Salin Artikel

Biografi Tokoh Dunia: Sir Stamford Raffles, Penulis Sejarah Jawa

Dia adalah Gubernur Jenderal Hindia Timur, kemudian Gubernur Jenderal di Bencoolen yang kini bernama kota Bengkulu, serta penemu Singapura modern.

Salah satu karya pentingnya adalah menulis buku The History of Java (Sejarah Jawa), dan diabadikan sebagai nama Latin Bunga Bangkai, Raflessia arnoldii.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi dari gubernur jenderal yang berkuasa padsa 1813 sampai 1816 tersebut.

1. Masa Kecil
Raffles lahir pada 6 Juli 1781 di kapal dagang Ann yang saat itu tengah melempar sauh di Pelabuhan Morant, Jamaika.

Ayahnya, Benjamin Raffles, merupakan kapten kapal tersebut, sementara ibunya bernama Anne Lyde yang berasal dari Yorkshire.

Keluarganya merupakan pedagang yang mencoba mengadu nasib ke Hindia Barat (kini Amerika Serikat) selama Revolusi Amerika.

Namun, persaingan ketat membuat usaha mereka tidak berkembang. Akibatnya, keluarga Raffles terlilit hutang, dan hanya punya sedikit uang untuk menyekolahkan Raffles.

Dia masuk sekolah asrama pada 1795 di usia 14 tahun. Setelah lulus, dia bekerja sebagai juru tulis bagi British East India Company (EIC).

Di 1805, dia dikirim ke Pulau Prince of Wales, Malaya Inggris, dan bekerja di bawah arahan Gubernur Penang, Philip Dundas.

Dia diangkat menjadi asisten sekretaris di tahun yang sama, dan menikah dengan Olivia Mariamne Devenish, janda dari ahli bedah bernama Jacob Cassivelaun Fancourt.

Saat itu, dia juga berteman dengan Thomas Otho Travers yang kemudian bakal menjadi sahabat baiknya selama 20 tahun selanjutnya.

2. Invasi Inggris ke Jawa
Karena kemampuannya dalam berbahasa Melayu, Raffles segera mendapat kepercayaan dari Gubernur Jenderal India, Lord Minto, dan ditempatkan di Malaka.

Pada 1811, Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte menaklukan Kerajaan Belanda. Situasi itu membuat Raffles bergabung dengan ekspedisi militer Inggris.

Ekspedisi tersebut dilakukan London untuk menghantam kekuatan gabungan Belanda dan Perancis di Jawa yang dipimpin Laksamana Robert Stopford.

Pada saat itu, Jawa dipimpin oleh Gubernur Jenderal Belanda Herman Willem Daendels yang membangun benteng di Meester Cornelis (kini Jatinegara).

Daendels kemudian digantikan Jan Willem Janssens. Meski punya benteng kuat, pasukan Inggris berhasil mengepung benteng itu hanya dalam waktu tiga jam.

Minto secara khusus memberikan pujian kepada Raffles dengan menyebutnya sebagai pribadi yang pintar, aktif, dan bijaksana.


3. Memerintah Jawa
Atas jasanya, Raffles diganjar penghargaan dengan menjabat sebagai Letnan Gubernur Jawa, dan berkedudukan di Buitenzorg (Bogor).

Dia menegosiasikan perdamaian dan beberapa ekspedisi militer kepada sejumlah penguasa yang dianggap menentang Kerajaan Inggris.

Salah satu operasi militer signifikan terjadi pada 21 Juni 1812 ketika Raffles memerintahkan serangan ke Yogyakarta.

Ketika itu, Keraton Yogyakarta merupakan salah satu dari dua kerajaan lokal terkuat yang ada di Pulau Jawa. Serangan Inggris membuat keraton rusak parah.

Raffles juga memerintahkan ekspedisi militer ke Palembang untuk menggulingkan pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin II dan merebut Pulau Bangka.

Dia bermaksud menjadikan Bangka sebagai markas tentara Inggris untuk menahan Belanda pasca-berakhirnya Perang Enam Koalisi untuk menghancurkan Napoleon.

Selama masa pemerintahannya, Raffles melakukan reformasi massal untuk merubah sistem kolonial Pemerintah Hindia Belanda.

Selain meningkatkan kondisi penduduk lokal, dia memperkenalkan sistem pencatatan bangunan-bangunan kuno yang ada di Jawa.

Seperti contoh, detil mengenai Candi Prambanan dituliskan oleh Colin Mackenzie. Adapun Candi Borobudur dicatat HC Cornelius.

Raffles juga memperkenalkan sistem kepemilikan lahan sebagai pengganti sistem tanam paksa yang diciptakan pemerintah Hindia Belanda.

Namun, segala reformasi yang dilakukan dianggap terlalu mahal bagi perusahaan EIC yang juga mencari untung dalam perdagangan.

Tidak mampu beradaptasi dengan iklim maupun kondisi di Jawa membuat Raffles sering didera penyakit. Dia terguncang ketika istrinya meninggal pada 26 November 1814.

Pada 1815, Raffles ditarik dan digantikan oleh John Fendall. Keputusan tersebut dilakukan karena Inggris bersiap menyerahkan kembali Jawa ke Belanda.

Penyerahan itu sesuai dengan Perjanjian Anglo-Dutch yang terjadi pada 1814 setelah terjadinya Perang Napoleon di Eropa.

Selain itu, Raffles juga dituding melakukan pemerintahan yang tidak layak sehingga membuat keuangan Jawa tidak sehat.

Dia kemudian berlayar ke Inggris untuk membersihkan namanya. Di tengah jalan, dia sempat mengunjungi Napoleon yang diasingkan di St Helena.

Pada 1817, Raffles menulis buku The History of Java yang berisi kisah tentang Pulau Jawa pada masa lampau. Dia memutuskan hanya memakai nama Stamford Raffles di buku itu.

Di tahun yang sama, dia diganjar penghargaan Knight Bachelor oleh Pangeran Regent (kemudian dikenal sebagai Raja George IV).


4. Menemukan Singapura
Pada 15 Oktober 1817, dia mendapat mandat sebagai Gubernur Jenderal di Bencoolen. Saat itu, dia kembali menikah dengan Sophia Hull.

Mereka tiba di Bencoolen pada 19 Maret 1818. Saat itu, Bencoolen merupakan koloni yang hasil ekspornya hanyalah lada.

Raffles yang melihat tempat itu acak adut, langsung melakukan reformasi seperti yang dia perbuat di Jawa, seperti menghapuskan perbudakan.

Di saat itu, dia menyadari perlunya keberadaan Inggris untuk menyaingi hegemoni Belanda, sekaligus terus memberi keuntungan bagi EIC.

Dia kemudian menuju Kalkuta, India, di mana dia bertemu gubernur jenderal yang baru, Lord Hastings, untuk mengutarakan pendapatnya.

Pada 7 Desember 1818, dia berlayar ke Bencoolen dengan membawa pejabat berkualitas yang diberikan oleh Hastings.

Pejabat itu bakal diberi tugas mendirikan pos kuat dan stabil di kawasan timur Selat Malaka sehingga membuka jalur ke perairan China.

Pada pagi hari 29 Januari 1819, mereka mendarat di sebuah pulau jarang penduduk di ujung selatan Semenanjung Malaya.

Karena Kesultanan Johor tidak berkuasa di sana, dia kemudian membuat kontak dengan raja lokal di sana atau Temenggong.

Kontak berjalan lancar. Raffles yang sudah paham geopolitik Malaya berhasil mendapat hak dagang eksklusif. Sebagai gantinya, Inggris bakal memberi perlindungan.

Khawatir jika dianggap bakal memprovokasi Belanda, maka dia mendirikan Singapura setelah terlebih dahulu melewati perjanjian.

Sempat kembali ke Bencoolen untuk memerintah selama tiga tahun, Raffles kembali ke Singapura pada Oktober 1822.

Dia lalu mengorganisasi ulang beberapa cabang administrasi yang ada di Singapura. Dia kemudian membuat regulasi pada Januari 1823.

"Pelabuhan Singapura adalah pelabuhan bebas yang menerima segala perdagangan dan kapal dari seluruh negara di dunia. Semua diperlakukan setara," ujar Raffles dalam regulasinya.

Namun, segala usahanya untuk mengatur Singapura kandas setelah Inggris dan Belanda meneken Traktat Anglo-Dutch pada 1824.

Dengan perjanjian yang ditandatangani pada 17 Maret 1824, Amsterdam mengambil seluruh kendali atas Pelabuhan Singapura.

Dia kembali ke Inggris pada 22 Agustus 1824. Kekuasaannya di Singapura hanyalah delapan bulan. Namun, dia dianggap pencipta Singapura modern.

5. Kembali ke Inggris dan Meninggal
Raffles pulang ke Inggris dalam kondisi kesehatan yang menurun. Namun, dia kembali menemukan semangat karena kembali menekuni dua hal yang dia sukai; botani dan zoologi.

Pada 1825 dan April 1826, dia menjadi penemu serta didapuk sebagai Presiden Masyarakat Zoologi London dan Kebun Binatang London.

Dia meninggal pada 5 Juli 1826, sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-45 di Highwood House di Mill Hill, kawasan utara London, karena menderita tumor otak.

https://internasional.kompas.com/read/2018/07/05/22284481/biografi-tokoh-dunia-sir-stamford-raffles-penulis-sejarah-jawa

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke