Salin Artikel

"Glory to Hong Kong" Jadi Lagu Tema Tak Resmi Aksi Demonstrasi di Hong Kong

Mereka kemudian bersama-sama menyanyikan sebuah lagu berjudul "Glory to Hong Kong" atau "Kejayaan bagi Hong Kong". Lagu tersebut telah menjadi sebuah lagu tema tak resmi untuk aksi protes di kota semi-otonomi tersebut.

Tidak diketahui siapa pencipta lagu tersebut, yang belakangan telah berulang kali dibawakan dalam aksi unjuk rasa, baik di jalanan, mal, bahkan stadion sepak bola.

Lagu tersebut pertama kali muncul di situs berbagi video, YouTube, pada 31 Agustus lalu dan dengan cepat mendapatkan banyak pengikut di antara mereka yang mendorong kebebasan demokrasi yang lebih besar di Hong Kong.

Dalam kurun waktu kurang dari dua pekan, versi asli lagu itu telah diputar lebih dari 1,3 juta kali di situs YouTube, belum termasuk sejumlah akun yang mengunggah ulang maupun yang membuat video dengan versi lainnya.

Sebuah video yang diunggah akun Black Blorchestra bahkan menampilkan penggarapan yang lebih serius, dengan musik orkestra yang dibawakan orang-orang dengan mengenakan baju hitam dan masker khas pengunjuk rasa.

Video yang baru diunggah pada Rabu (11/9/2019) lalu itu bahkan sudah diputar lebih dari 800.000 kali dalam sehari.

Lagu Tema Aksi Protes

Lagu "Glory to Hong Kong" kini mulai sering dinyanyikan oleh para pengunjuk rasa saat melakukan aksi demonstrasi, baik di jalanan maupun di pusat perbelanjaan.

Pada Rabu malam lalu, ratusan aktivis pro-demokrasi Hong Kong berkumpul di sebuah mal di kota Sha Tin, di mana mereka kemudian bersama-sama menyanyikan lagu ini.

Beberapa di antara mereka sambil membawa secarik kertas yang berisi lirik lagu.

"Demi seluruh air mata kami di tanah kami. Apakah Anda merasakan kemarahan dalam tangisan kami."

"Bangkit dan bicaralah, suara kita bergema. Kebebasan akan menyinari kita," demikian sebagian arti lirik lagu tersebut.

Sedikit yang diketahui mengenai pencipta lagu ini, yang hanya menampilkan nama samaran, "Thomas dgx yhl".

Lagu itu juga sempat dinyanyikan saat pertandingan sepak bola pada Selasa (11/9/2019) malam, antara Hong Kong dengan Iran. Para penonton yang juga pendukung demokrasi Hong Kong, menyanyikan lagu tersebut sebelum pertandingan dimulai.

Para kritikus mengatakan, langkah itu menjadi pukulan terhadap kebebasan berbicara di Hong Kong yang seharusnya dijamin dalam kesepakatan penyerahan kembali wilayah semi-otonom itu antara China dengan Inggris.

Aksi protes di Hong Kong dipicu RUU Ekstradisi yang menuai tentangan dari warga dan telah memasuki pekan ke-15.

Lagu dan Gerakan Pro-Demokrasi Hong Kong

Keberadaan lagu dalam gerakan demokrasi di Hong Kong cukup lekat dan telah dinyanyikan selama bertahun-tahun setiap acara peringatan Tragedi Tiananmen pada 4 Juni.

Pun demikian saat aksi protes Gerakan Payung pada 2014. Saat itu ada tiga lagu yang populer dan kerap dinyanyikan saat melakukan aksi demonstrasi.

Ketiga lagu tersebut, yakni lagu berjudul "Do you hear the people sing" dari musikal "Les Miserables", lagu "Raise the Umbrellas" yang ditulis khusus untuk pergerakan oleh sekelompok artis Kanton, serta lagu "Boundless Oceans, Vast Skies" yang terkenal dibawakan oleh band rock Hong Kong "Beyond", pada awal 1990-an.

Antony Dapiran, seorang pengacara yang berbasis di Hong Kong, telah menulis buku tentang gerakan-gerakan protes di kota itu.

Dia mengatakan, lagu-lagu yang dinyanyikan oleh para aktivis demokrasi pada tahun 2014 menunjukkan optimisme bahwa segala sesuatu dapat berubah.

Namun setelah lima tahun berlalu, musik yang dibawakan tampak lebih suram untuk menyesuaikan suasana di jalanan. "Lagu tema untuk gerakan kali ini jauh lebih suram," kata Dapiran kepada AFP.

https://internasional.kompas.com/read/2019/09/12/18184851/glory-to-hong-kong-jadi-lagu-tema-tak-resmi-aksi-demonstrasi-di-hong

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke