Salin Artikel

Biografi Tokoh Dunia: Hideki Tojo, PM Jepang Era Perang Dunia II

Dia merupakan perdana menteri di masa Perang Dunia II dan terlibat dalam operasi militer yang berlangsung di kawasan Pasifik.

Tojo bertanggung jawab karena memerintahkan serangan ke pangkalan Amerika Serikat (AS) di Pearl Harbor dan menyeret AS ke kancah Perang Dunia II.

Berikut merupakan biografi dari Hideki Tojo yang dilansir dari berbagai sumber:

1. Masa Kecil dan Karir Militer
Tojo lahir pada 30 Desember 1884 di distrik Kojimachi, Tokyo, dan merupakan putra ketiga Hidenori Tojo, Letnan Jenderal Tentara Kekaisaran Jepang.

Berasal dari keluarga kasta samurai, Tojo menempuh pendidikan di era Meiji yang bakal mempersiapkannya menjadi seorang tentara.

Saat sekolah, Tojo adalah siswa biasa. Namun dia berhasil menutupinya dengan kerja keras, keras kepala, dan begitu militan.

Dia masuk Akademi Militer Jepang pada 1899, dan lulus sebagai Letnan Dua pada Maret 1905 setelah menempati peringkat 10 dari 363 kadet.

Setelah lulus, dia bertugas di infanteri. Saat itu, Jepang dan Rusia menandatangani Traktat Portsmouth untuk mengakhiri Perang Rusia-Jepang (1904-1905).

Perjanjian yang dimediasi oleh AS itu tidak memuaskan Jepang karena perang berhenti di saat Tokyo belum berhasil menaklukkan Siberia.

Kebanyakan warga Jepang yakin Presiden AS Theodore Roosevelet yang memediasi perundingan sengaja melakukan kecurangan terhadap mereka.

Termasuk Tojo yang begitu tidak suka dengan AS. Hanya sedikit orang Jepang yang menyadari jika perang diteruskan, negaranya bisa bangkrut.

Tojo kemudian ditugaskan di Siberia pada 1918-1919 sebagai bagisn dari ekspedisi militer untuk mengintervensi Perang Sipil Rusia.

Setelah itu, dia menjabat sebagai atase militer di Jerman selama 1919 sampai 1922. Karena sering berlatih, para perwira Jepang begitu dipengaruhi intelektual militer Jerman.

Ketika masa tugasnya selesai, dia sempat berkeliling AS menggunakan kereta. Kunjungan pertama dan terakhir itu rupanya memberikan pandangan negatif.

Tojo melihat orang Amerika materialistik, lunak, dan hanya berusaha mengejar uang serta gaya hidup hedonis seperti seks dan berpesta.

Pada 1924, Tojo begitu tersinggung setelah Kongres AS mengesahkan Undang-undang Pengetatan Imigrasi berisi larangan orang Asia masuk ke sana.

Saat itu, baik anggota Kongres maupun Senat mengemukakan secara gamblang mereka sengaja melarang karena orang Asia lebih giat bekerja daripada orang kulit putih.

Dalam tulisannya, dia secara getir menumpahkan isi hatinya dengan mengatakan orang Amerika tak akan menganggap orang Asia setara.

"Jika peraturan itu menunjukkan betapa kuatnya kepentingan pribadi mereka. Jepang juga harus kuat supaya bisa bertahan hidup di dunia ini," tulis Tojo.

Karirnya kemudian menanjak dengan menjadi Kolonel, kemudian Mayor Jenderal dan menjabat sebagai Kepala Departemen Personel.

Menjadi perwira tinggi, dia merupakan salah satu sosok yang menginisiasi persekutuan dengan Jerman dan Italia, dan menyadari pentingnya Jepang menguasai kawasan Timur secepatnya.


2. Menjadi Perdana Menteri Jepang
Pada 30 Juli 1940, Tojo didapuk menjadi Menteri Perang di pemerintahan Perdana Menteri Fumimaro Konoe untuk mengamankan militer terkait kebijakan luar negerinya.

Sebagai menteri militer, dia melanjutkan ekspedisi militer melawan China. Saat Konoe akhirnya mengundurkan diri, dia menjadi perdana menteri pada 17 Oktober 1941.

Selain sebagai PM, dia juga menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri, Menteri Pendidikan, serta Menteri Industri dan Perdagangan.

Dia kemudian melaksanakan rencana yang sudah disusun sejak April 1941: Menyerang pangkalan militer AS Pearl Harbor di Hawaii pada 7 Desember 1941.

Setelah itu Jepang mengalami serentetan kemenangan dan membuat Tojo serta petinggi lainnya mengalami apa yang disebut masyarakat saat itu sebagai "Penyakit Kemenangan".

Tojo menginginkan Jepang bisa menaklukkan antara lain Australia, Selandia Baru, bahkan meluas hingga Washington maupun kawasan Amerika Selatan.

Namun setelah itu, kekalahan mulai menghinggapi Jepang. Salah satunya adalah Pertempuran Midway (4-7 Juni 1941) yang dianggap sebagai titik balik Sekutu menginvasi Pasifik.

Kekalahan Jepang semakin terasa ketika Pertempuran Saipan dan Pertempuran Laut Filipina yang merupakan salah satu kekalahan paling memalukan Jepang.

Setelah Pertempuran Saipan, beberapa elite Jepang mulai yakin mereka kalah dalam perang, dan merasa sudah waktunya untuk membuat perjanjian damai.

Puncaknya setelah keberhasilan Sekutu menginvasi Kepulauan Mariana, Tojo dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Staf pada Juli 1944.

Kemudian pada 22 Juli 1944, posisinya sebagai perdana menteri digantikan oleh Kuniaki Koiso, dan menghabiskan sisa perang di korps cadangan.

Setelah AS menjatuhkan bom atom ke Nagasaki dan Hiroshima, Tokyo mengumumkan menyerah pada 15 Agustus 1945, dan ditandatangani pada 2 September 1945.

3. Kematian
Setelah penyerahan tanpa syarat itu, panglima Sekutu Jenderal Besar Douglas MacArthur memerintahkan untuk menangkap sosok yang dianggap penjahat perang.

Ketika pasukan AS mengepung kediamannya pada 11 September 1945, Tojo berusaha bunuh diri dengan menembakkan pistol di dadanya.

Namun peluru itu tidak menembus jantung dan segera mendapat perawatan. Di tengah perawatan itulah, Tojo mulai berbicara.

"Saya minta maaf butuh waktu lama bagi saya untuk mati. Perang Asia Timur Raya sangat dibenarkan. Saya minta maaf pada negara ini," ujar Tojo dikutip dua wartawan Jepang.

Setelah pulih, dia dipindahkan ke Penjara Sugamo, kemudian diadili oleh Pengadilan Militer Internasional di Timur Jauh dengan tuduhan kejahatan perang.

Dia divonis hukuman mati dengan cara digantung pada 12 November 1948, dan eksekusinya dilaksanakan pada 23 Desember 1948, sepekan sebelum ulang tahunnya yang ke-64.

Dalam pernyataan terakhirnya, dia meminta maaf atas kekejaman yang dilakukan Jepang, dan meminta AS agar memberi pengampunan bagi rakyat Jepang yang menjadi korban bom atom.

Tugu peringatannya berlokasi di Kuil Hazu (sekarang Nishio, Aichi), sementara abu jenazahnya sebagian ditaruh di Kuil Yasukuni, dan sisanya di Pemakaman Zoshigaya.

https://internasional.kompas.com/read/2018/12/19/23215201/biografi-tokoh-dunia-hideki-tojo-pm-jepang-era-perang-dunia-ii

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke