Salin Artikel

Setahun Setelah Pengepungan Marawi, Tentara Filipina Masih Siaga Merah

Bahkan kini, militer Filipina mengerahkan 105 personel tentara perempuan ke kamp-kamp pengungsi di sekitar kota yang hancur itu untuk memberikan bantuan psikologis untuk anak-anak korban konflik.

Pasukan perempuan itu dijuluki "Hijab Troopers".

Anak-anak yatim piatu dan mereka yang terpaksa mengungsi akibat konflik kerap menjadi target rekrutmen kelompok militan.

Para prajurit perempuan ini berharap mereka bisa mengubah tren tersebut dengan memberi anak-anak tersebut perlindungan dan kenyamanan.

Kota Marawi mulai dikepung pada 23 Mei 2017, ketika kelompok militan Maute menduduki sebagian besar wilayah kota tersebut.

"Dulu, saat kami memberikan kertas untuk menggambar, anak-anak ini menggambar ISIS dan bercita-cita menjadi anggota ISIS," kata Angel Manglapus, salah satu personel Hijab Troopers.

"Namun sekarang, saat kami minta mereka menggambar, kini mereka melukis sekolah dan beberapa dari mereka ingin menjadi tentara," tambah Angel.

Menurut perkiraan pemerintah, sebagian besar anggota militan Maute yang selama lima bulan menduduki Marawi tewas dalam pertempuran.

Namun, sisa-sisa kelompok itu mengumpulkan kembali kekuatan di Lanao del Sur dan Lanao del Norte serta daerah pinggiran kota Marawi dan daerah lain di Mindanao.

Meski mereka kekurangan sumber daya manusia, mereka justru memiliki banyak sumber pendanaan.

Militer Filipina yakin mereka menggunakan uang tunai dan emas yang diperoleh dari hasil menjarah untuk merekrut ratusan anggota baru.

Tokoh utama kelompok ini sekarang adalah, Abu Dar, anggota militan Maute yang lolos dari pengepungan Marawi.

Abu Dar dikabarkan menjadi penerus Isnilon Hapilon sebagai pemimpin ISIS di Filipina.


Meski untuk sementara ancaman kelompok ini bisa dihentikan, tetapi lambannya proses rehabilitasi di Marawi memberikan cukup waktu bagi kelompok ini untuk bertumbuh.

Militer Filipina masih terus melakukan operasi dan kali ini mereka mendapat bantuan dari penduduk setempat.

"Warga setempat kini banyak membantu kami," kata Kolonel Romeo Brawner J5, wakil komandan Gugus Tugas Gabungan AD Filipina.

"Sebelum pengepungan Marawi, kami sulit mendapat informasi dari warga. Namun, setelah mereka menyaksikan yang terjadi dan kehancuran kota ini, mereka sekarang mau bekerja sama," tambah Brawner.

"Contohnya, pada Januari lalu kami tiga kali menggrebek posisi Maute dan keberhasilan itu berkat informasi warga," tambah Brawner.

Selain melakukan operasi, militer Filipina juga mengimbau militan untuk menyerah. Belum lama ini, 15 anggota kelompok Maute menyerahkan diri.

"Kami menggelar kampanye untuk meyakinkan sisa-sisa anggota kelompok Marawi untuk menyerahkan diri dan kami janjikan mereka mendapakan perlakuan yang adil," lanjut Brawner.

"Beberapa dari mereka telah menyerah, sehingga kami bisa memproses mereka untuk mendapatkan informasi lebih banyak tentang rekan-rekan mereka," lanjut dia.

Sementara itu, undang-undangdarurat masih berlanjut di beberapa tempat di Mindanao sehingga militer berwenang untuk menangkap orang yang dicurigai.

"Kami juga menemukan lebih dari 1.500 pucuk senjata yang hilang tak hanya di Marawi tetapi juga di Lanao del Sur dan Lanao del Norte," lanjut Brawner.

"Sehingga kami bisa katakan undang-undang darurat membuat kondisi di provinsi Lanao del Sur bisa terkendali," lanjut dia.

Satu penghalan untuk mengendalikan wilayah ini adalah proses pembahasan Undang-undang Bangsamoro yang kini macet di Parlemen Filipina.

Undang-undang ini sebagai dasar pembentukan daerah otonomi khusus Mindano dan memberikan para pemimpim Muslim setempat otonomi lebih besar dalam mengambil keputusan.

Undang-undang ini diharapkan bisa mengakhiri konflik panjang antara pemerintah dan kelompok-kelompok pemberontak Muslim.

Presiden Roddrigo Duterte sudah meminta Kongres Filipina untuk mengesahkan undang-undang tersebut pada tahun ini.

Namun, hingga undang-undang itu terbit, situasi di Mindanao tetap rapuh. Dan meski pertempuran Marawi dimenangkan pemerintah, tetapi perang masih jauh dari kata akhir.

https://internasional.kompas.com/read/2018/05/19/16383171/setahun-setelah-pengepungan-marawi-tentara-filipina-masih-siaga-merah

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke