francis II dan menjadi Ratu Perancis, sehingga ia memerintah di dua negara terpisah.

Namun, takhtanya di Perancis tidak lama, setelah kematian Francis pada 1561.

Pada 1561, Mary kembali ke Skotlandia untuk melanjutkan tugasnya sebagai ratu. Lalu, ia menikah kedua kalinya dengan Lord Darnley.

Namun, pemberontakan terjadi pada 1567 yang mengakibatkan suaminya tewas dan ia terpaksa melepaskan takhta. Setelah itu, ia melarikan diri ke Inggris.

Di sana dia dipenjara selama hampir 19 tahun, sebelum dieksekusi karena perannya yang tidak disadari dalam plot untuk menggulingkan Ratu Elizabeth I.

https://internasional.kompas.com/read/2021/04/08/080200170/5-kisah-sejarah-raja-dan-ratu-yang-bertakhta-di-usia-muda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke