Salin Artikel

Sejarah Singkat ISIS, Kebangkitan dan Kejatuhannya

Deklarasi itu adalah kemenangan SDF, aliansi paramiliter Kurdi dan Arab, melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di desa Baghouz.

"Kami mendeklarasikan kemenangan total dan 100 persen kekalahan teritorial ISIS. Di hari yang unik ini, kami memperingati ribuan martir yang membuat kemenangan ini jadi nyata," ucap Bali.

Kemenangan itu menjadikan akhir dari kelompok yang dideklarasikan oleh Abu Bakar al-Baghdadi di Mosul, Irak, pada 2014 silam.

Diperoleh dari berbagai sumber, berikut merupakan sejarah singkat organisasi ekstremis tersebut.

1. Berawal dari Bagian Al Qaeda

Pada awalnya, ISIS merupakan kelompok cabang dari Al Qaeda yang pada 2016 bernama Negara Islam Irak (ISI), dan dipimpin figur kunci Al Qaeda.

Kelompok itu terlibat dalam konflik sektarian yang dimulai ketika Amerika Serikat (AS) melakukan invasi ke tiga tahun sebelumnya (2003).

ISI melancarkan serangan mematikan di ibu kota Irak, Baghdad, dengan menargetkan pemimpin suku yang bersekutu dengan AS maupun pos militer Negeri "Paman Sam".

Sempat dipukul mundur, ISI kemudian menetapkan basis mereka di Irak yang menjadi kota kedua di Irak, dan menjadikannya kota penghubung guna mendukung serangan.

Pada 2010, Abu Bakar al-Baghdadi dinobatkan sebagai Ketua ISI. Dua tahun kemudian, dia mendapat mandat membentuk sayap ISI di Suriah yang tengah dilanda konflik sipil.

Anggota dari cabang itu, dikenal dengan Jabhat al-Nusra, kemudian melebur ke dalam ISI, yang kemudian dikenal sebagai ISIS atau ISIL.

Dengan cepat ISIS segera memantapkan posisinya di Irak dan Suriah. Antara lain di Raqqa, mereka melemahkan Pasukan Pembebasan Suriah (FSA).

Mostafa Sager, mantan anggota FSA mengungkapkan, ISIS bekerja secara rahasia dan menyusupkan mata-mata untuk memecah dua faksi kelompok penentang Presiden Bashar al-Assad itu.

Akhirnya pada 2014 bertempat di Masjid Nuri Mosul, Baghdad mendeklarasikan berdirinya "kekhalifahan" ISIS yang mencakup Irak dan Suriah.

2. Menguasai Wilayah Seluas Portugal

Operation Inherent Resolve (CJTF-OIR), nama resmi koalisi yang memerangi ISIS, memprediksi ada 7,7 juta orang yang hidup dalam kekuasaan kelompok tersebut.

Berdasarkan grafik dari Conflict Monitor IHS Markis, ISIS menguasai wilayah seluas sekitar 90.800 kilometer persegi, atau kira-kira seluas Portugal.

Kebanyakan dari orang itu membayar pajak, biaya hidup, maupun denda yang membuat kantong pemasukan kelompok ekstremis itu menggelembung.

Pusat Studi Internasional Radikalisasi dan Kekerasan Politik (ICSR) King's College London menyatakan, pada 2014 pemasukan ISIS sebesar 1,9 miliar dollar AS, atau Rp 26,8 triliun.

Selain itu berdsarkan data ICSR, terdapat 41.490 warga asing yang datang dan bergabung dengan ISIS. Koalisi mengestimasi 50 anggota asing datang setiap bulannya.

3. Operasi yang Dimulai di Era Obama

Washington ketika Presiden Barack Obama menjabat langsung memulai operasi untuk menumpas ISIS yang semakin kuat baik di Irak maupun Suriah.

Dalam upaya untuk mengalahkan ISIS itulah, AS kemudian membentuk koalisi yang beranggotakan 70 negara, dan memulai penyerangan pada akhir 2014.

Selama sekitar 4,5 tahun operasi, koalisi internasional itu seperti diwartakan AFP telah melancarkan setidaknya 34.000 serangan udara di Irak dan Suriah.

Alih-alih menambah jumlah pasukannya yang bertugas, koalisi AS itu kemudian memulai kampanye dengan melatih dan mengorganisasi kekuatan lokal.

Keputusan yang dibuat Washington nampaknya berkaca dari kampanye militer mereka di Irak, di mana dilaporkan 4.400 prajurit terbunuh.

Selain itu, kekhawatiran publik AS akan adanya kabar pengerahan tambahan personel membuat Obama mengurungkan niat itu, dan memilih melatih pasukan lokal.

Strategi itu berbuah manis terutama di Irak ketika pasukan setempat yang kewalahan mulai memperoleh kemenangan kota demi kota.

Puncaknya adalah ketika mereka merebut Mosul pada 2017. Pengganti Obama, Donald Trump meneruskan kebijakan untuk mengenyahkan ISIS.

"Secara keseluruhan, strategi AS terbukti efektif dalam menumpas ISIS," kata Daniel Byman, peneliti Kebijakan Politik Timur Tengah di Brookings Institution.

4. Kejatuhan ISIS

Sepanjang 2018 dan awal 2019, ISIS terus menerus menuai kekalahan. Wilayah mereka yang awalnya seluas Portugal kemudian menyempit menjadi 50 km persegi.

Kemudian pendapatan mereka juga menurun dratis hingga sekitar 870 juta dollar AS, atau sekitar Rp 12,2 triliun, pada 2016.

Pada awal 2018, mereka hanya menguasai Baghouz, sebuah desa yang berlokasi di tepi Sungai Eufrat, di mana SDF saat itu menyatakan anggota ISIS hanya tersisa ratusan.

Mobilisasi pasukan darat yang ditunjang dengan serangan udara hingga akhirnya pada Sabtu ini, Bali mengumumkan kemenangan tersebut.

https://internasional.kompas.com/read/2019/03/23/17361391/sejarah-singkat-isis-kebangkitan-dan-kejatuhannya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke