Salin Artikel

Virus Corona Menyebar, Sentimen Anti-China Juga Meningkat

Di Italia, sebagai salah satu negara di Benua Eropa yang memiliki populasi warga China terbanyak, mengonfirmasi dua kasus terkait sinofobia.

Sepasang warga China yang baru tiba di Milan dari Wuhan pada libur Tahun Baru Imlek bulan lalu mengalami sentimen anti-China.

Di Milan, juga terdapat larangan bagi warga setempat untuk tidak datang ke restoran-restoran dan toko-toko China.

Direktur Sekolah Musik Santa Cecilia, Roberto Giuliani, sekolah musik tertua di dunia yang berada di Roma, dikritik oleh koleganya setelah aksinya yang berkaitan dengan sinofobia. 

Giuliani memberitahu muridnya yang berasal dari China, Jepang dan Korea Selatan untuk tidak masuk kelasnya sebelum memastikan mereka aman dari virus corona.

Media La Repubblica di Italia juga memublikasikan foto yang menunjukkan sebuah kafe di Roma memasang spanduk bertuliskan, "Semua orang yang datang dari China dilarang masuk."

Padahal, lebih dari 300.000 orang China tinggal di Italia dan sebanyak lima juta orang mengunjungi negara ini pada tahun 2018.

Dilansir dari The Guardian, Marco Wong, penasihat lokal di Kota Prato, sebuah rumah bagi populasi orang China memaparkan bahwa orangtua tidak mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah apabila terdapat murid lain yang berasal dari China.

Orang-orang juga menulis di internet tentang larangan pergi ke toko dan restoran China disamping berita hoaks yang menyebar seperti seorang warga Italia yang tinggal di Wuhan mengetahui rahasia laboratorium yang menciptakan virus corona.

Anti-China juga dirasakan oleh Emily Jane O'Dell, seorang kolega profesor yang mengajar di Universitas Sichuan-Institut Pittsburgh, Republik Rakyat China, meski dia bukan orang Asia.

Emily Jane O'Dell melaporkan dalam counterpunch.org, sentimen anti-China dalam beberapa candaan rasis seperti dirty Asians dan sup kelelawar.

Menurut O'Dell, video tentang sup kelelawar yang sempat viral di media sosial itu diambil di Micronesia, bukan China.

Teman O'dell yang berasal dari AS juga pernah mengatakan bahwa akan melemparkan semua orang China ke kamp pengasingan seperti yang telah mereka lakukan kepada orang Jepang.

Anti-China ini kemudian diketahui tidak hanya berada di AS tapi juga menyebar layaknya corona di Eropa, Korea Selatan, dan Filipina. 

Lebih jauh, O'Dell menceritakan kalau anggapan masyarakat dunia tentang Wuhan sangat berlebihan.

Kabar sensasional tentang pasar satwa liar di Wuhan yang terindikasi virus membuat abai pada seluruh aspek budaya dan sejarah yang ada di Wuhan. 

Menurut O'Dell, masyarakat China sebenarnya menghindari makanan yang memiliki unsur protein yang tidak biasa, yang di masa lampau menjadi makanan 'darurat' saat terjadi wabah kelaparan.

Meski stereotipe tentang China kebanyakan tentang konsumsi makanan kotor dan sisa-sisa hewan mati.

Kenyataannya, O'Dell menikmati makan malam di restoran dengan beragam makanan enak dan bernutrisi tinggi seperti Salad Vegan China, Pizza Vegan India, Pizza Amerika dan bahkan Tex-Mex burito dengan guacamole yang lezat.

Orang-orang China khususnya para pelajar di China juga fokus pada konservasi alam liar, pelestarian Hutan Amazon sebagai pusat paru-paru dunia dan upaya-upaya pengurangan jejak karbon. 

https://internasional.kompas.com/read/2020/02/10/14434851/virus-corona-menyebar-sentimen-anti-china-juga-meningkat

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke