Salin Artikel

Catatan Pria AS yang Tewas Dibunuh Ungkap Kehidupan Suku Sentinel

Catatan berjudul "Observasi" milik John Allen Chau itu disita polisi dari salah satu nelayan yang menurunkannya di Pulau Sentinel Utara.

Nelayan bernama S Jampo bersama empat rekannya ditangkap karena membawa Chau ke pulau yang terlarang bahkan bagi warga India tersebut.

Diwartakan Hindustan Times Jumat (30/11/2018), catatan itu kemudian dibagikan ke para antropolog guna menemukan cara dalam mengamankan jenazah Chau.

Hindustan Times melansir jika catatan itu benar, Chau menjadi orang pertama yang berhasil menyelinap ke pulau dalam 12 tahun terakhir.

Berdasarkan catatan tersebut, pada 15 November pagi hari waktu setempat, Chau bertemu dengan seorang pria yang kelihatannya seperti pemimpin suku.

Pria itu, ujar Chau mengenakan mahkota dari bunga di kepalanya. "Dia berdiri di atas batu karang dan berteriak kepada saya," tulis Chau.

Pria yang berasal dari Alabama itu menjabarkan bahasa yang dipergunakan suku yang diyakini bermigrasi dari Afrika 50.000 tahun silam tersebut.

Orang Sentinel, kata Chau, berbicara dengan nada tinggi dan terdengar seperti huruf b, p, l, dan s. "Mereka sepertinya sedang melontarkan makian," katanya.

Chau menulis dia sempat menggunakan kalimat dari Jarawas, suku yang berasal dari Andaman Selatan dan Tengah. Namun Sentinel sepertinya tak memahaminya.

Pria 27 tahun yang juga merupakan aktivis organisasi keagamaan tersebut juga menggambarkan topografi Pulau Sentinel Utara.

Sentinel Utara memiliki hamparan pasir putih nan kasar dengan pantai menakjubkan yang bisa dipakai berselancar di bagian selatan.

Kemudian setiap rumah menampung sedikitnya 10 orang Sentinel dan ada rumah dengan jumlah penghuni mencapai 50, termasuk anak-anak.

Chau menulis, dia memprediksi jumlah penduduk Sentinel mencapai 250 orang. Angka tersebut lebih banyak 50 orang dibanding data pemerintah India.

Setelah tsunami yang terjadi pada 2004 silam, New Delhi menggelar pantauan udara dan mengestimasi jumlah Suku Sentinel mencapai 40-200 orang.

Dalam buku catatannya, Chau menjelaskan dia tidak melihat orang tua, dan menduga mereka hidup di bagian lain pulau.

Sementara para perempuan berteriak saat bertemu dengannya. Salah satu penduduk yang diduga berusia 10 tahun menembakkan panah ke arahnya.

Untungnya, panah tersebut mengenai Kitab Suci yang dibawanya, dan tembus hingga halaman 933 yang membuatnya harus menyingkir.

Di bagian akhir catatan, dia membeberkan beberapa gestur orang Sentinel. Jika busur diangkat menunjukkan tanda persahabatan.

"Jika mereka menunjuk dengan jari, berarti mereka tengah memetakan lokasi. Adapun panah di busur berarti mereka siap menyerang Anda," ungkapnya.

Chau dilaporkan tewas dibunuh dengan panah saat kembali lagi ke sana pada 16 November. Para nelayan yang kembali keesokan harinya menyaksikan jenazahnya diseret di bibir pantai.

Kepolisian Andaman dan Nicobar menyatakan mereka sudah memetakan lokasi di mana Chau dikubur. Namun mereka tidak akan mencoba mengambil jenazahnya.

Dalam pandangan polisi, upaya mengambil kembali jenazah Chau berpotensi menimbulkan korban baik dari aparat maupun Suku Sentinel.

https://internasional.kompas.com/read/2018/11/30/14273911/catatan-pria-as-yang-tewas-dibunuh-ungkap-kehidupan-suku-sentinel

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke