Dalam sebuah pernyataan publik pertamanya pasca-terusir dari Douma, Minggu (8/4/2018) lalu, kelompok Jaish al-Islam menegaskan mereka terpaksa menyetujui kesepakatan dan meninggalkan wilayah Douma setelah adanya serangan gas beracun.
"Tentu saja, serangan kimia inilah yang mendorong kamu untuk penyetujui penarikan pasukan dari Douma," kata anggota tingkat tinggi Jaish al-Islam, Yasser Dalwan, Kamis (12/4/2018) kepada AFP.
Setelah menandatangani kesepakatan dengan pasukan rezim Assad, fraksi pemberontak tersebut meninggalkan pertahanan terakhir mereka di Ghouta Timur, kawasan pinggiran ibu kota Damaskus.
Pengumuman kesepakatan perjanjian antara fraksi Jaish al-Islam dengan pemerintah Suriah itu dibacakan beberapa jam pasca terjadinya serangan gas beracun yang diduga melanda kota Douma.
Rezim Suriah dan sekutunya Rusia membantah tuduhan akan serangan kimia maupun gas beracun di Douma, mendesak badan pengawas persenjataan kimia dunia untuk melakukan investigasi langsung.
Fraksi pemberontak Suriah, Jaish al-Islam bersikeras menolak kesepakatan evakuasi di Douma. Namun setelah serangan yang diduga gas beracun, mereka langsung menyepakati perjanjian.
Analis pun menyebut Presiden Suriah Bashar al Assad telah menggunakan senjata yang terlarang untuk menakuti-nakuti warga Douma dan mendorong pemberontak mundur tanpa perlawanan.
https://internasional.kompas.com/read/2018/04/12/22041011/serangan-gas-beracun-paksa-pemberontak-suriah-tinggalkan-douma
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan