Salin Artikel

Biografi Tokoh Dunia: Junko Tabei, Perempuan Pertama Penakluk Puncak Everest

Junko Tabei dinobatkan sebagai perempuan pertama yang mencapai puncak gunung tertinggi di dunia.

Meski longsor menghantam timnya saat tidur di tenda pada ketinggian 21.326 kaki di atas permukaan laut, hal tersebut tidak menghentikan ekspedisinya.

Kehidupan awal

Junko Tabei lahir dengan nama Junko Ishibashi di Miharu Machi, prefektur Fukushima, pada 22 September 1939.

Saat masih liburan sekolah, Junko yang berusia 10 tahun begitu dipenuhi dengan semangat kebebasan.

Pada sebuah negara yang terguncang perang dan kemiskinan, cukup mengejutkan karena Junko menemukan kekuatan pada alam.

Dia jatuh cinta dengan gunung setelah dibawa seorang guru mendaki Gunung Nasu di Taman Nasional Nikko pada usia 10 tahun.

Namun petualangannya mendaki gunung ketika masih kecil sangat jarang karena terhambat oleh aturan masyarakat.

Meski demikian, dia menyadari perlunya mengejar pendidikan tinggi. Junko melanjutkan studi belajar sastra Inggris dan Amerika di Showa's Woman University. Kemudian tepat sebelum lulus kuliah, dia mulai mendaki kembali.

"Itu seperti organ vital pada tubuh saya mulai berfungsi lagi. Ini adalah saya yang sesungguhnya," katanya.

"Saya menemukan diri saya saat mendaki gunung. Saya merasakan kebebasan yang luar biasa," lanjutnya.

Junko terus menjelajahi puncak Jepang sambil bekerja sebagai editor jurnal ilmiah dan sesekali mengajar piano serta bahasa Inggris untuk membiayai hobinya yang mahal.

Pada pertengahan 1960-an, dia telah mencapai semua gunung tertinggi di Jepang, termasuk Gunung Fuji.

Dia bertemu dengan pria yang kelak menjadi suaminya, Masanobu Tabei, seoran pendaki gunung yang terkenal.

Keduanya berjumpa selama pendakian berbahaya di Gunung Tanigawa. Namun ibunya tidak menyetujui hubungan mereka karena Masanobu tidak kuliah.

Junko menemukan pasangan yang memiliki minat sama dengannya, yang mendukungnya. Pada suatu hari, dia memutuskan berhenti bekerja agar fokus menaklukkan gunung.

Perempuan penakluk

Pada 1969, Junko mendirikan klub pendakian gunung bernama Joshi-Tohan. Kelompok tersebut hanya menampung anggota perempuan.

Pada saat itu, perempuan di Jepang dianggap lebih pantas bekerja di area domestik, atau bekerja sebagai sekretaris. Joshi-Tohan pun sering dikritik dan berjuang keras untuk mencari sponsor.

Pada Maret 1970, Junko memimpin klubnya di sejumlah pendakian, termasuk ke Annapurna III di Nepal.

Menghadapi berbagai cobaan seperti suhu rendah, film kamera rusak, dan penyakit sempat melambatkan perjalanannya mereka.

Ada 8 pendaki dan seorang dokter di kelompok itu, namun akhirnya Junko mencapai puncaknya pada 19 Mei 1970.

Ekspedisi Everest

Pada 1975, dia dan Eiko Miyuzaki yang memimpin tim pendakian merencanakan penaklukan puncak Everest.

Namun, mereka harus mencari dukungan dana dari komunitas bisnis di Jepang. Bukannya disambut dengan tangan terbuka, keduanya justru menerima hinaan.

Para pemimpin bisnis menyebut penaklukan gunung tertinggi du dunia itu sebagai kebodohan.

Akhirnya, sebuah surat kabar dan stasiun televisi bersedia menjadi sponsor terhadap upaya mereka mencapai puncak Everest, tapi masih terhalang oleh biaya yang besar.

Pada 1973, ekspedisi Italia menelan biaya hingga 600.000 poundsterling untuk menaklukan Everest. Sementara, Asosiasi Gunung Jepang mendapat bantuan sekitar 200.000 poundsterling pada 1974.

Kelompok Junko hanya mampu mengumpulkan 86.000 poundsterling. Tapi, ekspedisi tetap dilanjutkan meski tekanan budaya juga menyerangnya.

Sebelum dia memulai perjalanan menuju puncak Everest, Junko menghadapi cacian masyarakat karena meninggalkan putrinya yang berusia tiga tahun dan suaminya.

Pada 3 Mei 1975, setelah mundur ke Camp II karena cuaca yang memburuk, Junko dan teman-teman dibangunkan oleh longsoran salju.

Kakinya memar dan pinggulnya terluka. Awak televisi berupaya membatalkan ekspedisi.

Pada 10 Mei 1975, dia dan seorang pemandu pendaki asal Nepal Sherpa Ang Tschering memulai mendaki gunung sekali lagi. Pada 16 Mei 1975, mereka mencapai puncak.

Junko secara resmi menjadi perempuan pertama yang berdiri di puncak Gunung Everest dan orang ke-36 yang mendaki puncak Everest.

"Syukurlah, saya tidak harus naik lebih tinggi," guraunya.

Sebagai informasi, pada tahun yang sama, seorang perempuan asal Tibet bernama Phanthog mengikuti jejaknya.

Kemudian pendaki asal Jepang, Yasuko Namba, menjadi perempuan berikutnya yang mencapai puncak Everest pada 1996.

Dia meninggal karena badai salju, yang juga merenggut 7 nyawa lainnya. Insiden tersebut menjadi salah satu bencana terburuk dalam sejarah pendakian Everest.

Junko membuat rekor lain pada 1992, ketika dia menjadi perempuan pertama yang mendaki puncak tertinggi di 7 benua, termasuk Kilimanjaro, Denali, dan Vinson di Antartika.

Selanjutnya, dia menjabat sebagai direktur organisasi pelestarian Himalayan Adventure Trust of Japan.

Junko Tabei meninggal pada 2016 di usia 77 tahun. Dia didiagnosis menderita kanker empat tahun sebelumnya.

Meski demikian, dia tetap melanjutkan aktivitas mendakinya saat menjalani perawatan.

"Tidak pernah ada pertanyaan dalam benak saya bahwa saya ingin mendaki gunung itu, tidak peduli apa kata orang lain," ujarnya tentang penaklukan puncak Everest.

https://internasional.kompas.com/read/2019/02/26/18534261/biografi-tokoh-dunia-junko-tabei-perempuan-pertama-penakluk-puncak

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke