Salin Artikel

Penemuan dan Percobaan Mesin Turbojet untuk Kali Pertama...

Salah satu perkembangan era aviasi modern ditandai dengan hadirnya mesin turbojet. Awalnya, mesin turbojet dibuat untuk menjawab kebutuhan penerbangan yang lebih cepat.

Seorang perwira Angkatan Udara Inggris bernama Frank Whittle mengawali ini semua. Berbekal pengalaman dan ilmunya, dia mencoba merakit mesin yang sekarang banyak diaplikasikan oleh beberapa pesawat dunia.

Anggota Royal Air Force (RAF) atau Angkatan Udara Inggris berhasil menguji coba penemuan mesin turbojet pada 12 April 1937 di sebuah pabrik kecil di Rugby, Warwickshire, Inggris.

Dilansir dari The Telegraph, pada pengujian di Rugby pada bulan April tahun itu, sebuah mesin menderu sekeras sirene serangan udara.

Keberhasilan ini menjadi ironi, karena penemuan itu diragukan pemerintah. Namun, pada akhirnya penemuan itu digunakan dalam pesawat terbang ketika Perang Dunia II pecah. Mesin turbojet membantu pesawat untuk terbang lebih cepat dan memangkas waktu perjalanan.

Frank Whittle merupakan putra seorang mekanik yang tertarik dengan penerbangan. Seiring bertambahnya usia, dia bertekad masuk Royal Air Force (RAF) Inggris.

Ia lulus akademik, namun gagal dalam tes fisik. Namun, setelah melalui diet ketat akhirnya dia diterima di RAF Cranwell pada 1923.

Karena bakat akademis, ia direkomendasikan untuk menjadi seorang taruna yang harus menuliskan laporan ilmiah setiap enam bulan.

Dilansir dari Daily Mail, pada saat itulah dia akhirnya terobsesi dengan masa depan penerbangan, terutama gagasan mesin jet yang bisa terbang pada ketinggian dan kecepatan tak terduga.

Ketika itu, pesawat menggunakan baling-baling. Akan tetapi, Whittle mengembangkan mesin jet yang mampu menyedot udara dan mengeluarkan tenaga dari belakang pesawat.

Whittle percaya kalau idenya adalah masa depan penerbangan dan akan mendorong pesawat terbang sekitar 300-800 kilometer per jam.

Ide ini dinilai gila oleh dosennya. Bahkan ketika dikirimkan ke Kementerian Udara pada 1929, mereka menolak dan dinilai tak praktis.

Whittle menolak untuk menyerah pada ide tersebut dan mematenkan "turbojet", dengan bantuan seorang teman yang merupakan agen paten pada tahun 1930.

Bahkan penemuan ini tak dimasukkan dalam kategori rahasia. RAF mempublikasikannya, sementara Jerman dengan mudah mengamati pengembangan itu.

Pada 1935, paten untuk penemuan itu tak diperbarui lagi karena Whittle tak mampu membayar cukup uang.

Walau mendapat penolakan, Frank Whittle tak menyerah dan mulai mencari rekanan. Pada 1936, dia berhasil mendapatkan rekanan perusahaan Power Jets Ltd dan sepakat untuk menguji mesin penemuannya.

Dilansir dari Britannica, pecahnya Perang Dunia II mendorong pemerintah Inggris untuk mendukung pengembangan ala Frank Whittle .

Akhirnya, mesin turbojet penemuannya dipasang pada badan pesawat Gloster E.28/39 yang dibangun secara khusus. Penerbangan perdananya dilakukan pada 15 Mei 1941.

"Saya ingin 1.000 Whittles," kata Winston Churchill ketika terkesan dengan penerbangan perdana pesawat tanpa baling-baling ini.

Pada 1943, mesin turbojet menjadi bagian dari jet tempur Inggris pertama, Gloster Meteor yang berhasil mencapai kecepatan 965 kilometer per jam.

Pemerintah Inggris mengambil alih Power Jets Ltd. pada 1944 dan Gloster Meteor menjadi pesawat yang beroperasi dengan RAF, mencegat roket V-1 Jerman.

Whittle pensiun dengan pangkat Komodor Udara/Mayor Jenderal dengan alasan kesehatannya menurun pada 1948.

Dia dianugerahi gelar bangsawan dan dianugerahi 100.000 poundsterling oleh Royal Commission on Awards to Inventor.

Meskipun menjadi pelopor teknologi jet, yang telah memungkinkan jutaan orang bepergian ke seluruh dunia, ia dianggap kalah kelas dari George Stephenson (bapak kereta api) dan Alexander Graham Bell (telepon).

https://internasional.kompas.com/read/2019/04/12/16064711/penemuan-dan-percobaan-mesin-turbojet-untuk-kali-pertama

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke