Salin Artikel

Tak Kuat Menampung, Turki Izinkan Pengungsi Suriah Menuju Eropa

Sebabnya, negara pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan tersebut belum memiliki dukungan yang cukup untuk menampung jutaan pengungsi Suriah.

Keputusan ini dibuat menyusul serangan mematikan yang menimpa pasukan Turki di Idlib, kawasan utara Suriah.

Setidaknya 33 tentara Turki terbunuh dalam pengeboman di Idlib, provinsi terakhir di Suriah yang dikuasai pemberontak.

Pasukan dari pemerintah Suriah yang didukung oleh Rusia, berusaha merebut kembali Idlib dari kelompok-kelompok jihadis dan faksi pemberontak yang dibantu Turki.

Insiden itu memicu kekhawatiran meningkatnya tensi antara Turki dengan sekutu Suriah, yakni Rusia.

Yunani dan Bulgaria yang berbatasan dengan Turki, telah menambah pasukan untuk mencegah pengungsi masuk.

Polisi Yunani menembakkan gas air mata dalam upaya ini, demikian yang diberitakan BBC.

Terkait hal ini, Dewan Keamanan PBB akan segera bertemu untuk membicarakan insiden di Suriah.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell memperingatkan, situasi ini berisiko untuk jadi "konfrontasi militer internasional terbuka".

Mengapa Turki izinkan pengungsi Suriah ke Eropa?

Negara yang terbagi ke benua Asia dan Eropa ini sudah menampung 3,7 juta pengungsi Suriah, serta pengungsi dari negara lain seperti Afghanistan.

Sebelumnya, Turki melarang para pengungsi menuju Eropa karena ada perjanjian dengan Uni Eropa.

Perjanjian yang disepakati pada 18 Maret 2016 itu berisi larangan pengungsi masuk wilayah Uni Eropa.

Dengan perjanjian ini, Turki setuju menangani pengungsi yang memasuki Yunani, dan mengirim migran legal ke Uni Eropa.

Sebagai imbalannya, Uni Eropa memberi Turki 6 miliar euro, sekitar Rp 85,8 triliun, dan memberi akses bebas visa ke warga negara Turki pada Juni 2016 jika memenuhi 72 syarat.

TV Turki menunjukkan para pengungsi berjalan kaki ke perbatasan Yunani di dekat kota Edirne, kemudian lebih jauh ke selatan naik kapal menyeberangi Lesbos.

Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis mengatakan, "sejumlah besar" pengungsi telah berkumpul di perbatasan, tetapi dia menekankan "pengungsi ilegal tidak akan ditoleransi".

"Keamanan di darat dan laut telah diperketat," katanya dikutip dari BBC.

Direktur Komunikasi Turki, Fahrettin Altun, mengatakan para pengungsi itu sekarang juga merupakan masalah Eropa dan dunia.

Dikutip dari BBC, Altun berkata Turki "tidak punya pilihan" selain melonggarkan penjagaan perbatasan, karena tidak mendapat cukup dukungan untuk menampung pengungsi Suriah.

Altun sebelumnya juga pernah mengatakan, Turki tidak punya kapasitas menampung hampir satu juta warga Suriah yang melarikan diri dari pertempuran di Idlib.

Pria kelahiran Jerman itu menghimbau komunitas internasional untuk melindungi warga Idlib dari "genosida", dengan memberlakukan zona larangan terbang.

Setidaknya 465 warga sipil termasuk 145 anak-anak, tewas di Idlib sejak Desember. Anak-anak juga menderita karena kedinginan.

Namun kebijakan ini masih diselimuti tanda tanya sampai kapan dilakukan, karena Josep Borrell mengatakan Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavysoglu, meyakinkan bahwa Turki tetap berkomitmen mengendalikan aliran pengungsi ke Uni Eropa.

https://internasional.kompas.com/read/2020/02/29/18263431/tak-kuat-menampung-turki-izinkan-pengungsi-suriah-menuju-eropa

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke