Salin Artikel

Biografi Tokoh Dunia: Fidel Castro, Simbol Revolusi Komunis

Setelah menggulingkan pemerintahan Fulgencio Batista, dia menjabat sebagai perdana menteri hingga 2 Desember 1976.

Setelah itu, Castro menjabat sebagai Presiden Kuba sebelum memutuskan untuk mundur karena alasan kesehatan pada 24 Februari 2008.

Berikut merupakan biografi tokoh yang oleh pendukungnya dianggap berhasil melepaskan Kuba dari cengkeraman imperalisme Amerika Serikat (AS).

1. Masa Kecil dan Ketertarikan akan Politik
Fidel Alejandro Castro Ruz lahir pada 13 Agustus di Biran, kawasan timur Kuba. Ayahnya, Angel Castro ya Argiz, merupakan veteran Perang Spanyol-Amerika.

Dia pindah ke Kuba dari Galicia, Spanyol, dan menuai sukses setelah menanam tebu di pertanian Las Manacas Biran.

Sedangkan ibu Castro adalah Lina Ruz Gonzalez yang awalnya merupakan pelayan istri pertama Angel, Maria Luisa Argota.

Angel dan Lina menjalin hubungan, dan mempunyai tiga putra dan tiga putri dengan Castro merupakan anak keenam.

Di usia enam tahun, dia dikirim untuk tinggal bersama gurunya di Santiago de Cuba sebelum dibaptis dua tahun kemudian.

Setelah dibaptis, dia bersekolah di Sekolah Asrama La Salle di Santiago. Karena perilakunya, dia dipindahkan ke Sekolah Dolores yang dikelola imam Jesuit.

Pada 1945, Castro dipindahkan ke sekolah Jesuit yang namanya dikenal mashyur, El Colegio de Belen di Havana.

Meski Castro sangat menyukai sejarah, geografi, dan berdebat, dia bukan tergolong siswa dengan akademik bagus karena serius menekuni olahraga.

Di tahun yang sama, Castro mulai masuk Jurusan Hukum Universitas Havana. Mengaku "buta politik", dia mulai terlibat dalam kegiatan mahasiswa.

Dia menjadi pemuja anti-imperialisme sekaligus menentang intervensi Negeri "Paman Sam" di kawasan Karibia.

Ketertarikannya pada politik makin besar setelah dia mengkritik pemerintahan Presiden Ramon Grou yang dianggap korup pada November 1946.

Di 1974, dia bergabung dengan Partido Ortodoxo pimpinan politisi veteran Eduardo Chibas yang dikenal begitu kharismatik.

Juni 1947, dia mendengar adanya usaha untuk menggulingkan diktator Republik Dominika, Rafael Trujillo, yang dikenal sebagai sekutu AS.

Dia bergabung dalam kudeta yang kemudian batal dilaksanakan. Setelah itu, dia pergi ke Bogota, Kolombia April 1948 untuk berpartisipasi dalam pemberontakan.

Kembali ke Cuba, Castro menjadi figur berpengaruh dalam aksi protes menentang niat pemerintah menaikkan tarif bus.

Di 1948, dia menikah dengan Mirta Diaz Balart, seorang mahasiswi dari keluarga kaya yang berhubungan dengan Fulgencio Batista.

Meski pernikahan keduanya tak disetujui, ayah Diaz Balart memberikan mereka beberapa puluh ribu dolar AS agar mereka bisa berbulan madu di New York.


2. Berkuasanya Batista dan Rencana Memulai Pemberontakan
Setelah lulus dari universitas di 1950, Castro memulai praktik di bidang hukum. Selain itu, dia makin fokus di Ortodoxo.

Dia menjadi kandidat Partido Ortodoxo dalam Pemilihan House of Representatives yang direncanakan dihelat Juni 1952.

Dia memulai kampanye yang membawanya bertemu dengan Batista, mantan presiden periode 1940-1944 yang kembali lagi ke politik dengan kendaraan Partai Aksi Persatuan.

Saat itu, Batista menawarkan jabatan kepada Castro di partainya jika dia berhasil menang dalam pemilihan.

Meski sama-sama tak menyukai pemerintahan Presiden Carlos Prio Socarras, Castro tak memiliki kesepahaman visi dengan Batista.

10 Maret 1952, Batista menggerakkan militer, dan melakukan kudeta yang membuat Prio melarikan diri ke Meksiko.

Setelah mendeklarasikan dirinya sebagai presiden, Batista mengumumkan pembatalan pemilu, dan memperkenalkan sistemnya sebagai "demokrasi disiplin".

Castro, bersama dengan yang lainya, menganggap Batista telah melakukan pemerintahan diktator, dan menggugat secara hukum.

Dia membawa beberapa kasus yang dianggap merupakan pelanggaran rezim Batista. Namun, karena tak kunjung berhasil, Castro mulai berpikir untuk merencanakan pemberontakan.

3. Dimulainya Revolusi Kuba
Castro memulai pemberontakan dengan membentuk kelompok bernama "Pergerakan" dan bergerak menggunakan sistem sel rahasia.

26 Juli 1953, Castro dan sekitar 150 pengikutnya menyerang barak militer Moncada yang terletak di Santiago de Cuba untuk menggulingkan Batista.

Serangan itu gagal. Castro tertangkap. Dia kemudian disidang, dan dijatuhi hukuman penjara hingga 15 tahun.

Selama di penjara, dia dan adiknya, Raul, membentuk "Pergerakan 26 Juli" sebagai peringatan akan serangan di Moncada.

15 Mei 1955, Castro dan para tahanan pelaku serangan Moncada lainnya dibebaskan setelah mereka menerima amnesti dari rezim Batista.

Di tahun yang sama, pecah bentrokan sebagai akibat adanya aksi demontrasi serta pengeboman. Castro, adiknya, dan teman-temannya harus melarikan diri untuk menghindari penangkapan.

Mereka menuju Meksiko, di mana Castro bertemu dan kemudian berkawan baik dengan dokter asal Argentina bernama Ernesto "Che" Guevara.

Guevara yang percaya kemiskinan di Amerika Latin hanya dapat diatasi dengan revolusi bersenjata setuju bergabung dengan Castro.


4. Perang Gerilya 1956-1959.
Setelah mendapatkan yacht bernama Granma, Castro berlayar dari Tuxpan bersama 81 anggota revolusi lainnya di 25 November 1956.

Mereka baru sampai pada 2 Desember 1956 di rawa bakau Manzanillo, dan langsung disambut serangan pasukan Batista.

Serangan itu membuat anggota revolusi terbunuh maupun tertangkap. Hanya tersisa 12 orang termasuk Castro, Raul, dan Guevara.

Mereka mengungsi di kawasan Gunung Sierra Maestra, dan memulai kampanye melawan militer pemerintah menggunakan taktik perang gerilya.

Propaganda yang dilakukan mulai menuai kesuksesan dengan banyak orang meminta bergabung dalam gerakan gerilya.

Pada 1958, Castro dan pasukannya memulai serangkaian operasi untuk merebut sejumlah area penting di Kuba.

Dengan semakin melemahnya dukungan, Batista memilih melarikan diri ke Republik Dominika pada 1 Januari 1959.

Di usia 32 tahun, Castro sukses menghancurkan pemerintahan Batista ketika 800 pengikutnya mengalahkan 30.000 serdadu pemerintah.

Pemerintahan darurat sementara digulirkan, dengan Manuel Urrutia didapuk sebagai presiden, dan Jose Miro Cardona menjadi perdana menteri.

Langkah itu dengan cepat membuat AS mengakui. Sementara Castro masuk ke Havana dengan dielukan pendukungnya, dan dilantik sebagai panglima militer.

Di Februari 1959, Miro mengundurkan setelah berselisih paham dengan Castro yang marah karena melihat ribuan orang menjadi pengangguran.

Mereka menganggur setelah pemerintah menutup kasino dan rumah bordil. Setelah mundur, Miro lari ke AS, dan bergabung dengan pergerakan anti-Castro.

5. Mengubah Kuba Menjadi Komunis
Di 16 Februari 1959, Castro dilantik sebagai Perdana Menteri Kuba. Dia melakukan reformasi dengan nasional sejumlah pabrik dan perkebunan AS.

Di tengah reformasi itu, dia mengumumkan bakal memberlakukan kompensasi kepada perusahaan asing yang propertinya dinilai rendah untuk menghindari pajak.

Kebijakan itu dirasa menyulitkan perusahaan-perusahaan AS. Segera setelah itu hubungan Washington dan Havana memburuk.

Selama dia menjabat, Castro selalu menolak jika disebut komunis. Namun bagi rakyat AS, kebijakannya terlalu condong ke Uni Soviet.

Pada April 1959, Castro berkunjung ke AS dan menjadi tamu Klub Pers Nasional. Dia menyewa konsultan relasi publik untuk membantunya mempromosikan diri.

Namun, Presiden AS saat itu, Dwight Eisenhower, menolak untuk bertemu dengan Castro dalam acara tersebut.

Mei 1959, dia menandatangani Undang-undang Reformasi Agraria untuk membatasi asing dalam memiliki tanah di Kuba.

Di atas kertas, undang-undang itu bertujuan agar petani lebih mandiri. Namun pada kenyataannya supaya negara bisa menguasai tanah-tanah tersebut.

Di akhir 1959, revolusi Castro semakin radikal. Dia membersihkan pembersihan kalangan elite politik maupun militer.

Dalam pembersihan tersebut, Urrutia dipaksa mengundurkan diri. Selain itu, Castro menekan media yang kritis terhadap kebijakannya.

Rezim Castro juga mulai menjalin hubungan dengan Soviet. Moskwa mengirim 100 penasihat yang fasih berbahasa Spanyol untuk membantu pembentukan komite pertahanan.

Di Februari 1960, Kuba meneken perjanjian perdagangan minyak dengan Soviet dan menjalin hubungan diplomatik.

Ketika kilang yang dimiliki AS menolak menyediakan minyak, Castro mengusir mereka. Washington membalas dengan memotong impor gula Kuba.


6. Insiden Teluk Babi dan Krisis Rudal Kuba
1961 menjadi puncak ketegangan antara Kuba dengan AS. Dimulai dengan keputusan Eisenhower memutuskan hubungan diplomatik di 3 Januari 1961.

14 April 1961, Castro mengumumkan Kuba sebagai negara sosialis. Tiga hari kemudian, muncullah insiden yang terjadi di Teluk Babi.

Sekitar 1.400 orang Kuba yang ada di AS berusaha melakukan kudeta untuk menggulingkan pemerintahan "El Comandante".

Upaya kudeta tersebut gagal, di mana 1.000 orang tertangkap, sementara ratusan pemberontak lainnya terbunuh.

Meski AS menyangkal keterlibatan mereka di Teluk Babi, terdapat laporan bahwa orang Kuba itu dilatih oleh Badan Intelijen Pusat AS (CIA).

Arsip Keamanan Nasional kemudian mengeluarkan dokumen bahwa Washington merencanakan aksi melawan Castro pada Maret 1959.

Castro menggunakan Insiden Teluk Babi untuk mengonsolidasi kekuasaannya, dan mempromosikan berbagai agendanya.

1 Mei 1961, dia mengumumkan segala pemilihan demokrasi di Kuba dihentikan, dan mengecam aksi imperialisme AS.

Di akhir 1961, Castro menyatakan dirinya seorang Marxis-Leninis, dan mengumumkan ekonomi maupun politik Kuba didasarkan pada komunisme.

Segala seruan tersebut membuat Washington menyatakan embargo ekonomi penuh kepada Kuba pada 7 Februari 1962.

Oktober 1962, Castro semakin mesra dengan Soviet di mana dia meminta bantuan untuk mencegah invasi AS di masa mendatang.

Pemimpin Soviet, Nikita Khrushchev, melontarkan ide untuk menempatkan rudal nuklir di Kuba, sekitar 144 km dari kawasan pesisir Florida.

Khrushchev menyebut langkah tersebut dilakukan setelah Negeri "Paman Sam" memasang Rudal Jupiter di Turki.

Pesawat pengintai AS U-2 berhasil mendeteksi proses pemasangan fasilitas rudal tersebut yang membuat Presiden John F Kennedy bereaksi.

Dia kemudian melakukan pertemuan rahasia dengan Khrushchev, di mana dua negara adidaya tersebut sepakat melepaskan rudalnya.

Kedua pemimpin berhasil menyelamatkan reputasi mereka. Bahkan menuai pujian karena mampu membuktikan bisa menahan diri.

Castro, di sisi lain, merasa dipermalukan karena baik AS dan Soviet sama sekali tak mengajaknya dalam perundingan.

Selama memerintah, Castro dilaporkan menjadi target upaya pembunuhan yang dilakukan CIA. Dimulai dari bom yang dibuat menjadi cerutu.

Kemudian terdapat pakaian selam yang dipasangi jamur sehingga Castro mengalami penyakit kulit mengerikan. Menurut intelijen Kuba, terdapat 638 percobaan pembunuhan.


7. Jatuhnya Uni Soviet dan Kemunduran Castro
Pada 1991, Uni Soviet mengalami keruntuhan yang membuat ekonomi Kuba mundur, dan membuat Castro kehilangan momentum.

Tanpa impor minyak murah maupun pangsa pasar yang disediakan Soviet untuk produk Kuba seperti gula, angka pengangguran maupun inflasi meningkat.

Selain itu, spekulasi merebak bahwa El Comandante mulai mengalami masalah kesehatan yang diakibatkan usia tua.

Paling signifikan terjadi pada 2006. Ketika itu dia harus menjalani operasi akibat mengalami pendarahan gastrointestinal.

Di 31 Juli 2006 melalui pengumuman yang dramatis, Castro menunjuk adiknya Raul sebagai pemimpin sementara.

19 Februari 2008, Fidel Castro yang sudah berumur 81 tahun mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden Kuba.

April 2011, kabar mengejutkan terjadi ketika Castro juga mengumumkan pengunduran diri dari Sekretaris Pertama Partai Komunis.

Di masa pensiunnya, dia mulai menulis kolom tentang pengalaman maupun opini yang dibukukan menjadi Reflections of Fidel.

8. Kematian El Comandante
Pada 25 November 2016, televisi pemerintah Kuba mengumumkan bahwa Fidel Castro meninggal dalam usia 90 tahun.

Dengan penyebab kematian yang tidak diketahui, Castro dikremasi pada 26 November 2016, dan abunya dimakamkan di Pemakaman Santa Ifigenia, Santiago de Cuba.

https://internasional.kompas.com/read/2018/08/14/22493541/biografi-tokoh-dunia-fidel-castro-simbol-revolusi-komunis

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke