Salin Artikel

Kasus Khashoggi, AS Berencana Hentikan Penjualan Senjata ke Saudi

Rancangan itu muncul beberapa jam setelah sanksi kepada 17 warga Saudi yang terlibat pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi diterbitkan.

Diwartakan Al Jazeera Jumat (16/11/2018), rancangan peraturan itu dipromosikan masing-masing oleh tiga senator dari Partai Republik dan Demokrat.

Jika disahkan, undang-undang itu bakal menghentikan penjualan senjata ke Saudi, dan melarang pengisian bahan bakar bagi kepentingan koalisi pimpinan Saudi di konflik Yaman.

Peraturan itu juga mengancam bakal menghukum segala bentuk upaya menghalangi penyaluran bantuan ke Yaman, dan para pendukung kelompok Houthi.

Proposal itu muncul setelah Senat menyuarakan ketidakpuasan dengan Kongres terkait konflik Yaman yang berlangsung sejak 2015, dan menelan korban 10.000 orang itu.

Rasa frustrasi itu mencapai puncak dengan kasus pembunuhan Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober.

Senator Bob Menendez dari Komite Hubungan Luar Negeri mengatakan, keputusan Gedung Putih menjatuhkan sanksi kepada 17 orang warga Saudi belum cukup.

"Kami bersikap tegas dalam proposal ini untuk mengawasi penjualan senjata maupun dukungan bahan bakar," ujarnya dalam rilis resmi dikutip Middle East Eye.

Senator Bob Corker dari Republik mengapresiasi sikap pemerintahan Presiden Donald Trump sebagai langkah yang signifikan.

Namun, dia berharap tindakan tambahan diberlakukan karena dia sangat memperhatikan langkah yang bakal diambil oleh Riyadh.

"Saya rasa, ada harga yang harus dibayar dalam kejadian ini," kata politisi yang juga Ketua Komite Hubungan Luar Negeri itu.

Senator Tim Kaine dari Virginia, tempat Khashoggi tinggal, menduga pemerintahan Trump tengah mengikuti "permainan" Saudi.

"ini adalah pembunuhan dengan negara terlibat di dalamnya. Tentunya harus adalah transparansi dalam penyelidikannya," keluh Kaine.

Adapun Senator Lindsey Graham dari Republik menyatakan peraturan itu sangat penting agar Saudi tetap bersikap terbuka baik dalam konflik Yaman maupun kasus Khashoggi.

Khashoggi tewas dibunuh ketika hendak mengurus dokumen pernikahannya dengan si tunangan, Hatice Cengiz, di konsulat Istanbul.

Sumber dari penyelidik Turki menuturkan jenazah Khashoggi dimutilasi dan dilenyapkan menggunakan cairan asam menjadi cairan dan dilarutkan ke saluran air.

Kamis (15/11/2018), Kantor Jaksa Penuntut Saudi menyatakan bahwa Khashoggi tewas karena suntikan obat bius dalam dosis tinggi.

Kantor jaksa menegaskan pembunuhan jurnalis berusia 59 tahun itu tak ada kaitannya dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

Kantor jaksa mengatakan, perintah untuk membawa paksa Khashoggi datang dari Wakil Kepala Intelijen Jenderal Ahmed al-Assiri.

Assiri membentuk tim beranggotakan 15 orang yang dibagi ke dalam tiga kelompok kecil. Tim negosiasi, tim logistik, dan tim intelijen.

"Namun karena negosiasi gagal, kepala tim negosiator memerintahkan untuk membunuh Khashoggi," demikian pernyataan kantor jaksa penuntut.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berkata, sanksi itu menerpa mantan penasihat MBS Saud al-Qahtani dan Maher Abdulaziz Mutreb, pengawal si putra mahkota.

https://internasional.kompas.com/read/2018/11/16/17580351/kasus-khashoggi-as-berencana-hentikan-penjualan-senjata-ke-saudi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke