Salin Artikel

Dari 3 Indikator, Pertemuan Trump-Kim Baru Sukses di 1 Tahap

Kalimat itu diutarakan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un ketika bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Kim tak salah jika mengatakan demikian. Sebab, hingga akhir Januari lalu, kedua pemimpin saling melontarkan ejekan dan ancaman.

Namun, di Hotel Capella, Singapura, pada Selasa pagi (12/6/2018) waktu setempat, keduanya bertatap muka, dan berbicara empat mata.

Sebuah pertemuan yang serba pertama baik bagi Trump maupun Kim. Untuk Trump, jika melihat fakta sejarah, belum pernah ada presiden aktif AS yang duduk semeja dengan Pemimpin Korut.

Kemudian bagi Kim, ini merupakan kunjungan kenegaraan terjauh yang pernah dilakoninya sejak berkuasa tujuh tahun lalu.

Pertemuan tersebut kemudian menghasilkan sebuah dokumen yang ditandatangani oleh keduanya, dan berisi empat poin penting.

Salah satu poin yang menjadi isu utama mengapa harus digelar pertemuan tersebut adalah proses denuklirisasi di Semenanjung Korea.

Robert Charles, mantan Asisten Menteri Luar Negeri era Presiden George W Bush menyatakan, ada tiga indikator kesuksesan dalam pertemuan Kim dan Trump.

Pertama adalah kedua pemimpin benar-benar bertemu dan bercakap-cakap serta menyetujui adanya penyelesaian isu utama yang dibawa dalam pertemuan.

Kedua adalah masa depan seperti apa yang terjadi setelah mereka menggelar pertemuan bilateral. Charles menyebutnya pertemuan ide.

Ketiga, yang notabene adalah indikator penting, adalah menyatukan pikiran dua pihak yang bertemu dalam meja perundingan.

"Pada tahap ini, AS dan Korut sepakat bahwa pertemuan yang terjadi menghasilkan dampak saling menguntungkan," kata Charles dikutip Fox Business.

Charles berkata, Trump dan Kim telah sukses melalui tahap pertama. Mereka telah resmi melangsungkan perundingan.

Dari sisi Kim, dia boleh dibilang "menang" setelah Trump mengumumkan bakal menghentikan latihan militer antara AS dengan Korea Selatan (Korsel).

Latihan perang bersandi Foal Eagle dan Key Resolve itu selama bertahun-tahun selalu menjadi keluhan utama Korut.

Sebab, Korut menganggap latihan rutin tahunan itu merupakan ancaman bagi keamanan sehingga menjadi alasan untuk mempertahankan nuklir mereka.

Dengan kesuksesan tahap pertama itu, maka tantangan yang lebih berat bakal dihadapi oleh Trump dan Kim ketika mereka menginjak indikator kedua dan ketiga.

Yang paling terlihat adalah bentuk denuklirisasi seperti apa yang diinginkan oleh AS pasca-pertemuan di Singapura.

Olivia Enos, analis kebijakan berkata, pertemuan tersebut hanya berputar pada pembahasan nilai historis maupun kemegahan yang ditampilkan.

"Kecil sekali pembahasan akan detil apa itu denuklirisasi. Termasuk keinginan AS agar proses tersebut berlangsung menyeluruh, transparan, dan bisa diverifikasi," tutur Enos.

Penasihat keamanan Trump, John Bolton, sempat mencetuskan bahwa denuklirisasi di Korut hanya bisa dilakukan dengan menggunakan model Libya.

Model tersebut mengharuskan Korut menyerahkan seluruh senjata nuklir yang dipunya, kemudian mengirimkannya ke fasilitas yang ditunjuk AS.

Melihat hubungan yang baru saja dibangun, Trump sangat besar kemungkinannya untuk tidak mendengarkan saran dari penasihatnya itu.

Sebab, ketika Bolton mengusulkannya, Pyongyang bereaksi dengan keras, dan sempat mengancam bakal membatalkan pertemuan.

Karena itu dalam konferensi pers, secara tersirat Trump menyatakan bakal mencari formula denuklirisasi yang tepat.

"Kami akan kembali bertemu. Kami akan bertemu lagi berkali-kali," ucap presiden yang berasal dari Partai Republik itu.

Apalagi, tentu Trump sudah memahami stigma Korut sebagai negara yang dilaporkan sering melanggar komitmen sendiri.

Selain itu, sangat sulit memastikan apakah negeri komunis tersebut benar-benar telah memulai proses penghapusan nuklir.

Pada 24 Mei lalu, Korut menyatakan telah menghancurkan situs uji coba nuklir mereka yang terletak di Punggye-ri, Gunung Mantap.

Jurnalis asing juga didatangkan untuk melihat langsung proses penghancuran situs yang telah menggelar lima dari enam uji coba nuklir Korut tersebut.

Namun, seperti diwartakan Business Insider, para jurnalis itu kesulitan untuk memastikan apakah Korut benar-benar menutup Punggye-ri.

"Memang kami melihat pintu masuk terowongan telah dihancurkan. Namun, kami tidak bisa memastikan apa yang terjadi setelahnya," kata jurnalis Sky News, Tom Cheshire.

Jadi, Trump menyatakan bakal menambahkan poin yang tidak tercantum selama pertemuan supaya proses denuklirisasi tetap berjalan di lajur yang benar.

Proses denuklirisasi menyeluruh yang diinginkan Trump sangat kecil kemungkinannya bisa diselesaikan dalam 1-2 tahun ke depan.

Jadi, indikator ketiga, melihat Korut bisa merasakan keuntungan setelah menghapus keberadaan nuklirnya, masih jauh terlihat.

Namun, presiden 71 tahun itu berujar bahwa dia mempercayai Kim, dan yakin Kim juga menaruh kepercayaan terhadapnya.

"Kami berdua ingin melakukan sesuatu, dan saat ini kami memiliki relasi spesial. Masyarakat bakal sangat kagum dan bahagia dengan pencapaian kami," cetus Trump.

https://internasional.kompas.com/read/2018/06/13/04300051/dari-3-indikator-pertemuan-trump-kim-baru-sukses-di-1-tahap

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke