Salin Artikel

Jadi Pembicara di Singapura, Ini 3 Kecemasan Obama setelah Tak Menjabat

Kegelisahan itu dia lontarkan ketiak menjadi pembicara dalam acara tertutup yang digelar di Singapura pada Senin (16/12/2019).

Kompas.com berkesempatan untuk datang dalam kegiatan yang dihadiri sekitar 4.500 orang, kebanyakan adalah eksekutif senior, di Expo yang berdekatan dengan Bandara Changi.

Selama satu jam, Obama yang tampil santai dengan kemeja biru dibalut jas hitam membahas gaya memimpinnya dan isu terhangat dunia saat ini.

Presiden ke-44 AS itu mengatakan, ada tiga isu yang menjadi sorotannya setelah dia meninggalkan Gedung Putih 2017 lalu.

Polarisasi Politik

Suami Michelle Obama ini menyampaikan kecemasan mengenai semakin tajamnya polarisasi politik, baik di negara berkembang maupun negara maju.

Menurutnya, jika terlihat dari luar, masyarakat terlihat baik dan damai. Namun dalam 10 tahun terakhir, terjadi disrupsi setelah krisis ekonomi global.

Obama menyampaikan, warga di AS dan Eropa, terutama pekerja kerah biru, merasa kalah karena globalisasi, automasi, dan outsourcing.

"Mereka marah karena meningkatnya kesenjangan sosial, kehilangan pekerjaan, status, dan khawatir dengan masa depan anak-anak mereka,” tutur Obama.

Akibatnya menurut mantan presiden dari Partai Demokrat itu, muncullah gerakan politik populis kanan maupun kiri yang cenderung rasis serta sektarian.

Obama menjelaskan, ideologi populis ini dipimpin oleh strongman atau "orang kuat", yang mampu mengeksploitasi perpecahan dan memainkan hati pemilih untuk mencapai kekuasaan.

Dia pun memperingatkan agar masyarakat dunia tidak lengah karena apa yang tengah terjadi dapat mengulang tanda politik sebelum meletusnya Perang Dunia I dan II.

Perubahan Iklim dan Media Sosial

Mantan Presiden AS yang pernah menghabiskan masa kecil di Jakarta pada akhir 1960-an itu kemudian menyoroti perubahan iklim sebagai isu kedua yang dicemaskannya.

“Jika ada yang tidak percaya bahwa ilmu sains jelas menyatakan perubahan iklim nyata, kita dapat lagi berdiskusi.” kata Obama seraya bergurau.

Dia menjelaskan naiknya permukaan air laut, semakin seringnya kabar kekeringan, dan mencairnya es di kutub adalah fenomena alam yang bisa memicu krisis keamanan nasional.

Kemudian, ayah dari dua orang putri itu menyinggung media sosial sebagai persoalan ketiga yang begitu diperhatikannya.

“Awalnya kita pikir media sosial baik. Saya tidak akan terpilih jika tidak ada media sosial yang sangat berperan meningkatkan antusiasme pemilih, relawan, dan donor," terangnya.

Namun, presiden pertama dari Afro-Amerika itu menekankan semakin meningkatknya penggunaan media sosial untuk menyebarkan kebencian serta hoaks adalah fenomena yang merisaukan.

"Yang jadi sumber masalah sekarang bukan lagi perbedaan opini, melainkan setiap orang punya kebenaran masing-masing. Termasuk menggunjingkan hal yang sudah jelas mana benar dan mana salah," paparnya.

Resep-resep Kepemimpinan

Selama jadi pembicara di Singapura, Obama juga membagikan pandangannya mengenai kepemimpinan, di mana dia menegaskan pentingnya regenerasi di politik.

Presiden yang berkuasa pada periode 2009 sampai 2017 itu menyindir para pemimpin senior uzur yang tidak kunjung membuka jalan bagi generasi muda.

“Seorang pemimpin harus ingat bahwa dia dipilih untuk melayani, bukan untuk berkuasa seumur hidup, bukan untuk kepentingan kekuasaan sendiri," jelasnya.

Dia berkata biasanya semakin lama seseorang berkuasa, maka mulai muncul keinginan memenuhi kepentingan diri sendiri daripada negara.

Terakhir, lulusan Harvard ini membagikan filosofinya bahwa untuk jadi pemimpin yang baik, orang itu harus tahu bagaimana mengenali, membimbing, dan memberdayakan talenta lain.

Dia menuturkan calon pemimpin tersebut harus membangun sebuah tim dengan talenta yang beranekaragam, dan meletakannya di mana mereka akan bersinar.

"Jangan malahan takut karena ada yang lebih pintar dari kita. Inilah yang saya lakukan di Gedung Putih ketika menjabat," klaimnya.

Acara bertajuk "In Conversation with President Barack Obama" ini digelar oleh The Growth Faculty, sebuah perusahaan Australia yang khusus menggelar seminar bisnis dengan menghadirkan pembicara ternama internasional.

Nama-nama besar yang pernah diundang adalah mantan kandidat presiden dari Demokrat Hillary Clinton, peraih Nobel Perdamaian Malala Yousafzai, dan aktor George Clooney.

Adapun ini adalah kali pertama bagi mereka untuk menghelat diskusi di Singapura, setelah sebelumnya diselenggarakan di Australia.

https://internasional.kompas.com/read/2019/12/16/20121671/jadi-pembicara-di-singapura-ini-3-kecemasan-obama-setelah-tak-menjabat

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke