Salin Artikel

Kisah di Balik D-Day (Bagian 4): Akhinya, Invasi ke Normandia!

Selain itu, para anggota intelijen sekutu berkontribusi dengan membuat komunikasi palsu yang menyebar informasi seolah Sekutu akan menyerang Norwegia atau Calais di Perancis.

Kini tibalah di tujuan akhir semua persiapan rumit itu, pendaratan di Normandia, 6 Juni 1944 alias D-Day.

Sedikit kisah soal agen Komite XX. Di bagian tiga dikisahkan Komite XX adalah unit kontraintelijen Sekutu yang bertugas menyebar informasi palsu untuk menutupi rencana invasi yang sesungguhnya.

Seorang agen lapangan perempuan  Komite XX, melapor kepada Jerman bahwa dia tengah berkencan dengan seorang perwira dari Tentara ke-14 AS, yang tentu saja tak pernah ada unit dengan nama itu.

Si agen mengatakan, perwira yang dikencaninya bercerita Sekutu memindahkan markas mereka ke kawasan Dover tepat di seberang Calais untuk mempersiapkan invasi.

Sang agen juga mengatakan, bahwa informasi yang diterima Jerman soal invasi ke Normandia hanyalah sebuah pengalih perhatian.

Jerman pun yakin dengan informasi itu dan memperkuat pertahanannya di sekitar Calais, yang merupakan kota pelabuhan strategis.

Meski demikian Field Marshal Erwin Rommel yang memimpin pertahanan di Normandia tetap siapa. Dia memerintahkan pasukannya menanam berbagai perangkap di bawah air sepanjang pantai Normandia.

Rommel juga telah meminta agar pasukannya di Normandia dikirimi lebih banyak semen dan ranjau tetapi permintaan itu ditolak Berlin.

Alhasil, Rommel membuat penghalang pantai hanya dengan menggunakan balok-balok kayu dan baja.

"Satu-satunya kesempatan kami hanyalah di pantai," kata Rommel saat itu.

Dalam benak Rommel, pasukannya akan berusaha menghentikan pasukan Sekutu di pantai Normandia.

Dia berharap pasukan Sekutu mendarat di saat laut pasang sehingga kapal-kapal pendarat akan terperangkap penghalang yang sudah dipasangnya.


Pada akhir Mei, pasukan Rommel berada di bunker memandangi pantai Normandia, menanti datangnya pasukan penyerbu di tempat itu.

Di bunker 62, yang berada di bukit di atas pantai Omaha, pasukan Jerman menunggu sambil mendengarkan lagu pop dari gramafon atau membaca surat dari orang-orang tercinta mereka.

Sersan Valentin Lehrmann mengetahui, anak ketiganya baru saja lahir pada 26 Mei 1944 dan diberi nama Elfredie.

Sedangkan Prajurit Hem Severloh, putra seorang petani dan veteran pertempuran Rusia, mengeluhkan nasibnya.

"Saya tahu, jika saya tak membunuh mereka maka mereka akan membunuh saya. Yang saya inginkan hanya keluar dari neraka ini. Yang saya inginkan hanyalah tetap hidup," ujar Severloh.

Di saat yang sama, di seberang Selat Channel, pasukan penyerbu dikirim ke kamp-kamp dengan kamuflase di pesisir Inggris.

Di sebuah kamp di Weymouth, Raja dan Ratu Inggris mendadak mengunjungi Batalion Laut Keenam.

Salah seorang anggota rombongan keluarga kerajaan memberikan sebuah bendera Amerika kepada pelaut Clyde Whirty yang berusia 17 tahun.

Clyde lalu memasang bendera itu ke sebuah buldozer yang akan digunakan untuk membersihkan pantai.

Saat seorang temannya memperingatkan, bendera itu bisa memancing tembakan Jerman, Whirty yang pendiam itu hanya mengangkat bahunya.

"Jika mereka membunuh saya, apakah mereka tidak akan membunuh yang lain?" kata dia.

Pada 1 Juni 1944, beberapa pembawa pesan naik ke atas kapal-kapal sekutu yang ditambatkan di pelabuhan keberangkatan.

Mereka menyerahkan sebuah amplop tertutup untuk masing-masing komandan dengan tanda "top secret'. Di dalam amplop itu masih ada selembar amplop tertutup lagi.

Pesan dalam amplop itu pada intinya mengatakan tanggal invasi adalah 5 Juni 1944 dengan kemungkinan perubahan pada 6 atau 7 Juni.

"Hancurkan pesan ini dengan cara dibakar setelah Anda membaca dan memahaminya," demikian tertulis di akhir pesan.


Pada 5 Juni, ternyata badai menghantam Selat Channel. Keesokan harinya laut belum terlalu tenang tetapi badai sudah berlalu.

Tak lama setelah fajar pada 6 Juni 1944, armada kapal perang Sekutu muncul dari balik kabut kelabu yang menyelimuti pantai Normandia.

Kapal-kapal perang itu siap menghancurkan benteng-benteng pertahanan Jerman seperti yang sudah dirinci dalam peta BIGOT.

Di belakang pantai Utah, deretan baterai Jerman terlebih dulu memuntahkan peluru yang mengincar dua kapal perusak AS, USS Fitch dan Corry.

Kedua kapal itu kemudian bergerak ke sisi kanan untuk membentuk garis paralel degan pantai. Kapal-kapal itu kemudian membuang sauh dan mereka kini menjadi sebuah landasan meriam yang kokoh untuk menghujani pantai dengan peluru.

Pada pukul 06.10, amat sesuai dengan jadwal, pesawat-pesawat tempur sekutu menciptakan layar kabut untuk melindungi kapal-kapal perusak itu, sayangnya satu pesawat ditembak jatuh sebelum bisa melindungi USS Corry.

Meriam-meriam Jerman dengan segera menembak kapal itu yang juga tengah menembaki pantai. Peluru yang dilepaskan Jerman meleset.

Namun, sekitar pukul 06.30, USS Curry menghantam ranjau. Delapan menit kemudian dek utama sudah kemasukan air dan USS Curry terbelah dua.

Sang kapten, Letkol George Dewey Hoffman memerintahkan 18 perwira dan 265 pelaut meninggalkan kapal dan terjun ke laut.

Setelah semua anak buahnya masuk ke dalam air yang bersuhu 12 derajat Celcius itu, barulah Hoffman menyusul mereka.

Penembakan terus berlanjut dan semakin banyak tentara yang tewas di dalam air laut yang dingin itu. Saat kapal penyelamat tiba dua jam kemudian, mereka menembaki Jerman sekaligus menyelamatkan 260 awak USS Corry yang nyaris mati kedinginan.

USS Corry yang menembakkan 400 peluru di menit-menit awal D-Day, kehilangan 24 pelaut dalam invasi tersebut.

Sekitar pukul 07.30, Batalion Laut Keenam mulai mendarat di Pantai Omaha, sesuai dengan peta BIGOT mereka disebut sebagai sektor Easy Red.

Clyde Whirty, mengemudikan buldozer dengan bendera AS yang berkibar, bergerak di pantai dan melindas ranjau.

Saat ranjau meledak Clyde melompat sambil menarik bendera hadiah dari keluarga kerajaan Inggris itu lalu lari menuju buldozer lainnya.

Di sebuah buldozer, Clyde mendapati pengemudinya sudah tewas. Dia menyingkirkan jenazahnya lalu mengendarainya menuju pantai.

Saat tembakan artileri menghantam buldozer itu, Clyde yang masih memegang bendera AS miliknya, berlari menuju ke sebuah buldozer yang tak berpengemudi.

Dia naik ke buldozer itu dan bergerak maju. Di penghujung hari, Clyde sudah berada di buldozer keempatnya dan tetap bekerja membersihkan jalan untuk pasukan infantri.

Sementara di sisi lain, Prajurit Hem Severloh meringkuk di belakang senapan mesin di Bunker 62 sambil menyaksikan gelombang manusia turun dari kapal-kapal pendarat.

"Tugas saya adalah menembaki mereka saat masih berbaris menuju pantai satu demi satu sebelum mereka menyebar," kenang Severloh.

Severloh menambahkan, dia melihat cipratan air setiap kali peluru yang dilepaskannya mendarat dan saat cipratan air itu berada di dekat para tentara AS, mereka langsung menjatuhkan badan.

"Segera mayat pertama dihanyutkan arus pasang, dan dalam sekejap semua tentara AS di bawah sana tertembak," kata Severloh.


Severloh memperkirakan dia menembakkan tak kurang dari 12.000 peluru dari senapan mesinnya dan 400 peluru dari karabinnya.

Namun, pasukan Sekutu terus berdatangan dan di penghujung hari Severloh tak punya pilihan selain menyerah.

Dia berharap tentara AS tidak menyadari bahwa dialah yang menembakkan senapan mesin yang banyak menewaskan tentara Sekutu di pantai Omaha.

Di hari yang sama, Sersan Valentin Lehrmann tewas sambil memandangi foto istrinya. Di sore hari, bunker 62 sudah kosong, semua orang di dalamnya tewas, terluka, tertangkap, atau kabur.

Berada di laut juga tak bisa dikatakan aman dari maut. Saat sebuah kapal pendarat tiba di pantai sektor Easy Red, kapal itu menghantam ranjau.

Selanjutnya, kapal tersebut dihujani tembakan senapan mesin dan artileri.

"Peluru menghancurkan kompartemen pasukan dan menghantam para prajurit yang mencoba turun ke arah pintu," demikian laporan kapten LST-85.

Menderita serangan parah, LST-85 akhirnya berbalik arah membawa puluhan jenazah dan tentara yang terluka.  Prajurit yang masih sehat kemudian dipindahkan ke LST lain yang menuju ke pantai Omaha.

Meski pasukan yang dikerahkan Sekutu amat banyak didukung berbagai peralatan tempur tercanggih di masa itu, Sekutu tak mampu mencapai tujuan mereka di hari pertama pendaratan.

Kota-kota seperti Carentan, St Lo, dan Bayeux masih berada dalam kekuasaan Jerman. Sementara kota penting Caen baru bisa direbut pada 21 Juni.

Hanya dua pantai, Juno dan Gold, yang berhasil dikuasai di hari pertama. Baru pada 12 Juni kelima pantai sasaran terhubung satu sama lain.

Di hari pertama korban juga amat besar. Di pihak sekutu korban yang jatuh setidaknya 10.000 orang, dengan 4.414 orang tewas.

Sementara di pihak Jerman diperkirakan antara 4.000-9.000 orang menjadi korban tewas atau luka.

https://internasional.kompas.com/read/2018/06/06/19383191/kisah-di-balik-d-day-bagian-4-akhinya-invasi-ke-normandia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke