Salin Artikel

Biografi Tokoh Dunia: Kim Jong Il, Pemimpin Tertinggi Kedua Korut

Selama masa pemerintahan Kim Jong Il, Korut mengalami kelaparan hebat dari 1994-1998, dan mengakibatkan korban tewas antara 240.000 hingga 3,5 juta orang.

Korut juga mencatat rendahnya penegakan hak asasi, ditambah dengan kebijakannya memperkuat militer melalui Songun (Militer Dahulu).

Sebagai Pemimpin Tertinggi, Kim memperoleh gelar "Pemimpin Tersayang" untuk membedakan dari sang ayah sekaligus Pendiri Korut Kim Il Sung sebagai "Pemimpin Agung".

Dilansir dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi dari pemimpin yang digelari Sekretaris Jenderal Abadi Partai Buruh Korea (WPK) pasca-kematiannya.

1. Masa Kecil
Terdapat dua laporan berbeda terkait kelahiran Kim. Yang pertama, dia lahir pada 16 Februari 1942 di Vyatskoye, Uni Soviet, dengan nama Rusia Yuri Irsenovich Kim.

Adapun biografi resmi Korut menyatakan Kim lahir pada 16 Februari 1942 di sebuah kamp rahasia di Gunung Paektu, Provinsi Ryanggang yang berbatasan dengan China.

Pada 1945 tatkala Kim berusia empat tahun, Perang Dunia II berakhir dan Korea memperoleh kemerdekaan dari Jepang.

Kim Il Sung kembali ke Pyongyang pada September sementara Kim menyusulnya sebulan kemudian dengan menumpang pesawat Soviet dan mendarat di Sonbong.

Berdasarkan biografi resminya, Kim menyelesaikan pendidikan antara 1950-1960 dengan bersekolah di SD Nomor 4 dan SMP Nomor 1 (sekarang SMA Namsan) di Pyongyang.

Namun, biografi itu ditentang kalangan akademisi asing yang menyatakan Kim menerima pendidikan di China untuk melindunginya dari Perang Korea (1950-1953).

Selama sekolah, dia bergelut dengan politik dan bergabung bersama Persatuan Anak-anak Korea serta Liga Muda Demokratik Korut (DYL).

Dia fokus kepada teori politik Marxist dan pada September 1957, menjabat sebagai Wakil Ketua DYL yang berada di sekolahnya.

Dia kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Kim Il Sung dan begitu menonjol pada ekonomi politik Marx, namun kurang di filosofi serta ilmu kemiliteran.

Kim juga dikatakan mengenyam pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Malta awal 1970-an dan pernah menjadi tamu Perdana Menteri Malta Dom Mintoff di sela liburannya.

2. Naik ke Tampuk Kekuasaan
Juli 1961, Kim bergabung bersama Partai Buruh (WPK). Setelah lulus pada 1964, dia mulai mendapatkan posisi penting di dalam partai.

Dia awalnya didapuk di Komite Pusat WPK dengan tugas memimpin serangan terhadap kaum revisionis dan memastikan partai tidak menyimpang dari garis ideologis yang ditetapkan ayahnya.

Dia juga melakukan reformasi besar-besaran kepada militer untuk memantapkan kendali partai, dan melenyapkan para pejabat yang dianggap tidak loyal.

Setelah itu dia dipindahkan ke Departemen Agitasi dan Propaganda, badan pemerintah yang bertanggung jawab atas kontrol dan sensor terhadap media.

Kim memberi instruksi agar pesan ideologi partai bisa disampaikan oleh penulis, artis, hingga para pejabat yang ada di media.

Disebutkan dia merevolusi seni di Korut dengan menggabungkan sejarah dan ideologi menjadi film berisi kejayaan terhadap sang ayah.

Dalam biografinya Kim telah mengomposisi enam opera dan menyukai mengelaborasi musik. Dia dilaporkan punya 20.000 film, termasuk seri James Bond.

Februari 1974, Komite Pusat telah mendeklarasikannya sebagai suksesor Kim Il Sung. Saat Kongres Partai pada Oktober 1980, kontrol Kim telah lengkap.

Pada 24 Desember 1991, dia mendapat julukan Komandan Tertinggi Angkatan Bersenjata Korut dan tampil untuk berpidato saat peringatan 60 tahun militer Korut (KPA).


3. Menjadi Pemimpin Tertinggi Korut
Pada 8 Juli 1994, Kim Il Sung meninggal dalam usia 82 tahun karena serangan jantung. Meski sudah menjadi putra mahkota, butuh waktu bagi Kim untuk mengonsolidasikan kekuasaan.

Secara resmi, Kim merupakan bagian dari triumvirate bersama Perdana Menteri Choe Yong Rim dan Ketua Parlemen Kim Yong Nam.

Kim mengepalai militer, Choe mengomandai pemerintahan dan mengurus masalah internal, sementara Kim Yong Nam berurusan dengan luar negeri.

Namun pada praktiknya Kim mempunyai kekuasaan yang absolut baik pada pemerintahan maupun segala sektor di negara komunis tersebut.

Awal dia berkuasa, Uni Soviet bubar yang membuat Korut kehilangan partner berdagang utama. Hubungan dengan China merenggang setelah normalisasi Beijing dengan Korea Selatan (Korsel).

Banjir bandang pada 1995 dan 1996, ditambah kekeringan pada 1997, membuat tanah di Korut yang bisa ditanami hanya tersisa 18 persen.

Korut pun mulai mengalami kelaparan hebat. Khawatir akan kekuasaannya, Kim memperkenalkan kebijakan Utamakan Militer dengan segala sumber daya diprioritaskan ke militer.

Dengan menggenggam militer, maka Kim bisa melindungi dirinya dari ancaman baik domestik maupun luar di tengah ekonomi yang memburuk.

Kebijakan tersebut sempat meningkatkan perekonomian yang ditopang oleh praktik pasar bertipe sosialis, Korut masih mampu beroperasi meski mengandalkan bantuan makanan dari negara lain.

Untuk kebijakan luar negeri, Kim dikenal sebagai diplomat yang piawai dan penuh siasat. Pada 1994, Korut dan Amerika Serikat (AS) menyepakati Kerangka Kerja.

Melalui kesepakatan itu, Korut diperintahkan untuk membekukan program senjata nuklir sebagai ganti bantuan untuk membangun dua reaktor guna pembangkit listrik.

Kemudian setelah bertemu Menteri Luar Negeri AS Madeleine Albright, Kim menyetujui adanya moratorium terkait konstruksi rudal.

Namun pada 2002, pemerintahannya mengakui masih memproduksi nuklir sejak 1994. Presiden saat itu, George W Bush menyebut Korut sebagai "Poros Setan" bersama Irak dan Iran.

Rezim Kim berargumen memproduksi secara rahasia dibutuhkan untuk kebutuhan keamanan dengan merujuk kepada keberadaan senjata nuklir AS di Korsel.

Pada 9 Oktober 2006, kantor berita Korut (KCNA) mengumumkan Pyongyang telah berhasil menggelar tes nuklir di bawah tanah.


4. Kesehatan Memburuk dan Kematian
Pada Agustus 2008, majalah mingguan Jepang bernama Shukan Gendai mengklaim Kim Jong Il meninggal lima tahun sebelumnya akibat diabetes.

Dikatakan dia tidak tampil saat upacara obor Olimpiade di Pyongyang pada April 2008, dan perannya mulai digantikan pemain pengganti.

Kecurigaan bahwa Kim meninggal makin kentara karena dia tidak tampil dalam peringatan berdirinya Korut yang ke-60. Intelijen AS yakin dia meninggal karena stroke.

Namun KCNA melansir Kim berpartisipasi dalam pemilihan pada Maret 2009 dan kembali terpilih dalam Dewan Tertinggi Rakyat Korut.

Kondisi kesehatan Kim dipantau secara aktif oleh negara lain berkaitan dengan perilakunya, program senjata nuklir yang digagasnya, hingga fakta dia mengumumkan penerus.

Kim mempunyai tiga anak dan saudara ipar, seorang jenderal bernama O Kuk Ryol, sebagai calon pemimpin. Namun saat itu dilaporkan tak ada yang menjadi kandidat kuat.

Namun pada 2 Juni 2009, beredar laporan Kim telah memilih putra bungsunya Kim Jong Un sebagai suksesornya, dan mendapat julukan Komrad Brilian.

Pada 17 Desember 2011 pukul 08.30 waktu setempat, Kim meninggal saat bepergian menggunakan kereta ke luar Pyongyang dengan dugaan akibat serangan jantung.

Pemakaman Kim digelar pada 28 Desember 2011 di Pyongyang. Korsel waspada dengan pengumuman tersebut dengan Dewan Keamanan Nasional menggelar pertemuan darurat.

Pertemuan itu dilaksanakan karena adanya kekhawatiran perebutan kekuasaan di Korut bisa mengguncang kawasan Semenanjung Korea.

https://internasional.kompas.com/read/2018/12/17/22563081/biografi-tokoh-dunia-kim-jong-il-pemimpin-tertinggi-kedua-korut

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke