Salin Artikel

ISIS Dinyatakan Kalah, ke Mana Perginya Pemimpin Mereka?

Kemenangan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) merebut desa yang menjadi benteng terakhir ISIS menandai berakhirnya operasi intensif sejak 9 Februari.

Kini dengan kekalahan ISIS itu teka-teki pun menggelayut. Bagaimanakah nasib dan ke mana perginya pemimpin mereka, Abu Bakar al-Baghdadi?

Tersembunyi bahkan ketika ISIS berada di puncak kejayaan, Baghdadi beberapa kali dikabarkan terluka hingga tewas. Namun sejauh ini, laporan itu belum terkonfirmasi.

Sekarang setelah wilayahnya terhapus dan kepalanya dihargai 25 juta dollar AS, sekitar Rp 354,1 miliar, ke manakah perginya Baghdadi?

Hisham al-Hashemi, pakar ISIS yang berasal dari Irak kepada kantor berita AFP menjelaskan, ada kemungkinan Baghdadi ditemani oleh tiga orang.

"Mereka adalah kakaknya Jumaa, sopir sekaligus pengawal Abdullatif al-Jubury yang dikenal sejak kecil, dan si kurir Saud al-Kurdi," terang Hashemi.

Dia mengatakan keempat orang ini diyakini tengah bersembunyi di gurun Badia yang membentang dari kawasan timur dekat Irak hingga Provinsi Homs.

Di tempat itulah Hudhayfa al-Badri, putra Baghdadi, dilaporkan tewas setelah terkena serangan rudal presisi yang dilancarkan Rusia.

Si Hantu

Berjuluk "Si Hantu", Baghdadi tidak nampak lagi setelah mengumumkan "kekhalifahan" ISIS di Masjid Nuri Mosul, Irak, pada pertengahan 2014.

Rekaman suaranya yang terakhir berisi seruan kepada para anggota dirilis pada Agustus 2018, atau delapan bulan setelah Irak mengumumkan perang melawan ISIS telah usai.

Juru bicara SDF Mustafa Bali menuturkan ketika menekan benteng terakhir kelompok ekstremis itu, mereka tidak menemukan tanda-tanda Baghdadi ada di sana.

Namun sejumlah anggota ISIS yang memutuskan menyerah dan keluar dari Baghdadi mengaku perintah untuk kabur itu datang sendiri dari Baghdadi.

"Jika Sang Khalifah tidak memerintahkannya, maka kami tidak akan meninggallkan tempat kami," kata seorang perempuan anggota ISIS.

Tetap menjaga kerahasiaan, berbeda dengan mendiang Pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden, adalah alasan Baghdadi diyakini masih hidup saat ini.

Lahir dengan nama Ibrahim Awal al-Badri pada 1971, Baghdadi tumbuh di keluarga sederhana di Samarra, utara Baghdad, dan merupakan penggemar sepak bola.

Hasil ujian sekolahnya ternyata tidak cukup membimbingnya ke fakultas hukum, dan penglihatannya dinilai buruk untuk bergabung dengan kemiliteran.

Maka, Baghdadi pindah ke Distrik Tobchi yang berlokasi di Baghdad untuk mempelajari Islam. Penulis Sofia Amara berkata, Baghdadi adalah sosok visioner.

"Dia sudah mempunyai pandangan ke mana bakal melangkah, atau organisasi seperti apa yang hendak dia ciptakan," tutur Amara.

Ketika Amerika Serikat (AS) melakukan invasi ke Irak pada 2003, dia membentuk kelompok pemberontak. Namun tak pernah melakukan serangan inti.

Tatkala Baghdadi akhirnya tertangkap dan ditahan di fasilitas rahasia AS di selatan Irak pada Februari 2004, dia masih dianggap jihadis level kedua.

Namun di Camp Bucca, kemudian dikenal sebagai "Universitas Jihad", telah menempa Baghdadi sebagai pria yang kelak akan ditakuti dunia.

"Orang mulai menyadari bahwa sosok bukan siapa-siapa ini, sejatinya adalah ahli strategi yang cerdik," ujar Amara yang pernah membuat dokumenter pada 2017 berisi dokumen eksklusif tentang Baghdadi.

Pada akhirnya, dia dilepaskan di akhir 2004 karena kurangnya bukti. Irak juga pernah dua kali menangkapnya pada 2007 dan 2012 karena tak tahu siapa dia.

Ahli Strategi Brutal

Pada 2005, ayah lima anak suami dari dua istri itu menyatakan kesetiaan kepada Abu Musab al-Zarqawi, pemimpin brutal sayap Al Qaeda di Irak.

Zarqawi terbunuh dalam serangan drone AS pada 2006. Setelah penerusnya juga terbunuh, Baghdadi mengambil alih kepemimpinan pada 2010.

Dia mendirikan Negara Islam Irak (ISI), mengembangkannya hingga ke Suriah, dan memutuskan sebagai organisasi mandiri di luar Al Qaeda.

Dalam tahun-tahun sesudahnya, kelompok Baghdadi mencaplok wilayah Irak dan Suriah, menerapkan sistem pemerintahan brutal, dan mengajak anggota asing untuk bergabung.

Baghdadi dibesarkan di keluarga yang terbagi antara klan religius dengan kesetiaan terhadap partai mendiang Saddam Hussein, Baath.

Beberapa tahun setelah invasi, Baghdadi berhasil mendapat simpati sejumlah perwira Baath yang kecewa karena AS membubarkan militer Irak di 2003.

Simpati itu memberikannya legitimasi sekaligus tulang punggung ISIS yang sekarang. Menggabungkan propaganda ekstrem dengan serangan gerilya.

https://internasional.kompas.com/read/2019/03/24/05000001/isis-dinyatakan-kalah-ke-mana-perginya-pemimpin-mereka-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke