Salin Artikel

Pancing Harimau Pemangsa Manusia, Polisi India Gunakan Parfum

Mereka sudah melakukan segala cara. Mengerahkan ratusan personel gabungan polisi hutan dan tentara untuk menyisir hutan.

Menempatkan penembak jitu, memasang jebakan kamera, drone pencari panas, bulldozer, dan mengerahkan lima ekor gajah untuk mengepung harimau betina itu.

Namun semua cara itu gagal. New York Times via The Independent memberitakan Selasa (9/10/2018), otoritas kemudian mencoba sebuah cara tak lazim.

Sunil Limaye, salah satu polisi hutan menjelaskan, mereka sedang mencoba memancing harimau itu menggunakan sebotol parfum Calvin Klein Obsession.

"Saya tahu ini kedengarannya lucu. Namun, semua cara sudah kami gunakan. Apa lagi yang harus kami lakukan?" keluh Limaye.

Wewangian untuk pria itu mengandung civetone. Sebuah senyawa dari bau musang yang dikembangkan secara sintetis, dan dikatakan baunya sangat menarik bagi perempuan.

Namun, tidak hanya perempuan, bau civetone juga menarik bagi kucing besar. Mereka biasanya bakal mengendus, dan menikmati aroma tersebut selama beberapa menit.

Seorang pakar kucing di Australia berkata, kucing besar seperti harimau atau singa sangat menyukainya. "Mereka bagaikan di surga," ujar dia kepada Scientific American.

Dalam satu dekade terakhir, populasi harimau di India mencapai 2.500 ekor, terbanyak di dunia. Sementara populasi manusia mencapai 1,3 miliar jiwa.

Semakin banyaknya manusia membuat habitat harimau itu dikelilingi jalan raya, desa, pusat industri maupun kota, sehingga membuat kucing besar itu mulai mengincar mereka.

Ini yang terjadi pada harimau dengan kode T-1 itu. Dia hidup di hutan dekat kota Pandharkawada, India pusat. Dia sering menerkam para penduduk di leher.

Aksi T-1 yang sudah menewaskan 13 orang membuat penduduk menjadi panik. Mereka menghindari sawah mereka dan mengunci rumah mereka saat malam tiba.

Para pakar harimau India berkata mereka belum pernah melihat perilaku hewan tersebut di masa lalu, yang membuat isu bergulir hingga level Mahkamah Agung.

September lalu, setelah melalui persidangan dan mendengarkan keterangan baik dari pemerintah maupun aktivis hewan, MA India merilis keputusan.

Otoritas polisi hutan diberi kesempatan untuk menangkap harimau itu hidup-hidup, dan menyerahkannya ke pusat penangkaran atau kebun binatang.

Namun, jika mereka gagal, maka MA India memerintahkan agar hewan tersebut dibunuh. Karena itu, dalam operasi gabungan, mereka membawa senapan serbu AK-47 selain senjata pembius.

Setiap pagi saat fajar menyingsing, tim gabungan bakal menyusuri hutan yang lebat dan melawan bau tak mengenakkan untuk melacak harimau itu.

Mereka mengecek 100 jebakan kamera yang disiapkan. Mereka juga mencari jika ada bulu harimau yang tertinggal, maupun jejak yang ditinggalkan.

Dalam beberapa bulan terakhir, harimau tersebut dilaporkan terlihat beberapa kali. Mereka memancingnya keluar menggunakan kuda.

Hanya, upaya mereka gagal. Harimau itu bersama anaknya bakal membunuh kuda tersebut, makan dengan cepat, dan segera berlalu sebelum personel gabungan sampai di lokasi.

Mencoba panah bius juga tidak berhasil karena selain dia cukup gesit menghindarinya, panah itu harus ditembakkan dalam jarak 24 meter.

Nawab Shafat Ali Khan, salah satu pemburu yang berpengalaman menangani hewan liar berujar, peluang untuk membius pemangsa itu sangat sulit.

"Dia mungkin telah belajar berbagai operasi penjebakan yang kami lakukan. Ya, dia menjadi harimau pintar. Sangat pintar," tutur Khan.

Dia menjelaskan harimau itu berubah menjadi pemangsa manusia karena jumlah mangsa tradisionalnya seperti rusa mulai menipis.

Setelah mencicipi daging manusia, Khan menuturkan harimau itu bakal ketagihan karena daging itu mempunyai rasa yang lebih manis karena mengonsumsi bumbu saat makan.

"Yang bisa kami lakukan saat ini hanyalah menunggu. Kami mulai melumuri lokasi penjebakan menggunakan parfum untuk memancingnya," tutur Limaye.

https://internasional.kompas.com/read/2018/10/09/17314861/pancing-harimau-pemangsa-manusia-polisi-india-gunakan-parfum

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke