Penampakan "Drone" Picu Penutupan Satu Landasan Pacu di Bandara Changi

Bandara Changi, salah satu bandara tersibuk di Asia, harus menutup satu dari dua landasan pacunya pada Selasa (18/6/2019) malam hingga Rabu (19/6/2019) pagi, setelah dilaporkan adanya penampakan sebuah perangkat pesawat nirawak yang terbang di kawasan terlarang.

"Untuk memastikan keselamatan pesawat dan penumpang, pengoperasian satu landasan pacu terpaksa ditangguhkan untuk waktu singkat," kata Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS), dalam pernyataannya, Rabu (19/6/2019).

Penutupan satu landasan pacu tersebut dilakukan antara pukul 23.00 malam, Selasa (18/6/2019), hingga pukul 09.00 pagi, Rabu (19/6/2019). Selama waktu itu, bandara Changi tetap beroperasi dengan satu landasan pacu.

Namun akibat penutupan satu landasan pacu tersebut, sebanyak 37 penerbangan harus ditunda. Sementara satu pesawat yang seharusnya mendarat di bandara Singapura, harus dialihkan ke Malaysia.

"Tim multi-agensi, termasuk Otoritas Penerbangan Sipil Singapura, Grup Bandara Changi, Angkatan Bersenjata Singapura, dan Kepolisian Singapura diaktifkan untuk melakukan pencarian," kata CAAS.

Investigasi menyeluruh terkait insiden ini masih berlangsung.

CAAS memandang serius kasus pengoperasian pesawat tak berawak yang berpotensi menimbulkan ancaman terhadap penerbangan maupun membahayakan keselamatan seseorang dan tidak akan ragu untuk mengambil tindakan hukum.

Di Singapura, drone dilarang untuk diterbangkan tanpa izin dalam radius lima kilometer dari bandara.

Pelanggar dapat diancam dengan hukuman penjara hingga 12 bulan dan denda hingga 20.000 dollar Singapura (sekitar Rp 208 juta).

Insiden penerbangan drone tanpa izin telah menimbulkan gangguan di bandara di seluruh dunia.

Desember tahun lalu, bandara Gatwick di London lumpuh selama tiga hari menjelang Natal dan sekitar 1.000 penerbangan dibatalkan setelah dilaporkan adanya penampakan drone di kawasan terlarang.