Salin Artikel

Konflik Israel-Palestina (3): Sejumlah Konflik Awal di Palestina

Namun, kerusuhan besar pertama di wilayah Mandat Palestina sudah terjadi pecah pada 1-7 Mei 1921 yang dikenal dengan Kerusuhan Jaffa.

Awalnya kerusuhan ini dipicu sengketa dua kelompok warga Yahudi yang kemudian melebar hingga melibatkan kelompok penduduk Arab.

Kerusuhan ini berawal saat Partai Komunis Yahudi pada 1 Mei 1921 mengajak bangsa Arab dan Yahudi menggulingkan kekuasaan Inggris di Palestina dan mendirikan sebuah negara Palestina yang berafiliasi dengan Uni Soviet.

Partai menyampaikan niat ini dalam sebuah parade dari kota Jaffa ke Tel Aviv saat merayakan Hari Buruh Sedunia atau May Day.

Parade ini melintasi sebuah perkampungan bernama Manshiyya yang berpenghuni campuran Arab dan Yahudi.

Ternyata ada parade May Day lain yang dilakukan kelompok pesaing dari Tel Aviv, Ahdut HaAvoda.

Kelompok ini melakukan parade tanpa memberi tahu polisi dan saat kedua kelompok bertemu, bentrokan tak terelakkan.

Polisi berusaha memisahkan sekitar 50 pengunjuk rasa komunis. Sementara warga Arab Kristen dan Islam ikut campur membantu polisi melawan orang Yahudi. Insiden ini dengan cepat menyebar ke bagian selatan kota.

Warga Arab di Jaffa yang mengira terjadi pemukulan terhadap saudara-saudaranya datang sambil membawa berbagai senjata menyerang permukiman Yahudi.

Selanjutnya kerusuhan berlanjut selama beberapa hari di beberapa kota, seperti Rehovot, Kfar Sava, Petah Tikva, dan Hadera.

Kerusuhan itu berakhir pada 7 Mei 1921 dan mengakibatkan 47 orang Yahudi dan 48 orang Arab tewas. Selain itu, 146 orang Yahudi dan 73 warga Arab terluka.

Ribuan warga Yahudi Jaffa akhirnya meninggalkan kota itu dan mencari perlindungan di Tel Aviv yang pada saat itu masih didominasi tenda dan rumah-rumah sementara di tepi pantai.

Salah satu akibat dari kerusuhan Jaffa ini adalah pembentukan Haganah, pasukan paramiliter Yahudi. Haganah inilah yang menjadi cikal bakal angkatan bersenjata Israel.


Kerusuhan Palestina 1929

Insiden ini terjadi pada akhir Agustus 1929 akibat dari perebutan Tembok Barat Yerusalem antara kelompok Arab dan Yahudi yang meningkat menjadi aksi kekerasan.

Dalam kerusuhan yang terjadi pada 23-29 Agustus 1929 itu, 133 warga Yahudi dan 110 warga Arab tewas serta lebih dari 600 orang dari kedua kubu terluka.

Seusai kerusuhan, Pemerintah Mandat Palestina mengajukan para tersangka provokator ke meja hijau.

Dari hasil sidang itu, 26 warga Arab dan dua warga Yahudi terbukti membunuh dan dijatuhi hukuman mati.

Hukuman denda juga dijatuhkan secara kolektif kepada warga Arab di Hebron, Safed, dan sejumlah desa. Denda yang terkumpul kemudian diberikan kepada para korban kerusuhan.

Kerusuhan ini kemudian diselidiki sebuah komisi investigasi yang dibentuk Pemerintah Inggris.

Hasilnya, komisi investigasi menyarankan agar Pemerintah Inggris meninjau ulang kebijakan imigrasi dan penjualan tanah kepada bangsa Yahudi.

Setelah kerusuhan 1929, situasi politik di Mandat Palestina, meski tidak mendingin, relatif terkendali.

Hingga pecahlah Revolusi Arab (1936-1939) di Palestina yang bertujuan menentang kekuasaan Inggris dan mencegah imigrasi Yahudi yang kembali masif.

Revolusi itu sendiri berakhir dengan kegagalan dan korban jiwa yang besar. Akibat revolusi tiga tahun itu, 300 orang Yahudi, 5.000 warga Arab, dan 262 polisi Inggris tewas.

Selain itu, lebih dari 15.000 orang luka-luka. Meski gagal, revolusi ini memberi dampak signifikan bagi warga Yahudi, Arab, dan penguasa Inggris. (bersambung)

 

https://internasional.kompas.com/read/2017/12/11/08000031/konflik-israel-palestina-3-sejumlah-konflik-awal-di-palestina

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke