Salin Artikel

Mengikuti "Roller Coaster" Karier Politik Anwar Ibrahim (1)

Karier politisi berusia 70 tahun ini bisa dikatakan seperti "roller coaster", naik turun hingga berbelok amat tajam selama dua dekade terakhir.

Pria kelahiran Bukit Mertajam 10 Agustus 1947 ini memang sejak muda sudah menerjuni dunia politik dengan menjadi presiden Persatuan Pelajar Muslim Malaysia pada 1968-1971.

Dia juga menjadi salah seorang pendiri Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) pada 1971 dan terpilih menjadi presiden Majlis Belia Malaysia (MBM).

Pada 1974, Anwar dipenjara setelah memimpin unjuk rasa mahasiswa menentang kemiskinan dan kelaparan di pedesaan.

Unjuk rasa ini dipicu kabar satu keluarga di desa Baling, negara bagian Kedah yang meninggal dunia akibat kemiskinan karena anjloknya harga karet.

Celakanya, kabar ini kemudian terbukti salah tetapi Anwar sudah telanjur ditahan berdasarkan Internal Security Act (ISA) yang mengizinkan penahanan tanpa pengadilan bagi siapa saja yang dianggap mengancam keamanan negara.

Anwar kemudian menghabiskan 20 bulan masa hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan Kamunting.

Mencicipi kehidupan di balik terali besi tak membuat Anwar kapok berpolitik. Malahan, kariernya kian moncer dan pada 1982 Anwar mengambil keputusan yang mengejutkan.

Anwar yang dikenal kritis menentang pemerintah justru memutuskan bergabung dengan Organisasi Nasional Malaysia Bersatu (UMNO) yang saat itu dipimpin Mahathir Mohamad, yang menjabat perdana menteri sejak 1981

Setelah bergabung di UMNO, karier politiknya semakin cemerlang. Setahun setelah bergabung dengan UMNO, Anwar ditunjuk menjadi Menteri Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga pada 1983.

Setahun kemudian, Anwar memimpin Kementerian Pertanian Malaysia sebelum menjadi menteri pendidikan pada 1986.

Saat itu, Anwar sudah dianggap amat berpeluang menjadi wakil perdana menteri. Sebab, sesuai tradisi politik di Malaysia, posisi menteri pendidikan adalah jalan menuju kursi wakil perdana menteri.

Ternyata prediksi itu benar adanya. Pada 1993, Anwar menjadi wakil perdana menteri setelah terpilih menjadi Wakil Presiden UMNO mengalahkan Ghafar Baba yang awalnya digadang-gadang bakal menjadi penerus Mahathir Mohamad.

Setelah menjadi wakil perdana menteri, hubungan Anwar dengan Mahathir amat mesra bahkan di mata publik hubungan kedua politisi ini bagaikan hubungan ayah dan putranya.

Peluang Anwar  menjadi pemimpin Malaysia di masa depan semakin besar ketika pada 1997, dia ditunjuk menjadi penjabat perdana menteri kala Mahathir memutuskan cuti selama dua bulan.

Sayangnya, hubungan Anwar dan Mahathir kemudian memburuk yang dipicu atas perbedaan pandangan keduanya dalam menjalankan pemerintahan.

Saat Mahathir cuti, Anwar mengambil langkah-langkah radikal mengubah mekanisme pemerintahan yang ternyata tak disukai Mahathir.

Salah satunya adalah kebijakan terkait bagaimana Malaysia menghadapi krisis keuangan yang dianggap menjadi pemicu buruknya hubungan kedua politisi ini.

Selain itu, Anwar secara terang-terangan kerap mengkritik apa yang disebutnya budaya nepotisme dan kroniisme dalam tubuh UMNO yang dianggapnya sebagai penyebab utama maraknya korupsi dan penyalahgunaan anggaran negara.

Pada 1997, saat menjadi menteri keuangan, Anwar mendukung langkah Dana Moneter Internasional (IMF). Dia melakukan penghematan anggaran dengan memangkas pengeluaran negara sebesar 18 persen, memotong gaji menteri, dan menunda proyek-proyek besar.

Proyek-proyek besar yang ditunda oleh Anwar Ibrahim termasuk sejumlah proyek yang menjadi andalan dalam strategi pembangunan yang dirancang Mahathir Mohamad.

Pada 1998, di tengah semakin memburuknya hubungan Anwar dan Mahathir, majalah Newsweek mendaulat Anwar sebagai "Tokoh Asia Tahun Ini".

Di tahun yang sama, sayap kepemudaan UMNO yang dipimpin sekutu Anwar, Ahmad Zahid Hamidi, mengisyaratkan mereka akan mengangkat isu kroniisme dan nepotisme dalam Sidang Umum UMNO.

Saat sidang umum digelar, beredarlah sebuah buku berjudul "50 Dalil Kenapa Anwar Tidak Boleh Jadi PM". Buku ini berisi tuduhan praktik homoseksual dan korupsi yang dilakukan Anwar Ibrahim.

Anwar kemudian meminta pengadilan menghentikan peredaran buku itu dan menggugat sang penulik dengan pasal pencemaran nama baik.

Polisi kemudian menjerat penulis buku itu dengan dakwaan menyebarkan berita palsu, tetapi di sisi laini polisi juga menginvestigasi kebenaran di dalam buku tersebut.

Masuk penjara

Pada 20 September 1998, polisi menangkap dan menahan Anwar Ibrahim dengan tuduhan melakukan korupsi dan menghalangi investigasi soal tuduhan melakukan sodomi.

Di tahanan Anwar disiksa kepala kepolisan Inspektur Jenderal Rahim Noor yang kemudian dinyatakan bersalah dan dihukum dua bulan kurungan.

Namun, setelah disidangkan pada 1999, Anwar Ibrahim dijatuhi hukuman penjara selama enam tahun. Dua bulan kemudian Anwar mendapatkan vonis kedua yaitu sembilan tahun penjara.

Hukuman yang dijatuhkan karena Anwar dianggap terbukti melakukan sodomi itu harus dijalankan usai masa hukuman pertama berakhir.

Pemenjaraan Anwar Ibrahim mendapat kecaman dari dunia internasional dan dianggap langkah ini adalah upaya pemerintah untuk membungkam lawan politik.

Bahkan Wakil Presiden AS Al Gore menyerukan agar pemerintah Malaysia segera membebaskan Anwar Ibrahim.

Setelah melalui perjuangan panjang dan tekanan dunia internasional, Mahkamah Agung Malaysia mencabut semua dakwaan terhadap Anwar dan sang politisi dibebaskan pada 2 September 2004. (bersambung)

https://internasional.kompas.com/read/2018/05/16/12224531/mengikuti-roller-coaster-karier-politik-anwar-ibrahim-1

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke