Salin Artikel

Juergen Habermas di Usia 90 Tahun: Pemikir Kritis yang Pantang Diam

Meski usianya bakal mendekati satu abad, Habermas tetap aktif. Ketika pemilu Eropa berlangsung Mei kemarin, Habermas berkampanye menentang pemikiran nasionalisme sempit.

Selain itu, dia juga aktif menulis. Dilaporkan Deutsche Welle, dia menulis buku terbaru berjudul Auch eine Geschichte der Philosophie (Juga Sejarah Filsafat).

Dalam buku setebal 1.700 halaman yang rencananya dirilis September mendatang itu mengulas tak hanya filsafat sejak zaman dahulu. Namun juga perannya di masyarakat.

Secara jelas, Habermas berusaha memberi sebuah gambaran besar. Ilmuwan yang pernah menjadi jurnalis ini selalu siap terlibat dalam debat sosial utama.

Sekelumit Perjalanan Hidupnya

Habermas lahir di Dusseldorf pada 1929. Dia pernah menimba ilmu di Universitas Bonn, dengan disertasi tentang filsuf Jerman Friedrich Wilhelm Joseph Schelling.

Namun, namanya dikenal luas setelah belajar di Institut Penelitian Sosial di Frankfurt am Main, atau dikenal juga sebagai sekolah yang melahirkan Mahzab Frankfurt.

Dia merupakan generasi kedua dari penganut teori sosial kritis Frankfurt. Adapun generasi pertama melahirkan filsuf seperti Theodor Adorno atau Max Horkheimer.

Disertasi berjudul Strukturwandel der Öffentlichkeit (Transformasi Struktural Ruang Publik) yang ditulis pada 1961 dianggap sebagai landasan pemikirannya.

Sejak masa muda, dia dikenal aktif menulis di berbagai media, bekerja sebagai jurnalis, maupun penulis. Menikah dengan Ute Wesselhoeft, Habermas dikaruniai tiga anak.

Habermas dan Pemikiran Kritisnya

Sejak muda, Habermas dikenal sebagai sosok yang menolak adanya fanatisme dan konflik. Dia berusaha memecahkan "perang besar" melalui dialog.

Pemecahan itu melahirkan buku Theorie des komunikativen Handelns (Teori Tindakan Komunikatif) di mana dia mengulas mulai dari filsuf seperti Adorno hingga sosiolog seperti Emile Durkheim.

Dia memperkenalkan konsep "opini publik" yang mulai muncul di Inggris pada abad ke-17. Namun konsep itu mulai marak dan berkembang luas di Perancis pada abad 18.

Dia mengembangkan konsep maupun teori tentang komunikasi rasional. Yakni menempatkan rasionalitas di struktur komunikasi interpesonal daripada struktur besar atau kosmos.

Teori sosial inu bermuara kepada "emansipasi manusia" seraya mempertahankan kerangka moral universal dengan bertumpu kepada argumen bernama "pragmatisme universal".

Berdasarkan preposisinya, landasan normatif sebuah masyarakat terletak pada bahasa dan sebagai alat komunikasi, debat memungkinkan terjadinya aksi sosial.

Dia pun mendukung adanya argumentasi rasional yang menggambarkan "situasi perckapan ideal" di mana setiap orang bebas untuk terlibat dalam diskursus demokrasi.

Setiap tulisan Habermas menggambarkan kedalaman tulisan dan gayanya yang elegan. Meski begitu, dibutuhkan kesabaran guna menjabarkan mahakaryanya.

Teori Habermas kemudian menjadi inspirasi bagi pergerakan pelajar yang terjadi pada 1968. Para pelajar melihat Habermas sebagai mentor spiritual mereka.

Meski begitu, Habermas tetap melakukan analis terhadap perubahan masyarakat. Ketika kebangkitan pelajar mulai menunjukkan radikalisme, dia tak segan menolaknya.

Dalam tulisan Hendra Pasuhuk, Habermas memperingatkan bahwa konsep "polarisasi berbagai cara" yang dilakukan pelajar hanyalah strategi yang bakal membawa sengsara.

Karena keputusanya yang menentang aksi mempropagandakan kekerasan demi melakukan perubahan itulah, banyak aktivis kiri yang mulai mengambil jarak dari Habermas.

Sampai usianya menapak 90 tahun, Habermas masih sering terlibat dalam polemik dan debat tentang etika serta kebebasan, Dia pendukung setia solusi melalui dialog dan komunikasi.

Dia selalu mengikuti setiap perubahan masyarakat dengan sikap kritis. Ketika di Jerman muncul diskusi tentang pembatasan suaka, dia mengecamnya sebagai "mental chauvis penuh kemakmuran".

Dia juga dikenal sebagai pemikir yang kritis dalam urusan agama. Antara lain terjadi ketika dia membuka konferensi "Agama dan Masyarakat Post-Sekular" di Roma pada 2007.

Saat itu, dia memperingatkan akan dampak kapitalisme dan membela apa yang dia sebut sebagai "Solidaritas Langka" yang bisa punah jika tidak dipertahankan.

https://internasional.kompas.com/read/2019/06/19/17230041/juergen-habermas-di-usia-90-tahun-pemikir-kritis-yang-pantang-diam

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke