Salin Artikel

China Akui Kekurangan Alat-alat Medis untuk Perangi Virus Corona

Pernyataan itu diungkapkan Wakil Kepala Biro Administrasi Medis Komisi Kesehatan Nasional, Jiao Yahui, dalam konferensi pers.

Dilansir SCMP Selasa (28/1/2020), Jiao mengatakan, kekurangan alat medis menjadi batu sandungan terbesar China dalam menanggulangi virus corona.

Dia menuturkan, Beijing sebenarnya sudah mengerahkan 6.000 personel kesehatan dari berbagai negara ke Hubei, provinsi yang menjadi sumber penyebaran virus.

Jiao menjelaskan lebih dari 4.000 tenaga medis sudah sampai, dengan sekitar 1.800 sisanya bakal sampai pada Selasa malam waktu setempat.

Di sana, mereka akan bekerja di Wuhan, kota yang pertama kali melaporkan adanya virus China, dan kota-kota yang masih berada di Hubei.

Adapun di Wuhan, lebih dari 10.000 ranjang rumah sakit sudah dipersiapkan untuk menangani para pasien yang positif terinfeksi.

Meski begitu, Jiao berujar bala bantuan yang dikerahkan pemerintah pusat tidak bisa langsung bekerja karena kurangya peralatan. Misalnya adalah pakaian pelindung.

"Selain masalah kekurangan pakaian pelindung, beberapa alat medis yang kami punya tidak bisa didistribusikan ke garis depan," ungkap Jiao.

Di Shanghai, sprai anti-virus spektrum luas telah dikembangkan dan disemprotkan di bangsal darurat Pusat Klinik Kesehatan Publik untuk melindungi tim medis.

Namun, Direktur Pusat Kesehatan Institut Penyakit Menular Xu Jianqing, sprai tersebut tak bisa digunakan mengingat belum mendapat persetujuan.

Penularan lewat kontak fisik jarak dekat

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China membeberkan laporan manajemen risiko berdasarkan 2.744 kasus yang terinfeksi virus corona pada Minggu (26/1/2020).

Dalam laporan yang dirilis Senin (27/1/2020), badan itu menyebut penularan utama virus Wuhan itu melalui pernapasan serta kontak fisik.

Dalam laporan itu, virus corona tersebut sangat menular, dengan jumlah reproduksi (rerata kasus yang mengalami peningkatan) berada di angka 2-3.

"Saat ini, belum ada bukti sahih yang menyatakan bahwa penyakit itu dapat menular selama masa inkubasi," terang badan pengendalian penyakit.

Lembaga itu memaparkan, ada kemungkinan jumlah orang yang tertular, baik di Wuhan maupun Provinsi Hubei, meningkat karena transimisi komunal.

Dalam laporan itu, dikatakan rasio orang yang terinfeksi dari pria ke perempuan mencapai 1,16:1, dengan 0,6 persen yang tertular berusia di bawah 15 tahun.

Kemudian 16,8 persen pasien sudah mengalami pneumonia, dengan tingkat kematian tidak kurang dari tiga persen, jelas lembaga itu.

Pakar unit penyakit menular di Rumah Sakit Ditan Li Xingwang berkata, pasien dengan level iinfeksi ringan bisa pulih dalam waktu sepekan.

Sementara pasien yang sudah menunjukkan gejala lebih serius membutuhkan waktu perawatan selama dua pekan atau lebih, berdasarkan data yang ada.

Li menyebut, beberapa pasien tidak memperlihatkan gejala pneumonia, mereka hanya mengalami demam ringan hingga batuk-batuk.

Sementara yang lain menderita mulai dari kesulitan bernapas hingga mengalami kegagalan dalam sistem pernapasan," beber Li.

https://internasional.kompas.com/read/2020/01/28/15571421/china-akui-kekurangan-alat-alat-medis-untuk-perangi-virus-corona

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke