Salin Artikel

Jamal Khashoggi dan Strategi Komunikasi yang Tidak Jujur

NAMA Jamal Khashoggi mencuat di dunia sejak awal Oktober lalu.  Wartawan senior ini raib pada awal Oktober setelah memasuki gedung konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.

Dia mengunjungi konsulat itu untuk urus surat-surat sebagai syarat pernikahannya dengan tunangannya yang orang Turki.

Entah mengapa Jamal masuk konsulat sendiri sementara tunangannya menunggu di luar dengan membawa handphone Jamal Khashoggi.

Sejak itu, tunangannya tidak pernah melihat Jamal keluar dari konsulat dalam keadaan hidup.  Tidak juga orang lain, tak ada yang melihatnya lagi.

Hilangnya wartawan ini mengguncang komunikasi di tingkat global dan menyingkap bagaimana kepentingan mempengaruhi komunikasi.

Jamal Khashoggi adalah wartawan senior warga Arab Saudi yang dekat dengan keluarga Kerajaan Saudi.  Dia pernah menduduki jabatan sebagai editor-in-chief Al-Arab News Channel yang mempromosikan freedom of speech di Arab Saudi.

Ketika terjadi perubahan ke arah modernisasi di Arab Saudi, dia berubah posisi menjadi kritikus keluarga kerajaan.

Dia mengkritik penangkapan besar-besaran para pangeran yang dituduh korup, penangkapan para aktivis termasuk perempuan aktivis, dan mengkritik perang Yaman.

Sejak 201, dia mengungsikan diri ke Amerika Serikat karena merasa tidak aman.

Dua-tiga hari setelah wartawan ini raib, media dan tokoh-tokoh dunia mempertanyakan keberadaan Jamal Khashoggi.

Media pun mulai melakukan investigative reporting dan menemukan banyak hal yang mengarah bahwa Jamal sungguh menghilang setelah memasuki gedung konsulat.

Pemerintah Turki sangat peduli karena peristiwa ini terjadi di tanah Turki. Hari-hari selanjutnya tersingkap beberapa bukti dan kesaksian yang membuat makin sulit dibantah bahwa Jamal Khashoggi sangat mungkin telah tewas di gedung konsulat.

Sebuah media Turki menemukan rekaman suara terjadinya keributan dan penyiksaan setelah Jamal masuk ke konsulat. Pihak Saudi membantah dan menegaskan bahwa Jamal telah meninggalkan konsulat pada sore itu.

Dampak menutup-nutupi

Komunikasi pihak Arab Saudi yang tidak terbuka dan cenderung menutup-nutupi menjadi bumerang.

Pada tahap penyelidikan terus berlangsung, Presiden AS menyampaikan jika benar terjadi sesuatu pada sang wartawan maka AS akan bertindak dan menghukum Arab Saudi dengan “menyakitkan.”

AS sedang dalam proses tawar-menawar harga minyak dan proses pembelian senjata AS oleh Saudi. Trump sempat jumawa; ’Saudi King wouldn’t last ‘two weeks’ without US support.

Tetapi Trump yang tampak garang dalam kasus ini ternyata loyo karena tetap ingin mendapat harga minyak murah dan tidak ingin kehilangan pembeli senjatanya.

Perkembangan penyelidikan terutama oleh Tukri makin memperkuat dugaan Jamal Khashoggi telah tewas ketika masih di konsulat.

Para penyelidik Turki menemukan makin banyak bukti yang mengarah telah terjadinya pembunuhan pada sang wartawan.

Pada awalnya Arab Saudi menegaskan bahwa Khashoggi telah meninggalkna konsulat pada hari itu.  Tetapi tidak ada bukti yang mendukung, maka kemudian ada pengakuan bahwa terjadi perkelahian di konsulat.

Kompleksitas strategi komunikasi kasus Jamal Khashoggi makin rumit. Arab Saudi sedang menyelenggarakan Future Investment Initiative (FII) Conference di Ryadh, 23 – 25 Oktober ini.

Ini adalah ‘Davos in the Desert,’ sebuah konferensi tingkat tinggi yang menjadi magnet bagi para ahli sektor keuangan, korporasi raksasa, eksekutif puncak teknologi, pemimpin negara dan media-media besar. Saudi butuh citra positif untuk mengundang para peminat.

Namun dengan kasus hilangnya Khashoggi, FII kehilangan ruh dan daya tariknya. Beberapa negara pada awalnya menyatakan akan hadir, kini membatalkan kehadiran mereka.  Mitra-mitra besar pun seperti The New York Times, Financial Times, Bloomberg, Fox serta Google, undur diri dari insiatif ini.

Komunikasi itu sebenarnya sederhana, jujurlah, tetapi kadang tidak bisa sederhana. Kompleksitas komunikasi ini karena harus menjaga berbagai kepentingan dan harus meyakinkan audiens.

Kasus Jamal Khashoggi mengajarkan bahwa upaya menutup-nutupi yang tidak didukung bukti tidak membantu meyakinkan audiens. Bahkan menghancurkan argumen yang dibangun. Dalam berkomunikasi, jujur dan terbuka itulah nilai dasar yang dibutuhkan.

https://internasional.kompas.com/read/2018/10/21/08000071/jamal-khashoggi-dan-strategi-komunikasi-yang-tidak-jujur

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke