Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Tenggelamnya Kapal Feri Sewol

Hanya dalam waktu 2,5 jam kapal yang membawa 476 orang penumpang itu tenggelam dan menewaskan 304 orang penumpang yang sebagian besar adalah siswa SMA Danwon yang tengah berlibur menjelang ujian.

Daeri seluruh penumpang kapal ini, 172 orang selamat karena ditolong kapal-kapal nelayan dan kapal-kapal lainnya yang tiba di lokasi 40 menit setelah kedatangan pasukan penjaga pantai Korsel.

Kapal feri itu dibuat di Jepang pada 1994 kemudian dibeli perusahaan Chonghaejin Marine pada 2012.

Perusahaan itu kemudian melakukan sejumlah modifikasi terhadap kapal itu termasuk tambahan kabin penumpang di dek tiga, empat, dan lima.

Setelah direnovasi berat kapal ini bertambah 239 ton menjadi total 6.825 ton dengan tambahan penumpang 116 orang.

Setelah dimodifikasi , kapal ini menjalani pemeriksaan untuk mendapatkan sertifikat kelaikan berlayar sebelum resm i beroperasi pada 15 Maret 2013.

Setiap pekan Sewol melakukan tiga perjalanan pulang pergi dari Incheon menuju Jeju yang berjarak sekitar 425 kilometer dengan durasi pelayaran 13,5 jam.

Pada 15 April 2014, Sewol dijadwalkan meninggalkan pelabuhan Incheon pada pukul 18.30 waktu setempat.

Namun, akibat kabut tebal yang membuat jarak pandang kurang dari 1 kilometer membuat keberangkatan kapal itu ditunda.

Pada pukul 20.35, peringatan soal minimnya jarak pandang dicabut dan setelah semua kondisi terkait keamanan pelayaran diperiksa, Sewol diberangkatkan sekitar pukul 21.00 waktu setempat.

Sebanyak 325 orang penumpang adalah siswa SMA Danwon dan lima orang lainnya adalah warga negara asing.

Lee memiliki pengalaman 40 tahun berlayar dan sudah kerap melayari rute Incheon-Jeju sebelumnya. Dia menjalani kontrak kerja selama satu tahun dengan gaji 2.500 dolar AS.

Awalnya pelayaran berjalan lancar. Namun, saat Sweol melintasi Selat Maenggol yang dikenal akan arus airnya yang kuat, yang bertugas di anjungan justru seorang perwira ketiga yang belum berpengalaman.

Kabarnya, perwira muda ini melihat sebuah kapal yang melaju mengarah ke Sewol. Khawatir terjadi tabrakan, perwira ini memerintahkan agar kapal berbelok.

Celaka, petugas pengemudi membelokkan arah kapal terlalu tajam sehingga Sewol kehilangan keseimbangan yang mengakibatkan kargo kapal bergeser ke satu sisi.

Alhasil kapal itu miring dan tak bisa tegak kembali yang pada ujungnya berakhir dengan tragedi menyedihkan itu.

Saat kapal mulai tenggelam, lewat interkom kru kapal berulang kali memerintahkan penumpang agar tetap berada di dalam kabin.

Kabar tentang Sewol yang berada dalam masalah muncul pertama kali ketika seorang pelajar menggunakan ponselnya menghubungi pasukan penjaga pantai untuk meminta tolong.

Saat kapal-kapal pasukan penjaga pantai berdatangan, sang kapten, kepala kamar mesin, serta perwira pertama dan kedua adalah yang pertama kali diselamatkan.

Sementara penumpang dan kru yang berada di dek-dek bawah karena diperintahkan tetap berada di kabin mereka , menemui ajal.

Setelah aparat berwenang melakukan investigasi, pada 17 April 2014, pasukan penjaga pantai Korea Selatan menyimpulkan "berbelok tanpa sebab dan tiba-tiba" menjadi penyebab utama tenggelamnya Sewol.

Selain itu, kelebihan muatan juga dianggap sebagai salah satu faktor tenggelamnya Sewol. Di saat tenggelam, Sewol mengangkut 3.608 ton kargo atau tiga kali lipat lebih berat dari kapasitas yang hanya 987 ton.

Saat tenggelam Sewol membawa 920 ton truk, mobil, dan peralatan berat lainnya, 131 ton kontainer, dan 1.164 ton kargo lainnya.

Selain itu, Sewol hanya membawa 580 ton air pemberat, jauh lebih sedikit dari yang direkomendasikan yaitu 2.030 ton sehingga membuat kapal jauh lebih rentan miring dan tenggelam.

Harian Chosun Ilbo bahkan mengabarkan, kru Sewol memompa keluar ratusan ton air pemberat yang berada di bagian bawah kapal untuk mengakomodasi lebih banyak kargo.

Pada 19 April kapten feri Sewol ditangkap dan didakwa melakukan kelalaian dalam menjalankan tugas, melanggar hukum kelautan, dan pelanggaran lainnya.

Kapten juga meninggalkan meninggalkan kapal di saat para penumpang masih berada di atas feri yang tengah tenggelam itu, padahal undang-undang Korea Selatan jelas-jelas mengatur  bahwa kapten kapal harus tetap berada di posnya saat bencana datang.

Dua kru lainnya yaitu pemegang kemudi dan perwira ketiga juga ditahan karena melakukan kelalaian yang mengakibatkan hilangnya nyawa.

Pada 8 Mei 2014, CEO Chonhaejin Marine, perusahaan yang mengoperasikan Sewol, Kim Han-sik ditangkap dan dijerat beberapa dakwaan termasuk kelalaian yang mengakibatkan hilangnya nyawa.

Selain itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan Korea Selatan mencabut izin operasional  Chonghaejin Marine, terutama untuk rute Incheon-Pulau Jeju.


https://internasional.kompas.com/read/2018/04/16/12525141/hari-ini-dalam-sejarah-tragedi-tenggelamnya-kapal-feri-sewol

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke