Salin Artikel

Bagaimana Kiprah Benny Wenda, Tokoh Separatis Papua, di Forum Internasional?

Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko di kantornya di Jakarta mengatakan, Benny melakukan mobilisasi diplomatik hingga menyebarkan informasi yang sesat.

Dikenal sebagai tokoh separatis, Benny Wenda menjabat sebagai Pergerakan Pembebasan Gabungan Papua Barat (ULMWP), dan saat ini diketahui tinggal di Oxford, Inggris.

1. Karir Politik di Dewan Koteka

Karir politik Benny dimulai ketika dia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Demmak (Dewan Musyawarah Masyarakat Koteka) dengan gol melindungi nilai dan kepercayaan masyarakat Dataran Tinggi Timur.

Sebagai Sekjen Demmak, Benny mewakili dewan adat, dan mendukung negosiasi Presidium Dewan Papua (PDP) untuk menyalurkan apa yang mereka anggap aspirasi warga Papua kepada Indonesia.

Menggunakan jabatannya sebagai Sekjen Demmak, Benny menyuarakan kemerdekaan Papua, menolak otonomi khusus, menolak kompromi dengan pemerintah Indonesia, namun mendukung PDP.

2. Memulai Kiprah di Dunia Internasional

Sempat disidang pada 2002 karena dianggap mengorganisasi massa menyerang kantor polisi dan membakar toko di Abepura dua tahun sebelumnya, Benny Wenda kabur pada Oktober 2002.

Dibantu aktivis lainnya, Benny mengungsi di Papua Nugini. Kemudian atas campur tangan sebuah LSM Eropa, dia kabur ke Inggris di mana dia mendapat suaka politik.

Pada Februari 2013, dia memulai "Tur Kebebasan" di Amerika Serikat (AS), Selandia Baru, Papua Nugini, dan Vanuatu dengan tujuan meningkatkan isu determinasi diri.

Di Selandia Baru, dia sempat dilarang berpidato di parlemen dengan kelompok oposisi menuduh pemerintah lokal tidak ingin mengecewakan Indonesia yang merupakan mitra dagang utama.

Pada Mei 2013, tokoh separatis Papua Barat itu berbicara di Gedung Opera Sydney, Australia, dalam acara TED yang dikabarkan menuai standing ovation dari 2.500 hadirin.

Kabar itu memantik kecaman dari Jakarta, yang segera mengirimkan nota protes kepada pemerintah Indonesia beberapa jam setelah Benny Wenda naik panggung.

3, Diburu Interpol

Pada 2011, Indonesia memasukkan nama Benny Wenda ke dalam daftar merah Interpol yang bertujuan menangkap dan mengekstradisi pria berusia 45 tahun itu.

Namun daftar itu dicabut di 2012 setelah LSM Inggris, Fair Trials Internasional, berkampanye. Interpol menganggap tuduhannya sarat akan muatan politik.

Direktur eksekutif Fair Trials Internasional, Jago, Russell, menyebut Indonesia menggunakan Interpol sebagai alat untuk mengancam kampanye damai Benny.

4. Tampil di Forum Kepulauan Pasifik

Jakarta kembali dibuat meradang setelah Benny Wenda masuk sebagai perwakilan dari delegasi Vanuatu yang mengikuti Forum Kepulauan Pasifik (PIF) di Tuvalu, 13-16 Agustus lalu.

Benny berkampanye supaya Sidang Umum PBB tahun depan mempertimbangkan Undang-undang Kebebasan Memilih 1969 yang dia anggap sebagai kontroversial.

Juru bicara pemerintah Indonesia menuturkan, mereka di Jakarta "sangat tidak senang" karena Papua Barat masuk sebagai agenda pembahasan PIF di Tuvalu.

Dilansir The Guardian, juru bicara itu menerangkan masalah Papua dan Papua Barat merupakan urusan internal Indonesia, dan memperingatkan negara lain tak ikut campur.

"Tidak ada negara, organisasi, maupun individual yang berhak mencampuri urusan negara lain. Kami mengecam segala bentuk intervensi dalam bentuk apa pun," katanya.

https://internasional.kompas.com/read/2019/09/02/14484981/bagaimana-kiprah-benny-wenda-tokoh-separatis-papua-di-forum

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke