Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: Perang Empat Hari Libya dan Mesir

Perang yang hanya berjalan selama empat hari yaitu pada 21-24 Juli berakhir di meja perundingan.

Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata setelah Presiden Aljazair Houri Boumediene dan Pemimpin PLO Yasser Arafat turun tangan sebagai mediator.

Ketika Israel berdiri pada 1948, konflik antara negara-negara Arab mulai terlihat dengan anggapan berdirinya negeri itu ilegal dan tidak memperhatikan hak-hak bangsa Palestina

Mesir adalah salah satu negara Arab yang menentang berdirinya negara Yahudi, Israel.

Namun, manuver politik terjadi ketika Presiden Mesir Anwar Sadat mulai mendekati Israel dan Amerika Serikat.

Pemerintah Mesir mempunyai misi tersendiri untuk mendapatkan kembali Semenanjung Sinai yang telah diduduki Israel usai Perang Yom Kippur.

Ketika itu, pemimpin Libya Muammar Khadafi mengecam langkah Mesir mencoba mendekati AS dan Israel demi kepentingan politiknya.

Pada 1976, hubungan Libya dan Mesir kian memanas. Kedutaan besar Libya di Mesir ditutup setelah agen-agen Libya dituding mendalangi pembajakan sebuah pesawat milik Mesir.

Tak hanya itu, Mesir merespon dengan menyiapkan pasukan di perbatasan dengan Libya sebagai bentuk antisipasi.

Hubungan kedua negara semakin panas setelah Libya memutuskan untuk medeportasi ribuan warga Mesir yang bekerja di negeri itu.

Situasi semakin berada di titik nadir setelah kekerasan dan penyerangan terjadi di kedubes Libya dan Mesir di masing-masing negara.

Puncak seluruh eskalasi itu terjadi pada Juni 1977, ketika rakyat Libya melakukan unjuk rasa besar-besaran dan menuju ke wilayah Mesir untuk mengecam kebijakan negeri itu.

Militer Mesir tak tinggal diam, pasukan yang berada di perbatasan langsung menghadang warga Libya tersebut.

Pada 21 Juli 1977, militer Libya mulai menyerang sejumlah kota di Mesir dengan sasaran pertamanya adalah kota Sallum.

Tindakan agresif Libya ini membuat Mesir marah, Presiden Sadat memerintahkan militernya melakukan aksi balasan dengan menyerang dan menduduki kota-kota perbatasan Libya.

Perintah itu langsung diterjemahkan angkatan udara dan darat Mesir yang langsung menyerbu pos-pos militer dan pangkalan udara Libya.

Konflik itu membuat negara-negara Arab turun tangan demi mencegah perang yang lebih besar. Mereka menekan pemerintah Libya dan Mesir untuk menghentikan  baku tembak.

Akhirnya, pada tanggal 24 Juli 1977 sebuah perundingan gencatan senjata antara Libya dan Mesir digelar.

Presiden Aljazair Houri Boumediene dan Yasser Arafat turun tangan sebagai mediator perundingan.

Melalui perjanjian itu, selesailah konflik antara Libya dan Mesir. Walau hanya berlangsung empat hari perang itu mengakibatkan ratusan warga kedua negara tewas.

Selain korban jiwa di kalangan rakyat sipil, perang ini membuat Mesir kehilangan 100 tentara, 4 jet tempur MiG-21, dan jet SU-20.

Sementara di pihak Libya, 400 tentara tewas, 60 tank, 40 kendaraan angkut personel, 20 jet tempur Mirage, dan 1 MiG-23MS hancur.

https://internasional.kompas.com/read/2018/07/24/11495011/hari-ini-dalam-sejarah-perang-empat-hari-libya-dan-mesir

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke