Salin Artikel

"Saya Kira Orang Itu Membawa Pistol Air, Ini Selandia Baru"

Saat tiba di dekat masjid, dia melihat sesuatu yang salah. Yama memarkir mobilnya dan menyuruh putrinya Zahal (6) untuk lari.

Dalam perjalanannya menuju masjid, Yama melewati seorang pria yang tergeletak di dalam selokan.

Pria di selokan itu mengalami luka parah di kepala dan Yama yakin pria tersebut sudah tak bernyawa lagi.

Semakin dekat dengan masjid, Yama melihat seorang pria asal Somalia yang kerap dia temui di rumah ibadah itu.

Pria tersebut bersama putranya, seorang bocah yang diingat Yama selalu bermain di dalam masjid meski seharusnya dia menjalankan shalat.

Pria Somalia itu bersandar di dinding. Kakinya tertembak. Di sampingnya tergeletak putra kecilnya ditutupi jaket sang ayah.

Polisi yang baru tiba di lokasi melarang Yama masuk ke dalam masjid. Namun, di luar seorang temannya, Ramazan, mengatakan sesuatu berulang kali.

"Ayahmu menyelamatkan nyawaku. Ayahmu menyelamatkan nyawaku," ujar Ramazan.

"Saya tidak bergerak," kata Yama sambil berdiri di taman seberang masjid sambil menyaksikan polisi bekerja.

Dia mengira, perkataan Ramazan berarti sang ayah, Haji Daud Nabi, membantu kawannya itu melarikan diri. Namun, Yama tak bisa menemukan ayahnya di mana pun.

Polisi kemudian membawa Yama dan korban selamat ke RS Christchurch yang berada tak jauh dari lokasi masjid.

Namun, dalam situasi yang kacau itu, Yama tak mendapatkan informasi soal ayahnya kecuali kabar soal korban tewas yang terus bertambah.

Kemudian Yama menyaksikan video yang disebarkan teroris pelaku penembakan itu berulang kali. Sampai akhirnya dia menemukan ayahnya tergeletak di lantai.

"Saya terus mengulang video itu dan saya yakin itu adalah dia (ayah)," ujar Yama.

Dia yakin, Ramazan tidak ingin mengatakan, ayahnya menghalangi peluru yang seharusnya mengenai dirinya.

Haji Daud Nabi adalah pensiunan insinyur yang amat menyukai mobil tua. Dia melarikan diri dari Afghanistan saat Rusia melakuan invasi.

Dia kemudian membawa keluarganya yang masih muda saat itu ke Selandia Baru. Di negeri barunya, Daud mengelola Asosiasi Warga Afghanistan.

Belakangan Daud dan Yama sempat berseteru. Keduanya tidak saling bertemu selama dua atau tiga pekan.

Namun, Yama mengetahui, ayahnya itu amat mencintai cucu-cucunya sehingga dia ingin meluruskan semua masalah dengan sang ayah.

Itulah mengapa dia membawa putrinya Zahal ke masjid di Jumat kelam itu.

Berbicara di luar Pengadilan Christchurch, Sabtu (16/3/2019), saat pelaku penembakan menjalani sidang, saudara laki-laki Yama, Omar Nabi, mengatakan, ayah mereka melompat menghadang peluru yang seharusnya ditujukan untuk orang lain.

"Hidupnya berakhir, tetapi dia membantu orang lain yang lebih muda melanjutkan hidup. Hidup mereka masih berlanjut," ujar Omar soal pengorbanan ayahnya.

"Dia memang biasa melakukan hal semacam ini jika sesuatu terjadi karena dia pernah hidup di Afghanistan," lanjut Omar.

"Menolong orang lain adalah tujuan utama hidupnya. Saya merasa dia ingin orang lain tetap hidup," ujar dia.

Di sisi lain, Omar mengatakan, dia tak habis pikir kekerasan semacam ini terjadi di Selandia Baru.

"Saya sejujurnya mengira orang itu hanya membawa pistol air, ini Selandia Baru, atau paling parah adalah senapan angin," kata Omar.

"Kami merasa aman di sini karena negara ini amat multikultur. Kami diterima dengan baik tak peduli latar belakang kami," lanjut dia.

Kembali soal sang ayah, Omar mengatakan, dia bisa menggambarkan Daud dengan sejuta kata-kata.

"Dia adalah orang dengan banyak bakat dan kebijakan yang dia bagikan sebagai jalan hidup," kata Omar.

"Dia orang yang amat rendah hati yang gemar menolong banyak orang," ujar dia.

https://internasional.kompas.com/read/2019/03/16/08020261/saya-kira-orang-itu-membawa-pistol-air-ini-selandia-baru

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke