Salin Artikel

Biografi Tokoh Dunia: James Doolittle, Komandan Serangan Udara AS ke Jepang

Dia terkenal karena menjadi komandan Penyerbuan Doolittle. Yakni serangan udara AS ke kepulauan utama Jepang saat Perang Dunia II.

Selain itu, Doolittle pernah di Komando AU Ke-12 Afrika Utara, Komando AU Ke-15 Mediterania, dan Komando Ke-8 Eropa.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi dari perwira yang dipromosikan sebagai jenderal setelah pensiun itu.

1. Masa Kecil dan Pendidikan
Doolittle lahir di Alameda, California, pada 14 Desember 1896 dari pasangan Frank Henry Doolittle dan Rosa Cerenah Shephard.

Dia menghabiskan masa mudanya di Nome, Alaska, di mana dia mendapat reputasi sebagai petinju. Di 1910, dia bersekolah di Los Angeles.

Doolittle melihat pesawat untuk pertama kalinya ketika sekolahnya mengadakan kunjungan ke Pameran Angkasa Los Angeles 1910.

Pasca-lulus dari SMA Manual Arts, Doolittle berkuliah di Perguruan Tinggi Los Angeles City sebelum diterima di Universitas California di Berkeley.

2. Karir Militer
Doolittle cuti kuliah di 1917 untuk masuk ke Korps Sinyal Cadangan AS sebagai kadet terbang. Dia mendapat pelatihan darat di Sekolah Aeronautika Militer di Universitas California.

Kemudian dia mendapat pendidikan terbang di Pangkalan Rockwell, California, dan menerima pangkat Letnan Satu Penerbang di korps cadangan pada 11 Maret 1918.

Sepanjang Perang Dunia I, Doolittle tinggal di AS sebagai instruktur terbang, dan mengajari penggunaan meriam pesawat.

Dia sempat mengajukan permintaan agar ditransfer ke medan perang Eropa. Namun, gencatan senjata membuyarkan impian Doolittle.

Dia sempat bekerja di Pangkalan Kelly di San Antonio, Texas, sebelum kembali ke Berkeley untuk menyelesaikan kuliahnya.

Dia 1922, dia menjadi pilot pertama AS yang terbang selama 24 jam menyusuri kawasan antar-pesisir. Dia menyeberangi Florida menuju California dan hanya berhenti satu kali.

Kemudian selama 10 tahun, dia berprofesi sebagai pilot tes baik untuk pesawat sipil maupun militer, dan membantu pilot terbang saat pandangan tak maksimal.

Di 1930, dia meninggalkan militer dan bekerja di perusahaan minyak Shell, di mana dia mendesak adanya bahan bakar khusus pesawat kualitas terbaik.


3. Penyerbuan Doolittle
Dia kembali ke militer pada 1940. Saat itu, angkatan udara tengah melakukan reorganisasi di Juni 1941. Doolittle mendapat pangkat Letnan Kolonel di 2 Januari 1942.

Pada saat itu, AS baru saja mendapat pukulan telak ketika Jepang melancarkan serangan dadakan ke Pangkalan Laut Pearl Harbor, Hawaii, pagi hari pada 7 Desember 1941.

Dia ditugaskan di Markas Besar AU untuk mempersiapkan serangan balasan ke pulau utama Jepang. Dia mengajukan diri untuk menjadi relawan serangan tersebut.

Atas persetujuan Jenderal HH Arnold, dia menjadi komandan sebuah operasi rahasia menggunakan pesawat pembom sedang B-25 Mitchell di kapal induk USS Hornet.

Doolittle dan para pilotnya, dikenal sebagai Doolittle Raiders, melaksanakan latihan di Pangkalan Eglin dan Wagner di barat laut Florida.

Selepas latihan, mereka menuju Pangkalan McClellan California untuk melakukan modifikasi pesawat di Depot Udara Sacramento.

Rencana awalnya adalah 16 pesawat pembom itu bakal melancarkan serangan ke lima kota utama Jepang. Yakni Tokyo, Kobe, Yokohama, Osaka, dan Nagoya.

Namun, rencana itu berantakan setelah mereka terpaksa melaksanakan serangan udara sehari lebih awal pasca-deteksi terakhir.

Dengan dipimpin Doolittle, mereka berhasil mengatasi badai maupun meriam anti-pesawat untuk menjatuhkan empat bom yang dibawa masing-masing pesawat.

Selain menghantam Tokyo, bom-bom dari Doolittle Raiders menyasar fasilitas industri maupun kapal penjelajah ringan, menewaskan 50 dan melukai 400 orang lainnya.

Doolittle dan para pilotnya menuju China, di mana mereka berencana untuk mendarat di area yang masih dikuasai Nasionalis China.

Namun, kurangnya bahan bakar membuat sejumlah Raiders jatuh. Satu jatuh di Vladivostok, dan ditahan pasukan Uni Soviet.

Tiga orang tewas ketika jatuh. Sedangkan delapan pilot ditawan Jepang. Sementara sisanya dengan bantuan penduduk lokal berhasil mencapai wilayah Nasionalis.

Serangan itu disambut gegap gempita di AS. Meski jumlah korban tergolong minor, serangan itu memberikan dampak moral bagi Negeri "Paman Sam".

Sementara bagi Tokyo, Doolittle telah memberikan noda memalukan karena menunjukkan bahwa daratan utama mereka rentan terhadap serangan udara.

Mereka terpaksa memundurkan pertahanan Pasifik untuk memperkuat daratan utama. Keputusan itu malah memberi keuntungan bagi AS dalam Pertempuran Midway di Juni 1942.

Doolittle, yang kala itu berusia 45 tahun dan takut bakal dibawa ke mahkamah militer, mendapat penghargaan tertinggi Medali Kehormatan Kongres (Medal of Honor).

Selain itu, pangkatnya dinaikkan dua tingkat menjadi Brigadir Jenderal, dan dipindahtugaskan menjadi komandan Komando Kedelapan di Eropa.

4. Pasca-perang dan Kematian
Menjadi komandan di Eropa berkekuatan 42.000 pesawat tempur, Doolittle memperbarui taktik pengawal pesawat pembom, di mana mereka dibebaskan mengejar AU Jerman.

Setelah perang usai, dia kembali ke Shell menjadi penasihat baik di sektor publik maupun swasta. Dia juga sempat terlibat dalam program luar angkasa AS.

Di 1959, Doolittle pensiun dengan pangkat Letnan Jenderal. 1985, Presiden Ronald Reagan mempromosikan Doolittle sebagai perwira bintang empat, atau Jenderal.

Doolittle meninggal dunia pada usia 96 tahun di Pebble Beach, California, 27 September 1993, dan dimakamkan di Pemakaman Nasional Arlington, tepat sebelah istrinya, Josephine E Daniels.

https://internasional.kompas.com/read/2018/09/27/22202541/biografi-tokoh-dunia-james-doolittle-komandan-serangan-udara-as-ke

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke