Salin Artikel

Siapa Perdana Menteri Baru Malaysia? Muhyiddin, Anwar Ibrahim, atau...

Penjabat Perdana Menteri Mahathir Mohamad meminta DPR Malaysia atau Dewan Rakyat menggelar sidang istimewa Senin (2/3/2020) guna menentukan orang nomor satu Negeri “Jiran.

Namun, permintaan ini telah diveto oleh Raja Malaysia Sultan Abdullah, yang menyatakan bahwa dia akan menentukan siapa yang akan menjadi PM baru Malaysia setelah berkonsultasi dengan pimpinan partai.

Calon Perdana menteri yang berhasil meraih mayoritas 112 kursi akan menjadi PM kedelapan Malaysia.

Jika tidak ada koalisi yang berhasil mengumpulkan mayoritas kursi, Raja akan membubarkan parlemen dan menggelar pemilu dini.

Matematika politik Malaysia: Anwar Ibrahim vs Muhyiddin 

Analisa Kompas.com menunjukan belum ada calon Perdana menteri yang saat ini telah mengamankan mayoritas 112 kursi.

Kubu Pakatan Harapan yang mencalonkan politisi senior Anwar Ibrahim didukung oleh 93 parlementarian yaitu 42 dari Partai Aksi Demokratik (DAP), 40 dari Partai Keadilan Rakyat (PKR), dan 11 dari Partai Amanah.

Sementara itu Mahathir sebagai pimpinan Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) telah memutuskan mencalonkan Muhyiddin Yassin sebagai suksesornya.

Mantan Menteri Dalam Negeri itu sejauh ini telah didukung oleh koalisi politik yang terdiri dari Bersatu dan kubu oposisi Partai Islam Se-Malaysia (PAS) dan Barisan Nasional yang dimotori UMNO.

Jumlah dukungan Muhyiddin saat ini adalah 96 kursi. Koalisi Muhyiddin disebut-sebut akan diberi nama Perikatan Nasional. 

Partai-partai regional Sabah dan Sarawak yang memiliki 32 kursi menjadi kingmaker untuk memberikan mayoritas yang diperlukan oleh kubu Anwar dan Muhyiddin.

Walau memberi sinyal akan mendukung Muhyiddin, dua partai utama di Malaysia Timur yaitu Partai Warisan dan Gabungan Partai Sarawak (GPS) diyakini masih dapat mengubah posisi mereka bergantung dengan kesepakatan dan konsesi politik yang ditawarkan.

Kesepakatan politik ini tidak sesederhana matematika. Baik Warisan dan GPS hampir pasti akan meminta sejumlah konsesi politik yang belum tentu dapat disetujui oleh seluruh komponen partai di koalisi Anwar maupun Muhyiddin.

Salah satunya adalah permintaan GPS agar tidak ada partai oposisi yang melawan mereka di pemilu negara bagian Sarawak.

Kemungkinan lain yang dapat dilakukan baik Anwar maupun Muhyiddin adalah membentuk pemerintahan minoritas dengan dukungan confidence and supply atau mosi percaya dari Warisan dan GPS.

Pertanyaan lain yang juga muncul adalah mengenai hubungan Mahathir dan UMNO. Politisi 94 tahun itu tegas menyatakan menolak bekerjasama dengan mantan kendaraan politiknya itu. 

Mahathir merasa integritas dan warisan politiknya akan dipertaruhkan jika dia berkoalisi dengan partai yang kerap disebutnya korup dan dikalahkannya pada pemilu Mei 2018 itu.

Dr M, demikian dia sering dipanggil, memutuskan memilih Muhyiddin untuk mencapai kompromi politik dan mengindikasikan dia tidak ingin seluruh parlementarian dari UMNO bergabung di koalisi pemerintahan baru.

Muncul juga kabar bahwa tidak seluruh parlementarian dari Bersatu menyetujui berkoalisi dengan UMNO.

Menteri Olahraga Syed Saddiq dan sejumlah petinggi teras Bersatu dilansir Malaysia Kini dirumorkan menolak mendukung Muhyiddin, skenario yang dapat memecah Bersatu dan koalisi yang sedang digagas.

Tentunya akhir pekan ini menjadi masa kritis di mana politisi Malaysia akan terus berhubungan melalui telepon, sms, whatsapp untuk mencapai deal politik terbaik. Pertemuan-pertemuan politik juga akan bergulir.

Skenario politik mana yang paling mungkin terjadi menjadi teka-teki terbesar dari babak baru pertarungan Mahathir dan Anwar yang kembali menjadi seteru politik.

Pakarpolitik Malaysia Profesor James Chin dari Universitas Tasmania, Australia ketika dihubungi Kompas.com menuturkan masih terlalu dini untuk memprediksi.

“Hampir tidak mungkin memprediksi sekarang karena politisi Malaysia saat ini masih sibuk berpolitik dagang kuda.”

https://internasional.kompas.com/read/2020/02/28/20275721/siapa-perdana-menteri-baru-malaysia-muhyiddin-anwar-ibrahim-atau

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke