Salin Artikel

Pengungsi Rohingya Simpan "Memori" Kampung Halaman di Ponsel

Mereka melewati perbatasan di selatan Bangladesh dengan meninggalkan desa, rumah, hewan ternak, barang berharga dan semua yang mereka pernah miliki.

Kini, semua itu hanya tersisa sebagai "memori" di dalam ingatan mereka dan juga dalam ponsel mereka.

Salah satu pengungsi, Mohammad Fahid (15), mengaku masih sering mengingat-ingat tentang kehidupannya di Rakhine.

Kadang dia mengingat teman-temannya dan setiap momen yang mereka habiskan bersama di Myanmar.

Dan ketika ditanya hal yang paling dirindukannya, Fahid menjawab dia paling merindukan saat-saat bersekolah.

"Aku ingat negaraku. Aku sangat merindukannya," kata dia.

Hidup di pengungsian yang padat tidak pernah mudah. Tanpa memiliki kesempatan untuk bekerja, para pengungsi paling khawatir dengan apa yang bisa mereka makan di hari esok.

Hampir 60 persen pengungsi Rohingya adalah anak-anak. Mereka menghabiskan waktu di pengungsian dengan berlarian di sekitar kamp dan terkadang membantu orangtua mereka mencari kayu bakar.

Saat tidak sedang bermain, Abdul Hasan (16), mencoba mengingat kembali kehidupannya di kampung halaman.

Dia pun memutar kembali rekaman video di ponselnya. Memperlihatkan saat Hasan dan teman-temannya berpesta kelapa setelah usai wisata sepulang sekolah.

Mereka menyanyikan lagu-lagu perjuangan yang menceritakan keberanian pemimpin Rohingya Ata Ullah, sambil menikmati air kelapa, tertawa dan dilanjutkan bermain saling lempar kelapa.

Mujib Ullah (22), sedang duduk di samping saudara perempuannya di dalam tenda penampungan yang gelap di kamp pengungsi Kutupalong.

Seketika terbesit di benaknya saat pasukan keamanan Myanmar menyerang desanya di Khularbil, bersama dengan desa tetangga Borgiyabil.

Ullah memutar kembali rekaman di ponselnya. Menunjukkan saat warga Borgiyabil berusaha memadamkan api akibat bensin yang dilemparkan militer Myanmar.

Meski bersusah payah mencoba memadamkan api dengan air dan juga pasir, rumah itu terus terbakar hingga habis.

Masih jelas dalam ingatannya, saat keluarganya mencoba keluar rumah setelah kekacauan itu, berpikir militer telah pergi meninggalkan desa mereka.

Namun tiba-tiba suara senapan terdengar dan peluru beterbangan ke arah penduduk desa.

"Beberapa orang berhasil menyelamatkan diri dan beberapa yang lain tidak. Saudaraku tidak dapat menyelamatkan diri," kata Ullah.

Ratusan ribu pengungsi Rohingya berada di kamp pengungsian di Bangladesh sejak Agustus.

Meskipun kesepakatan tentang pemulangan dan pemindahan pengungsi Rohingya telah dimulai antara pemerintah Bangladesh dan Myanmar, tampaknya masih akan sangat lama sebelum mereka dapat kembali ke rumah.

https://internasional.kompas.com/read/2017/12/28/16135271/pengungsi-rohingya-simpan-memori-kampung-halaman-di-ponsel

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke