Salin Artikel

Gig Economy, Bom Waktu yang Sedang Berdetak

Namun, calon juara sering berakhir seperti WeWork, yang gagal melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) pada Agustus lalu menunjukkan dugaan adanya penurunan keuntungan sebesar 75 persen dari 40 miliar dollar AS menjadi 10 miliar dollar AS.

Sang pendiri perusahaan yang berambut panjang dan perokok ulung, Adam Neumann, pun raib dengan penuh aib. Menurut laporan media baru-baru ini, kondisi itu bisa menyebabkan krisis keuangan.

Foodpanda, bagian dari grup Delivery Hero yang terdaftar di bursa saham Jerman menghadapi tantangan di Malaysia – sebuah pasar yang diklaim Managing Director lokalnya, Sayantan Das, telah dikuasai 92 persen per Juni 2018.

Baru-baru ini, layanan pengiriman makanan tersebut berusaha mengubah ketentuan pembayaran kepada pengendara sepeda motor yang merupakan aset penting perusahaan.

Hal ini memicu mogok dari para pengendara, serta pengawasan pemerintah di bawah administrasi Pakatan Harapan (PH) Tun Dr. Mahathir Mohamad yang memiliki fokus "berbagi kemakmuran".

Kontroversi tersebut menggarisbawahi besarnya risiko gig economy.

Tim Ceritalah menghadiri dialog emosional antara pengendara Foodpanda dan Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, beberapa waktu lalu.

Muhammad Hajid, seorang siswa sembilan belas tahun yang kurus dan cerewet, adalah salah satu dari mereka yang hadir di kediaman menteri. Dia menjadi kurir makanan paruh waktu sejak Desember 2018. Dia berharap dapat menanggung biaya kuliah dan membantu ibunya.

Awalnya, menurut Hajid, semua berjalan dengan baik. Dia mengklaim pada September lalu--saat libur semester—dia bisa membawa pulang MYR3000. Itu hasil kerja kerasnya. Hajid mencatat mendapatkan 28 shift dalam sebulan (yang pada dasarnya 315 jam) dan 311 pengiriman.

"Saya berencana untuk melakukan ini penuh waktu karena bayarannya sangat baik," Hajid bercerita.

Namun, dengan perubahan sistem pembayaran Foodpanda, Hajid menjadi ragu akan masa depannya. Mengapa?

Foodpanda menghapus sistem gaji tetap per jam dan menggantinya dengan pembayaran per pengiriman, dengan bayaran yang lebih tinggi.

Sistem ini memberikan ketidakpastian yang lebih besar. Hajid juga berpandangan bahwa penghasilannya akan turun.

Menurut Hajid, pengemudi baru kini harus membayar sendiri tas bungkus Foodpanda. Dulu, ketika dia bergabung, tas tersebut disediakan gratis.

Harga RM160 tambahan mungkin tidak terasa mahal (ini dikurangi dari pendapatan bulanan mereka). Tetapi harga tas yang harus dibayar pengendara memberikan indikasi tentang kompetisi yang terus berkembang di pasar Malaysia.

Apalagi, sejak Mei 2018, kelompok penyedia jasa transportasi dengan dukungan dana besar, Grab, juga telah mengoperasikan jasa pengiriman makanan.

Ini adalah konflik antara para raksasa yang bertarung di berbagai medan pertempuran nasional, dan umumnya dengan uang orang lain.

Sementara itu, induk perusahaan Foodpanda, Delivery Hero, yang terdaftar di bursa efek Frankfurt pada 2017 (IPO terbesar tahun itu di Jerman) memiliki kapitalisasi pasar sekitar 8,4 miliar dollar AS.

Menariknya, pengendara sepeda motor bekerja dengan persyaratan kontrak yang sangat berbeda di seluruh Asia Tenggara. Walau tak ada satu peraturan pasti--tapi terlihat bahwa fasilitas asuransi kesehatan dan kecelakaan kurang diperhatikan.

Meskipun demikian, di Filipina—pasar yang besarnya tiga kali ukuran Malaysia--GrabFood punya dorongan ekspansi yang ambisius.

Mary France Pascua Bal’ot, seorang perempuan berumur 32 tahun yang membantu ibunya untuk mendapat biaya pemesanan, bercerita bahwa dia menerima kompensasi per kilometer serta 20 persen dari biaya pesanan.

Istilah-istilah itu terdengar mewah jika dibandingkan dengan yang ditawarkan di Malaysia dan bahkan Indonesia.

Di Vietnam, perhitungannya bahkan lebih sederhana dan lebih murah hati. Saat ini, Grabfood membayar 60 persen dari ukuran pesanan.

Di Indonesia, setelah kekacauan yang cukup besar, pihak berwenang harus turun tangan. Pemerintah memaksa dua 'decacorn' besar, GoJek dan Grab, untuk mengakhiri perang diskon besar-besaran.

Menariknya, Foodpanda ditutup di Indonesia pada 2016. Memang, tampaknya layanan pengiriman makanan mandiri rentan di pasar yang didominasi layanan transportasi sepeda motor.

Untuk Gojek, layanan pengiriman makanan hanyalah satu dari banyak jasa yang mereka tawarkan.

Menurut Presiden Gojek Group, Andre Soelistyo, layanan pengiriman makanan, GoFood, merupakan permintaan terbesar kedua di dunia, di luar China, dengan lebih dari 15 juta makanan dikirim sejak awal.

Dengan otoritas Malaysia yang tengah mempertimbangkan masuknya perusahaan layanan transportasi, GoJek, masa depan bisa jadi makin kurang menjanjikan untuk Foodpanda.

Para pengemudi perlu menyadari bahwa mereka hanyalah roda kecil dalam kontes global raksasa yang bermodal besar.

Para raksasa yang berkontestasi akan mengubah strategi dan sumber daya antarpasar sesuka hati. Bahkan para politisi dan pemerintah sering terperangkap oleh kecepatan perubahan ini.

Kini, dalam era gig economy, bisa dimengerti jika orang seperti Muhammad Hajid mulai khawatir dengan masa depan pekerjaan kurir makanan apakah bisa menjanjikan dan berkelanjutandalan. 

Ketentuan pembayaran, komisi, bonus akan terus berubah dan bahkan bisa hilang - terutama karena teknologi makin canggih dan semakin dapat diandalkan!

Ingat itu semua adalah tentang uang.

 

https://internasional.kompas.com/read/2019/10/14/12483361/gig-economy-bom-waktu-yang-sedang-berdetak

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke