Salin Artikel

Pemerintahan Baru Gagal Terbentuk, Israel Bakal Gelar Pemilu Ketiga dalam Setahun

Pemilu kali ini tak biasa. Sebab bakal menjadi pemilu ketiga dalam rentang waktu setahun terakhir, dan yang pertama dalam sejarah negara tersebut.

Diwartakan The Times of Israel Kamis (12/12/2019), Knesset atau parlemen Israel telah resmi bubar tengah malam waktu setempat.

Kebuntuan Politik Kronis

Kegagalan pembentukan pemerintahan baru sejak pemilu kedua pada 17 September lalu menjadi alasan pemilu ketiga ini harus digelar.

Baik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari Partai Likud, maupun oposisi Jenderal Benny Gantz dari Kahol Lavan gagal mencapai angka 61 kursi untuk membentuk pemerintahan mayoritas.

Presiden Reuven Rivlin turun tangan, dan mendesak Netanyahu dan Gantz membentuk koalisi guna mengakhiri kebuntuan politik sejak pemilu pertama 9 April 2019.

Salah satu usul yang diajukan oleh Netanyahu dengan Gantz adalah, mereka bergiliran menjabat sebagai PM dengan rotasi masing-masing dua tahun.

Tetapi, ide ini tidak terealisasi karena tak kunjung tercapainya kompromi di antara dua politisi tersebut.

Gantz menegaskan, dia tidak bisa berkoalisi dengan seseorang yang tengah tersandung kasus hukum, dalam hal ini Benjamin Netanyahu.

PM berusia 70 tahun itu didakwa korupsi berupa penyuapan, pemalsuan, dan penyalahgunaan jabatan dengan menerima hadiah dari pengusaha kaya menaikkan citranya di media lewat kegiatan amal.

Sementara sang petahana menolak mentah-mentah usul agar dia mundur sebagai Ketua Likud, dan membuka jalan bagi pembentukan koalisi.

Faktor lain koalisi itu tak tercapai adalah Gantz ingin Netanyahu mendepak gabungan partai sayap kanan ultra-nasionalis religius dan Yahudi ultra-Ortodoks yang mendukungnya.

Selain itu, Netanyahu menolak tuduhan korupsi yang dialamatkan kepadanya, dan menuding ada kudeta untuk menggulingkan pemerintahannya.

Potensi Pemilu Keempat?

Meski waktunya diumumkan, perhelatan pemilu ketiga disikapi publik dengan ragu, di mana survei menunjukkan Likud dan Kahol Lavan berpotensi gagal membentuk pemerintahan mayoritas.

Pemimpin partai nasionalis Yisrael Beiteinu, Avigdor Lieberman, diyakini akan kembali menjadi kingmaker menentukan masa depan politik Israel.

Keputusan mantan sekutu Netanyahu tak berpihak kepada keduanya selama dua perhelatan pemilu menyulitkan langkah Gantz dan Netanyahu.

Lieberman telah menegaskan, dia tidak akan pernah berkoalisi dengan Netanyahu jika tak mendepak mitra koalisi partai sayap kanan.

Sementara Gantz juga tidak akan didukung selama yang bersangkutan masih disokong Partai Arab atau koalisi Joint List.

Gantz sendiri telah berdiskusi dengan pemimpin Joint List Ayman Odeh yang memimpin koalisi ketiga terbesar dengan 13 kursi di Knesset.

Krisis politik terparah dalam sejarah itu melumpuhkan Israel. Sebab, pemerintahan Netanyahu hanya berfungsi sebagai karteker tanpa punya wewenang baik di pengambilan keputusan maupun anggaran.

Rakyat Israel menunjukan kemarahannya terhadap elit partai yang dinilai terlalu mementingkan ego politik mereka.

Jika pemilu ketiga juga gagal menghasilkan pemerintahan baru, maka bukan tidak mungkin pemilu keempat harus digelar paling lambat pada akhir musim panas 2020.

https://internasional.kompas.com/read/2019/12/12/20471251/pemerintahan-baru-gagal-terbentuk-israel-bakal-gelar-pemilu-ketiga

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke