Salin Artikel

Sebelum Dibunuh, Kim Jong Nam Sempat Bertemu Agen Rahasia AS

Dalam sidang yang menghadirkan dua perempuan yang diduga menjadi pelaku pembunuhan Kim Jong Nam, majelis hakim mendengarkan keterangan bahwa pria itu sempat pergi ke pulau wisata Langkawi pada 9 Februari 2017.

Di pulau itulah Kim Jong Nam diyakini bertemu dengan seorang agen rahasia AS. Namun, Wan Azirul Nizam, yang memimpin investigasi kasus ini mengatakan, sejauh ini identitas sang agen belum diketahui.

Meski demikian, Nizam bisa memastikan bahwa Kim Jong Nam membawa uang tunai 138.000 dolar AS atau sekitar Rp 1,8 miliar di tas ranselnya.

Tas itu juga dibawa Kim Jong Nam saat diserang di bandara Kuala Lumpur empat hari kemudian. Fakta ini ditemukan setelah polisi memeriksa laptop milik Kim Jong Nam.

Hasil pemeriksaan itu menunjukkan bahwa sebuah kartu memori dimasukkan ke komputer itu beberapa kali pada 9 Februari. Namun, kartu memori tersebut hingga kini tak bisa ditemukan.

Nizam menambahkan, dia mengirimkan seorang petugas untuk melakukan investigasi terkait perjalanan lima hari Kim Jong Nam ke Langkawi.

Langkah itu dilakukan untuk menguak motif di balik pembunuhan terhadap saudara Kim Jong Un tersebut.

Soal kemungkinan Kim Jong Un bertemu dengan agen rahasia Amerika Serikat juga disampaikan guru besar Universitas Waseda Tokyo Toshimitsu Shigemura.

"Kami mengetahui Kim Jong Nam pernah bertemu dengan agen rahasia Korea Selatan dan dia berada di bawah perlindungan China saat berada di China dan Makau," kata Shigemura, yang juga pakar masalah Korea Utara.

"Jadi tak mengagetkan jika dia juga bertemu dengan agen rahasia Amerika Serikat," tambah Shigemura.

Shigemura menambahkan, Kim kemungkinan menukarkan informasi tentang rezim Pyongyang dengan sejumlah uang.

Sementara AS kemungkinan besar menjanjikan kemungkinan dia akan menduduki tampuk kepemimpinan Korea Utara jika Kim Jong Un terguling.

"Amerika menginginkan semua informasi tentang Kim Jong Un untuk memastikan kekuasaannya, soal perlawanan internal, siapa saja tokoh yang sedang naik daun, dan yang sedang tersingkir," ujar Shigemura kepada harian The Telegraph.

"Amerika juga sedang memetakan apalah Kim Jong Un bersedia bernegosiasi untuk hal-hal tertentu, atau apakah dia memang benar-benar berbahaya," lanjut Shigemura.

Amerika, lanjut Shigemura, secara khusus amat tertarik akan setiap rumor terkait kemungkinan kudeta terhadap Kim Jong Un.

Dalam beberapa pekan terakhir muncul sejumlah petunjuk terkait kemungkinan adanya perlawanan di dalam tubuh militer Korea Utara.

Benih perlawanan ini, lanjut Shigemura, muncul setelah Kim Jong Un mengubah tanggal hari jadi angkatan bersenjata Korea Utara menjadi setelah hari jadi Partai Pekerja Korea.

Keputusan itu menunjukkan bahwa Kim Jong Un mencoba melepaskan diri dari kebijakan ayahnya yang amat mengutamakan militer dan lebih mendahulukan partai.

Di saat yang sama muncul rumor bahwa Kim Jong Un tengah melakukan pembersihan terhadap sejumlah perwira tinggi militer.

Sejumlah analis meyakini perlawanan internal menjadi satu-satunya cara untuk menggulingkan Kim Jong Un dari kekuasaannya.

Dan kabarnya China lebih menyukai Kim Jong Nam sebagai penerus dinasti kekuasaan di Korea Utara.

Kasus pembunuhan Kim Jong Nam ini menyeret seorang warga Indonesia, Siti Aisyah dan perempuan Vietnam Doan Thi Huong yang dituduh terlibat dalam pembunuhan tersebut.

Sementara, sejumlah tersangka yang merupakan warga negara Korea Utara hingga saat ini belum bisa ditangkap.

Baik Siti Aisyah dan Doan Thi Huong menyatakan diri tak bersalah. Mereka bersikukuh menjadi korban penipuan dan memahami aksi mereka adalah bagian dari sebuah acara "reality show" di televisi.

https://internasional.kompas.com/read/2018/01/30/17255211/sebelum-dibunuh-kim-jong-nam-sempat-bertemu-agen-rahasia-as

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke