Salin Artikel

Trump Disebut Perintahkan Tekan Ukraina untuk Selidiki Joe Biden

Pernyataan itu diutarakan oleh Duta Besar AS untuk Uni Eropa, Gordon Sondland, di hadapan Komite Intelijen DPR AS dalam rangkaian sidang pemakzulan Trump.

Dilansir BBC Rabu (20/11/2019), Sondland mengatakan, perintah itu datang dari pengacara pribadi presiden 73 tahun, Rudy Giuliani.

Penyelidikan pemakzulan itu untuk menentukan apakah Trump sengaja menahan bantuan militer kepada Ukraina, di mana dia mengaku tak bersalah.

Kebijakan untuk meminta bantuan negara asing untuk kepentingan politik pribadi adalah ilegal, dengan Joe Biden adalah calon penantang Trump di Pilpres AS 2020.

Di sidang, Sondland mengutarakan bahwa Giuliani berniat mencari pernyataan publik dari Presiden Volodymyr Zelensky untuk mengumumkan investigasi "dugaan korupsi".

Secara spesifik, Giuliani menyebut Burisma, perusahaan di Ukraina di mana putra Biden, Hunter, menjabat sebagai dewan, serta isu yang menyelimuti Pilpres AS 2016.

Jika DPR AS (House of Representatives) memutus bahwa Trump bersalah, maka agenda pemakzulan presiden ke-45 AS itu bakal berlanjut ke level Senat.

Namun di Senat yang dikuasai Republik, butuh dua per tiga suara untuk memutus sang presiden bersalah, dan mendomplengnya dari jabatannya.

Bagaimana Pernyataan Lengkap Sondland?

Dalam keterangan awalnya, Sondland mengungkapkan dia bekerja bersama Giuliani "sesuai dengan arahan yang diberikan oleh presiden".

Meski dia merupakan Dubes Uni Eropa, pekerjaannya mencakup Ukraina yang notabene bukan anggota dari organisasi terbesar Benua Biru itu.

Dia menjelaskan, sejatinya dia tidak ingin bekerja bersama Giuliani. dan menegaskan dia hanya menjelaskan tugas yang diberikan padanya.

"Kami tentu mengerti jika kami menolak bekerja sama, kami akan kehilangan kesempatan penting memperkuat relasi AS dan Ukraina," paparnya.

Sondland membenarkan Trump sudah meminta investigasi terhadap Joe Biden sebagai ganti kunjungannya ke Washington, atau dalam istilahnya, quid pro quo (kebaikan dibalas kebaikan).

"Saya paham jika anggota di komite ini sering membingkai isu rumit ini dengan satu pertanyaan. Apakah ada quid pro quo?" tanya Sondland.

"Berdasarkan kesaksian yang saya berikan, dengan hormat merujuk kepada pertemuan atau panggilan dari Gedung Putih, maka saya jawab benar adanya," ungkapnya.

Bagaimana pun, Sondland menuturkan dia tidak pernah mendengar dari presiden bahwa bantuan militer itu bakal dicairkan jika investigasi digelar.

Diplomat AS itu mengatakan, dia menentang penangguhan bantuan militer ke Ukraina, dan tak pernah diberi tahu mengapa ditahan.

Dia menjadi yakin penangguhan itu ada hubungannya dengan penyelidikan putra Joe Biden, dan segera memberitahukannya kepada staf Zelensky.

"Saya yakin bantuan itu tidak akan segera dicairkan hingga Kiev mengambil langkah seperti mengumumkan kepada publik apa yang kami diskusikan selama berpekan-pekan," paparnya.

Dia melanjutkan, pimpinan kementerian luar negeri, Dewan Keamanan Nasional, hingga Gedung Putih sudah mengetahui rencana itu.

Si dubes mengaku, dia bahkan sempat mendiskusikannya dengan Wakil Presiden Mike Pence ketika bertandang ke Warsawa, Polandia, September lalu.

Kepala staf Pence langsung menyanggah dengan menyatakan orang nomor dua Negeri "Uncle Sam" itu tidak pernah berbicara kepada Sondland.

Trump juga membantah dengan membacakan langsung transkrip percakapan teleponnya dengan Sondland. "Saya tak ingin apa pun. Itu yang saya mau dari Ukraina," terangnya.

Suami Melania itu menyatakan bahwa dia "tidak terlalu mengetahui" dubes yang dia lantik pada Juli 2018, dan menyebut dia "sepertinya orang baik".

Begitu juga dengan Giuliani. Dia juga membantah testimoni yang diberikan Sondland, dengan mengatakan dia tak pernah bertemu dengannya.

https://internasional.kompas.com/read/2019/11/21/13220631/trump-disebut-perintahkan-tekan-ukraina-untuk-selidiki-joe-biden

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke