Ketua komunitas pengungsi Rohingya di Distrik Cox's Bazaar, Sirajul Mostofa menyatakan belum mengetahui isi kesepakatan kedua negara.
"Yang jelas, sebelum kami kembali ke Myanmar, kami memprioritaskan tiga hal," kata Mostofa seperti dikutip BBC Selasa (16/1/2018).
Pertama, Mostofa meminta agar Myanmar mengakui Rohingya sebagai bagian dari keragaman etnis di Myanmar.
Sejak dihapus status kewarganegaraannya dari Myanmar pada 1982, Rohingya dijuluki sebagai "Bengalis". atau imigran ilegal dari Bangladesh.
Kedua, Mostofa menuntut agar pemerintah mengembalikan tanah yang dipunyai Rohingya.
"Ketiga, kami meminta keamanan kami dijamin oleh internasional. Tanpa tiga hal itu, perkembangan apapun bukan hal baik bagi kami," terang Mostofa.
Sebelumnya, kedua negara menyepakati pemulangan Rohingya bakal rampung dalam jangka waktu dua tahun.
Namun, kesepakatan tersebut hanya berlaku untuk pengungsi Rohingya yang melarikan diri ke Myanmar akibat kasus kekerasan yang terjadi sejak Agustus 2017.
Dengan kata lain, tidak untuk pengungsi Rohingya yang tinggal di Bangladesh sebelumnya, yang diperkirakan PBB berjumlah sekitar 200.000 orang.
"Selama pertemuan dua hari ini kami telah menyepakati formulir yang harus diisi para pengungsi untuk dapat kembali ke Myanmar," kata duta besar Bangladesh untuk Myanmar, Mohammad Sufiur Rahman.
Menteri Luar Negeri Bangladesh, Shahidul Haque berkata, Myanmar sanggup untuk memulangkan sekitar 1.500 orang per pekan.
Awalnya, kata Haque, Bangladesh mendesak Myanmar agar bersedia memulangkan 15.000 pengungsi setiap minggunya.
Namun, negara pimpinan Aung Konselor San Suu Kyi itu hanya sanggup di angka 1.500.
"Jadi, kami berkompromi. Namun, kebijakan ini akan dievaluasi tiga bulan ke depan dengan opsi peningkatan jumlah pengungsi yang dipulangkan," ucap Haque.
https://internasional.kompas.com/read/2018/01/16/20171751/rohingya-prioritaskan-3-hal-ini-sebelum-kembali-ke-myanmar