Salin Artikel

Komentar BJ Habibie soal "Little Red Dot" Bikin Singapura Angkat Bicara

Surat kabar terbesar di Singapura itu menurunkan berita dengan judul Former Indonesian president Habibie, who described Singapore as a 'little red dot', dies aged 83.

“Little Red Dot” adalah istilah yang sering dipakai untuk mendeksripsikan Singapura yang memiliki luas wilayah yang sangat kecil sehingga terlihat seperti titik merah di peta.

Tidak banyak yang tahu bahwa ternyata, julukan yang ditanggapi sebagai simbol kebanggaan publik Negeri "Singa" itu rupanya dipopulerkan oleh BJ Habibie ketika dia menjabat sebagai presiden.

Kosakata ini keluar dari Habibie ketika dia diwawancara The Asian Wall Street Journal pada 4 Agustus 1998, hanya berselang tiga bulan setelah dilantik menggantikan Soeharto.

Ketika itu, Habibie merasa bahwa Singapura tidak menganggapnya sebagai sahabat di tengah krisis ekonomi yang diderita setahun sebelumnya.

Saat krisis yang membuat GDP Indonesia anjlok 15 persen, Singapura tidak mengalami dampak signifikan meski secara perekonomian mereka juga mengendur karena kurangnya permintaan.

BJ Habibie kemudian menuju peta, dan menunjuk. "Bukan masalah. Lihat, Indonesia punya 211 juta penduduk. Seluruh wilayah berwarna hijau adalah Indonesia. Dan titik merah itu adalah Singapura.” katanya saat itu.

Kontan saja, pernyataan Little Red Dot atau titik merah kecil yang keluar dari presiden kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, itu membuat publik Singapura berang karena dianggap sebagai hinaan.

Bahkan perdana menteri yang menjabat saat itu, Goh Chok Tong, sampai menanggapinya dengan kesal di pidato nasional kenegaraan yang disampaikan pada 23 Agustus 1998.

Goh kemudian angkat bicara dengan memberikan argumentasi mengapa mereka memberikan sikap yang dipandang BJ Habibie seakan tidak menganggapnya.

PM yang menggantikan Lee Kuan Yew pada 1990 hingga 2004 itu menguraikan kondisi ekonomi Indonesia yang terpuruk karena krisis moneter 1997.

"Kami menginginkan Indonesia yang stabil dan sejahtera. Indonesia adalah negara tetangga dan mitra dagang utama Singapura. Kolapsnya Indonesia jelas akan merugikan Singapura.” katanya.

Goh kemudian menyindir bahwa negaranya dengan "ekonomi yang kecil" bakal memberikan bantuan kepada Indonesia dalam taraf seperlunya.

"Kami hanya memiliki tiga juta penduduk. Singapura hanyalah titik merah kecil di peta. Bagaimana mungkin kami bisa menolong 211 juta penduduk Indonesia?" sindir Goh.

Berselang beberapa tahun kemudian pada 19 September 2006, Habibie yang sedang hadir memberikan seminar di Singapura melontarkan klarifikasi ucapannya kepada awak media.

Suami dari mendiang Ainun Habibie ini membantah dia bermaksud melecehkan Singapura. Yang benar adalah Habibie ingin menyampaikan pencapaian luar biasa yang telah dicapai Singapura walau memiliki ukuran geografi yang sangat kecil.

BJ Habibie menjelaskan, julukan tersebut disampaikannya untuk menginspirasi kaum muda Indonesia yang sedang mendengarkan dia berpidato.

“Jika kalian melihat peta Asia Tenggara, Indonesia sangat luas, sedangkan Singapura terlihat seperti titik merah. Namun jika kalian sampai di Changi (bandara Singapura), kalian akan bertemu banyak manusia visioner, pekerja keras, dengan disiplin yang tinggi.” tutur dia.

Pada akhirnya julukan “Little Red Dot” malahan menjadi kosakata yang akrab digunakan oleh warga Singapura bahkan media setempat sebagai bentuk kebanggaan akan kemakmuran Singapura di tengah keterbatasan sumber daya alam negeri mereka.

Bahkan di perayaan 50 tahun ulang tahun emas Singapura pada tahun 2015, pemerintah Singapura menggunakan logo “SG50” di dalam sebuah titik merah sebagai referensi kepada julukan “Little Red Dot”

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pernah berkata, “Little Red Dot” BJ Habibie telah menjadi kosakata sehari-hari penduduk Singapura.

Kosakata ini menjadi simbol rasa syukur Singapura serta sebagai pengingat bahwa memang Singapura sangat kecil dan sangat rentan.

https://internasional.kompas.com/read/2019/09/12/06300081/komentar-bj-habibie-soal-little-red-dot-bikin-singapura-angkat-bicara

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke