Salin Artikel

Perawat Ini Alami Diskriminasi Saat Merawat Pasien Virus Corona

"Saya duduk saat makan siang dan sepasang orang yang duduk di meja dekat saya bicara kerasa bahwa saya semestinya tidak duduk di sana dengan mereka." Ungkap Nurul. 

Semenjak virus corona merebak, perlakuan diskriminasi terhadap petugas kesehatan cukup banyak diberitakan.

Benjamin Ong, selain harus menunda pernikahannya karena fokus menjadi kepala perawat di tengah situasi wabah virus corona, juga berjuang melawan diskriminasi terhadap petugas kesehatan yang senasib dengannya.

Angka kasus terinfeksi Covid-19 semakin meningkat di Singapura, membuat tenaga medis mereka juga kerap mendapat diskriminasi.

Baru kali ini dari sepanjang empat tahun karirnya sebagai perawat, Nurul Ashikin mendapat pandangan yang mengesankan jijik kepadanya hanya karena dia seorang perawat.

Orang-orang yang kebetulan berada di dalam kereta yang sama dengannya juga menjauh. Meski begitu, Nurul memaklumi keadaannya.

Sebagaimana dilansir dari Asia One, dia mengatakan, "Pada masa seperti ini, kita tidak bisa menyalahkan orang-orang berlaku terlalu takut."

Kini, untuk mengurangi diskriminasi, Nurul mengganti seragam perawat dengan pakaian biasa sebelum pulang ke rumah.

Namun, Nurul juga merasa tersentuh tatkala dia mendapat perlakuan istimewa dari beberapa komunitas.

Misalnya, dia pernah mendapat prioritas mengantre pada 33 kios yang ada di pasar Pek Kio dan Pusat Makanan pada Jumat kemarin karena dia seorang perawat.

Kampanye itu akan terus diperpanjang sampai 31 Maret. Menurut Nurul, perlakuan semacam itu membuat hatinya tersentuh karena merasa pengorbanannya diapresiasi. "Bahkan ucapan terima kasih saja sudah lebih dari cukup," paparnya.

Kinerja Tenaga Medis Sangat Sibuk Selama Wabah Virus Corona

Pekerjaan tenaga medis sangat sibuk beberapa bulan belakangan ini. Nurul mengungkapkan, "Aku telah melewati peristiwa senang dan sedih selama beberapa pekan terakhir. Ada banyak perubahan petunjuk dan protokol setiap hari." 

"Semuanya nyaris kewalahan," tambah Nurul. Perawat muda ini ternyata dibesarkan oleh kedua orangtua yang juga perawat.

Ayah Nurul, Abdul Wahab Hassan (54) dan ibu Siti Zuraidah Khamis (49) keduanya telah menjadi perawat selama kurun 33 tahun untuk sang ayah dan 27 tahun sang ibu.

"Ketika Nurul ingin menjadi perawat, saya mendukungnya," ungkap Siti Zuraidah yang berprofesi sebagai kepala asisten perawat.

Pak Wahab, kepala perawat juga menambahkan, "Kami mengerti seberapa stresnya pekerjaan ini. Banyak orang memandang rendah kami karena pekerjaan kami dinilai kotor."

Pekerjaan sebagai perawat menurut Wahab membutuhkan gertakan dan penentuan. "Karena yang membuat kami bertahan selama 30 tahun sebagai perawat adalah keyakinan."

"Sudah merupakan tanggung jawab kami untuk merawat dan membuat pasien menjadi lebih baik. ketika kamu mengerjakan tugasmu dengan baik, orang-orang akan mengingatmu." tambahnya.

Wahab juga menceritakan bahwa dia punya beberapa pasien yang sering mengunjunginya dan dia merasa sangat bahagia.

https://internasional.kompas.com/read/2020/02/17/09042281/perawat-ini-alami-diskriminasi-saat-merawat-pasien-virus-corona

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke