Pernyataan itu dihembuskan sejak insiden yang terjadi di Selat Kerch, dekat Semenanjung Crimea pada 25 November lalu.
"Bagian terbesar pasukan mereka masih ada di sana. Kurang dari 10 persen yang baru ditarik," kata Poroshenko dilansir AFP Minggu (16/12/2018).
Insiden di Selat Kerch dimulai ketika tiga kapal perang Ukraina, dua kapal artileri ringan dan satu kapal tongkang, ditembaki kapal Rusia, dan menahan 24 pelautnya.
Kremlin menuduh ketiga kapal perang itu telah melanggar perairan mereka, dengan pengadilan memerintahkan para pelaut itu ditahan selama dua bulan.
Poroshenko memperingatkan akan adanya ancaman perang skala besar, dan menetapkan darurat militer di 10 titik perbatasan selama 30 hari.
"Ancaman invasi militer Rusia di teritori Ukraina masih ada. Kami harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya," tegas Poroshenko.
Insiden di Kerch merupakan yang paling berbahaya sejak Rusia menduduki Crimea pada 2014, dan dilanjutkan konflik di utara Ukraina antara separatis dengan pasukan pemerintah.
Ukraina dan negara Barat menuduh Rusia terus mengalirkan pasukan dan persenjataannya di kawasan perbatasan dengan Moskwa membantahnya.
https://internasional.kompas.com/read/2018/12/17/11123081/ukraina-keberadaan-militer-rusia-di-perbatasan-masih-tinggi
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan