Salin Artikel

[POPULER DI KOMPASIANA] Kasus Perkosaan Reynhard Sinaga | Efek Konflik AS-Iran | Mencari Lucu dari "Dark Comedy"

KOMPASIANA - Reynhard Sinaga (36) mahasiswa S-3 Indonesia yang kini tengah melanjutkan studinya di Inggris, dihukum seumur hidup setelah terbukti melakukan 159 pemerkosaan.

Hakim Suzanne Goddard, bahkan, menyebutkan kasus Reynhard Sinaga adalah kasus pemerkosaan terbesar dalam sejarah Inggris.

Dari awal persidangan kasusnya, Reynhard secara konsisten mengatakan, hubungan seksual yang dilakukan merupakan atas dasar suka sama suka, walau kemudian terungap fakta pengadilan bahwa para korban tidak sadarkan diri.

Nahasnya, ketika pemberitaan itu mulai ramai diperbincangkan, ternyata respons orang-orang di Indonesia justru melebar alias melenceng jauh. Alih-alih mencari motif atau fakta persidangan lain, kita justru ingin tahu hal-hal yang tidak terkait sama sekali.

Selain topik mengenai kasus perkosaan yang dilakukan oleh Reynhard Sinaga, pada pekan ini Kompasiana juga diramaikan bahasan dan artikel menarik lainnya, seperti konflik AS-Iran hingga kisah sukses Canva sebagai penyedia aplikasi.

Berikut 5 artikel yang menarik dan terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:

1. Adilkah Pengadilan Britania Raya terhadap Reynhard Sinaga?

Tidak ada yang perlu diperdebatkan dari kasus Reynhard Sinaga. Perbuatannya jahat karena telah melakukan perkosaan, tegas Kompasianer Nana.

Akan tetapi dari banyak fakta-fakta baru saat dan setelah persidangan, ada yang kemudian menjadi pertanyaan, seperti mengapa Reynhard Sinaga dikatakan sama sekali tidak menunjukkan raut penyesalan ketika divonis bersalah?

Hal tersebut dinyatakan oleh Hakim Pengadilan dan diperkuat oleh pernyataan Minister Counselor KBRI, Thomas Ardian Siregar bahwa Sinaga tidak menyesali perbuatannya, karena yang ia lakukan dengan korban atas dasar suka sama suka.

"Hmm... saya kurang paham hukum sebenarnya, tapi melihat dari pemberitaan atas dirinya yang ternyata psycho, mengapa tidak ada tes gangguan kejiwaan?" tulis Kompasianer Nana. (Baca selengkapnya)

2. Menguak Akar LGBT dari Sudut Pandang Hipnoterapis

Sejak munculnya kasus Reynhard Sinaga, menurut Kompasianer Endro S. Efendi, seperti membuktikan bahwa mereka yang suka dengan sesama jenis memang ada dan jumlahnya tidak sedikit.

"Saya pribadi, sejak membuka praktik hipnoterapi klinis, hampir setiap hari ada saja yang konsultasi," tulisnya.

Sebagai contoh, ini pernah terjadi pada Januari 2016. Sahabatnya, seorang perempuan, mengeluhkan tentang keberadaan adik iparnya yang ternyata diam-diam memiliki perasaan suka terhadap sesama jenis.

"Begitu duduk di kursi terapi, ternyata klien langsung bereaksi. Pertahanannya bobol, diiringi rembesan air mata yang meleleh dari kedua pelupuk matanya," lanjut Kompasianer Endro S. Efendi. (Baca selengkapnya)

3. Ramai-ramai Simpan Emas Gara-gara "Trending World War 3"

Beberapa hari terakhir jagat media sosial diramaikan dengan trending "world war 3" seiring ketegangan geopolitik yang meninggi di kawasan Timur Tengah pasca terbunuhnya Jenderal Qassem Soleimani oleh hantaman rudal pesawat tanpa awak militer Amerika Serikat (AS).

Ketegangan ini, tulis Kompasianer Agil S Habib, berimbas tidak hanya terhadap hubungan kedua negara, melainkan juga terhadap aspek lain seperti perekonomian.
Harga minyak dunia ditengarai akan naik pasca terjadinya peristiwa ini, lanjutnya.

Akan tetapi, ternyata bukan hanya minyak saja yang menjadi dampak langsung karena konflik tersebut. Para pelaku investasi pun turut merasakan kekhawatiran serupa terhadap hal ini. Emas, misalnya. (Baca selengkapnya)

4. Belajar dari Kisah Sukses Canva

Ada lelucon lawas sejak era internet semakin berkembang pesat seperti sekarang: di dunia ini hanya ada 2 jenis orang, mereka yang menggunakan Photoshop dan mereka yang tidak.

Tentu bagi orang yang setiap harinya bergelut dengan dunia fotografi atau desain grafis, menggunakan perangkat tambahan untuk mengedit foto atau ilustrasi adalah kewajiban.

Namun, bagaimana dengan mereka yang non-profesional? Maksudnya, orang-orang yang sekadar ingin menyalurkan atau belajar cara membuat ilustrasi atau hasil foto yang baik?

Kini kita mengenal perangkat lunak bernama "Canva".

"Alat-alat Canva sederhana dan sangat mudah digunakan. Antarmuka-nya ramah pengguna dan intuitif. Canva menyediakan beragam templat/tema, font, warna, dan foto gratis yang bisa dipilih dan digunakan penggunanya," tulis Kompasianer Himam Miladi. (Baca selengkapnya)

5. Sulitnya Menemukan Kelucuan dari Komedi Gelap

Komedi gelap memang dibangun dalam kerangka yang mungkin saja menyinggung sebagian orang. Rumit, penuh kompleksitas.

Karena itulah, komedi gelap seringkali terbentuk dari sebuah kemarahan, pemberontakan, namun tetap tak meninggalkan sisi komedinya meski dibangun tipis-tipis.

"Orang lebih mudah menemukan ketersinggungan, bahkan mungkin terpicu untuk terbakar amarah," tulis Kompasianer Handi Aditya.

Namun, untuk bisa menikmati komedi gelap, lanjutnya, bukan berarti tujuannya adalah semata untuk melukai. (Baca selengkapnya)

 

https://internasional.kompas.com/read/2020/01/13/21291911/populer-di-kompasiana-kasus-perkosaan-reynhard-sinaga-efek-konflik-as

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke