Salin Artikel

Biografi Tokoh Dunia: Hans Christian Andersen Sang Pendongeng

Kedua cerita dongeng tersebut merupakan karya seorang penulis berkebangsaan Denmark, Hans Christian Andersen yang lahir di Odense pada 2 April 1805.

Tak hanya menulis cerita dongeng fiksi, Andersen juga memiliki banyak karya literasi lain, mulai dari naskah skenario pertunjukan, catatan perjalanan, novel, hingga puisi. Namun yang paling banyak dikenal hingga menjadi ikon budaya di negara Barat adalah kisah-kisah dongengnya.

Karya-karyanya dikenal melampaui batasan usia dan negara hingga telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 125 bahasa.

Kisah dongeng karya Andersen juga telah menjadi inspirasi dalam pertunjukan balet, drama panggung, sampai diadaptasi ke dalam animasi ataupun film.

Awal Kehidupan dan Karya Pertama

Andersen terlahir dalam sebuah keluarga miskin. Hal itu membuatnya harus berjuang keras untuk bertahan dalam struktur kelas masyarakat yang kaku di masa itu.

Harapan untuk memperbaiki hidupnya muncul setelah dia bertemu dengan Jonas Collin, salah seorang sutradara di Royal Theatre di Kopenhagen, ketika Andersen muda mencoba peruntungan sebagai aktor. Collin membiayai sekolah Andersen.

Meski masa sekolah merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan baginya karena memiliki kepala sekolah yang keras, berkatnya Andersen dapat melanjutkan pendidikan ke Universitas Kopenhagen pada 1828.

Setahun setelahnya, Andersen berhasil menerbitkan karya pertamanya, sebuah kisah romantis berjudul "Berjalan dari Kanal Holmen ke Titik Timur Pulau Amager" pada tahun 1829. Karya pertamanya terbilang sukses hingga membawanya menjadi seorang penulis naskah drama.

Sebagai penulis naskah drama, Andersen mengalami tantangan yang berbeda dengan yang pernah ditemui sebelumnya.

Dia sempat beberapa kali mengalami kegagalan sebelum meraih sukses pertamanya melalui drama The Mullato pada 1840, yang mengisahkan tentang kekejaman perbudakan.

Buku Kumpulan Dongeng

Meski pada akhirnya berhasil membuat naskah drama yang diakui, Andersen merasa dunia itu bukanlah untuknya. Andersen pun lebih dikenal sebagai seorang penulis novel.

Selain itu, Andersen juga lebih terkenal karena buku kumpulan kisah dongengnya yang dia terbitkan pertama kali pada 1835 yang berjudul "Dongeng, Cerita untuk Anak-anak".

Dua tahun berselang, Andersen mengeluarkan buku kumpulan dongeng keduanya. Dalam kumpulan seri dongeng itulah terdapat sejumlah cerita yang paling banyak dikenal hingga saat ini, yakni "Putri dan Kacang Polong", "Putri Duyung", dan juga "Baju Baru Sang Raja".

Namun demikian, kedua buku kumpulan dongengnya itu tak langsung meraih sukses karena justru tidak banyak terjual. Baru beberapa tahun setelahnya, kisah-kisah dongengnya banyak diceritakan hingga akhirnya diterjemahkan ke dalam empat bahasa pada 1845.

Selama hampir 30 tahun dari 1831 hingga 1873, Andersen telah banyak menghabiskan waktunya dengan melakukan perjalanan ke berbagai tempat dan negara. Dia telah berkeliling negara-negara di Eropa, Asia kecil, hingga Afrika.

Pengalaman saat dalam perjalanan itupun dituangkannya ke dalam sejumlah buku, di antaranya "Bazar Puisi" (1942), "Swedia" (1851) dan "Di Spanyol" (1863).

Buku-buku karya Andersen dikenal telah mendobrak aturan dalam penulisan karya sastra pada masanya dengan menggunakan idiom serta kalimat bahasa lisan.

Cerita fantasi yang ditulisnya banyak mengisahkan tentang keyakinan dan kemenangan yang akhirnya diraih oleh kebaikan. Tapi tidak semuanya seperti itu, karena Andersen juga menulis sejumlah kisah kelam yang berakhir dengan tidak bahagia.

Sebuah Pertemuan

Pada bulan Juni di tahun 1847, Andersen pertama kalinya berkunjung ke Inggris. Di sana dia bertemu dengan seorang penulis lain, Charles Dickens, yang sangat dikaguminya hingga dia menuliskan pertemuan itu dalam buku hariannya.

"Kami bertemu di sebuah beranda, saya sangat bahagia dapat bertemu dan berbicara dengan penulis Inggris yang terkenal dan paling saya kagumi," tulis Andersen.

Dari pertemuan itu, Andersen mengetahui jika dia juga dikenal oleh Dickens. Kedua penulis ini memiliki kesamaan dalam gaya penulisannya yang kerap mengangkat tema kemiskinan dan karakter kelas bawah yang berjuang dalam hidup.

Sepuluh tahun usai pertemuan itu, Andersen sempat kembali ke Inggris untuk mengunjungi temannya itu. Bahkan dia sempat menginap selama hampir lima pekan sebelum akhirnya diminta pulang ke negaranya.

Setelahnya, Andersen mencoba kembali menghubungi Dickens melalui surat, namun dia tidak pernah mendapat balasan dari Dickens dan tidak mengerti alasannya.

Andersen dikenal sebagai orang yang hampir tidak pernah membuang atau menghancurkan apa yang pernah ditulisnya. Karenanya, buku harian, surat-surat hingga catatan yang berjumlah ribuan masih terawat hingga saat ini.

Akhir Kehidupan

Pada musim semi tahun 1872, Andersen terjatuh dari tempat tidurnya dan mengalami cedera yang tak pernah sembuh sepenuhnya. Beberapa waktu setelahnya, Andersen didiagnosis menderita gejala kanker hati.

Hingga pada 4 Agustus 1875, Andersen dinyatakan meninggal dunia di usia 70 tahun akibat sakit yang dideritanya. Dia meninggal dunia di sebuah rumah di Kopenhagen, dekat dengan tempat tinggal teman baiknya, seorang bankir bernama Moritz Melchoir.

Dia dimakamkan di Kopenhagen di makam keluarga Collins sebelum akhirnya dipindahkan pada 1914 ke sebuah makam bagi anggota keluarga muda Collins. Di batu nisannya dipahat nama H.C.Andersen.

https://internasional.kompas.com/read/2018/04/02/17000061/biografi-tokoh-dunia--hans-christian-andersen-sang-pendongeng

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke