Salin Artikel

Sosok "Whistleblower" yang Bikin Trump Terancam Dimakzulkan Masih Misteri

Sosok whistleblower ini telah mengajukan keluhan tentang sambungan telepon antara Trump dengan sejumlah pemimpin negara, yang salah satunya adalah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada 25 Juli lalu.

Enam pekan setelah mengajukan aduan, yang kemudian diumumkan kepada publik pada Kamis (26/9/2019) lalu, presiden bahkan kepala intelijennya mengaku tidak tahu nama maupun pekerjaan sosok whistleblower itu.

"Saya tidak tahu identitas whistleblower. Saya hanya mendengar bahwa dia adalah sosok partisan," ujar Trump awal pekan ini.

Ketidaktahuan juga ditunjukkan penjabat direktur intelijen nasional Joseph Maquire, yang juga pemimpin komunitas intelijen.

"Saya tidak tahu siapa pengadunya," kata Maquire, Kamis (26/9/2019).

Aduan itu kemudian digunakan Partai Demokrat untuk memulai penyelidikan formal yang bertujuan memakzulkan Donald Trump dari kursi presiden.

The New York Times dalam laporannya pada Kamis (26/9/2019) menyebut bahwa sosok pengadu itu adalah seseorang yang bekerja untuk Badan Intelijen Pusat (CIA) dan sempat diperbantukan untuk sementara waktu di Gedung Putih.

Keluhan yang diajukan whistleblower menyebut Trump telah menggunakan kekuasaannya sebagai pemimpin AS untuk menekan presiden Ukraina agar bersedia menggelar penyelidikan terhadap wakil presiden Joe Biden, yang menjadi kandidat paling berpeluang dari Partai Demokrat untuk maju ke pilpres 2020.

Demokrat sebelumnya juga pernah menuduh Trump kekuasaannya untuk mencari bantuan asing dalam pemilu presiden AS, yang belakangan diduga dari Rusia.

Keluhan yang diajukan hanya mengidentifikasi whistleblower sebagai anggota komunitas intelijen AS, yang tersebar di 16 badan dengan lebih dari 100.000 anggota.

Namun hal itu juga menunjukkan jika sosok whistleblower tersebut adalah seorang analis yang terampil dengan pengetahuan mendalam akan politik Eropa Timur, serta memiliki kontak kuat dengan Gedung Putih.

Whistleblower itu telah menunjuk pengacara Andrew Bakaj, pakar hukum keamanan nasional dan pengungkap fakta, yang membantunya mempersiapkan pengaduan pada 12 Agustus lalu kepada inspektur jenderal komunitas intelijen.

Seorang whistleblower dalam kasus federal mendapat perlindungan yang ketat di bawah undang-undang khusus yang mengatur para pejabat yang ingin melaporkan kesalahan yang dilakukan kolega maupun atasannya.

Tetapi melindungi sosok seperti itu bisa sangat sulit. Bakaj telah mendapat persetujuan agar sosok whistleblower dapat muncul secara tertutup di hadapan DPR dan Komite Intelijen Senat guna menjawab pertanyaan seputar aduan yang diajukannya.

Sementara Trump telah meluncurkan penyelidikan terhadap serangan yang mengincar pribadinya, dia menuduh pelapor mengandalkan laporan sekunder dari orang lain dalam komunitas dan menyebabkan bias tentang presiden.

"Siapa yang disebut 'whistleblower' yang tidak mengetahui fakta sebenarnya. Diragukan apakah dia memihak kepada negara," tulis Trump dalam twitnya.

Pada Kamis (26/9/2019), Trump disebut sempat menyamakan sosok whistleblower dengan seorang yang hampir menjadi mata-mata.

"Mereka hampir menjadi mata-mata. Anda tahu apa yang biasa kita lakukan di masa lalu saat kita pintar? Benar? Mata-mata dan pengkhianatan, kita menanganinya dengan sedikit berbeda dari yang kita lakukan sekarang," ujarnya, menurut laporan Los Angeles Times.

Tetapi banyak juga yang memuji sosok whistleblower yang disebut mempertaruhkan karier mereka dan bahkan mungkin keselamatan nyawa mereka dengan mengungkap identitas mereka.

"Saya ingin berterima kasih kepada sang whistleblower karena keberaniannya. Mereka tidak harus muncul," kata Adam Schiff, ketua Komite Intelijen Dewan AS.

Bakaj menolak mengonfirmasi laporan The New York Times yang menyebut kliennya adalah seseorang yang bekerja di CIA. Sebaliknya, dia mengecam surat kabar itu karena telah membahayakan sosok whistleblower tersebut.

"Setiap tindakan untuk melaporkan informasi mengenai identitas whistleblower sangat memprihatinkan dan ceroboh, karena dapat menempatkan individu itu dalam bahaya," kata Bakaj dikutip The New York Times.

"Whistleblower memiliki hak anonimitas," lanjutnya.

https://internasional.kompas.com/read/2019/09/27/14421981/sosok-whistleblower-yang-bikin-trump-terancam-dimakzulkan-masih-misteri

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke