Salin Artikel

Melirik Kemesraan Trump-Xi Jinping dan Implikasinya bagi Indonesia

Meskipun, kebijakan-kebijakan keamanan tradisional masih tetap diterapkan oleh kedua negara khususnya di kawasan Laut China Selatan (LCS).

Dalam keadaan tersebut, Indonesia harus cermat mengantisipasi peluang dan tantangan atas implikasi dari pertemuan tersebut.

Kunjungan Presiden Trump ke China seakan menjanjikan sebuah paradigma baru pada hubungan kedua negara. Orientasinya adalah penguatan kerja sama bisnis dan perdagangan.

Keduanya telah menyepakati kerja sama senilai 253 miliar dollar AS dan menjadikan kunjungan tersebut salah satu kesepakatan bisnis dan perdagangan terbesar selama yang pernah ada.

Pertanyaannya, apakah implikasi pertemuan dan "kemesraan" AS-China ini bagi politik global?

Xi Jinping menyampaikan bahwa terdapat masa depan yang cerah antara hubungan ekonomi dan perdagangan antara China dan Amerika.

Trump menambahkan bahwa ia ingin mempererat hubungan kedua negara bahkan lebih kepada hubungan persahabatan antara masyarakat di kedua negara.

Dalam dialognya dengan media, Presiden Xi menyebutkan bahwa kerja sama adalah pilihan terbaik bagi China dan Amerika Serikat.

Presiden Trump juga menyampaikan bahwa tidak ada yang lebih penting selain hubungan China dan Amerika Serikat.

Uniknya, Trump menegaskan bahwa dirinya tidak menyalahkan China jika negara tersebut mengambil kesempatan yang besar dalam globalisasi dan terjadi unfair trade antara kedua negara.

Aliansi baru?

Kunjungan kenegaraan Presiden Amerika Serikat ke Asia dapat dikatakan sebagai kunjungan ke negara-negara sekutu, seperti Jepang, Korea Selatan, Filipina, dan Vietnam, sebagai new strategic partner.

Selain perjanjian bisnis dan perdagangan, memanasnya hubungan Amerika Serikat dan Korea Utara juga menjadi isu pembicaraan antara Trump dan Xi Jinping selama pertemuan dua negara tersebut.

Berkali-kali dalam pidatonya, Trump menekankan agar China dapat mendukung gerakan denuklirisasi Korea Utara. Lebih lanjut, Trump meminta Beijing untuk memotong jaringan keuangan yang ada di Korea Utara.

Behavioural approach yang dilakukan Amerika Serikat terhadap China seakan hendak membuat aliansi baru untuk mengepung Korea Utara.

Harmonisasi hubungan kedua negara memang dapat terlihat dari kerja sama bisnis dan perdagangan. Namun, kondisi hubungan politik nampaknya masih dinamis dan cenderung berseberangan, khususnya dalam isu LCS.

Muscle flexing policy adalah istilah untuk menggambarkan sebuah kebijakan yang bersifat militeristik untuk menunjukkan kekuatan absolutnya. Kebijakan tersebut digunakan untuk membuat negara lain gentar.

Sebagai contoh, negara menunjukkan kekuatan militer atau mengadakan latihan militer di daerah konflik atau sengketa untuk memberi sinyal kesiapan berkonfrontasi.

Sejak 2015, kapal perang AS sempat beberapa kali terlihat melintas dekat beberapa pulau yang diklaim oleh China di kawasan LCS.

Di samping itu, diketahui juga bahwa China membangun fasilitas militer dan membangun pulau-pulau buatan di kawasan sengketa tersebut.

Kedua negara terlihat unjuk gigi dalam pamer kekuatan militer di kawasan LCS. Hal ini menandakan bahwa rivalitas politik mengikuti pola keamanan tradisional tentu saja akan berpotensi terus terjadi antara China dan AS.

Pertanyaannya, apakah di masa yang akan datang kontestasi praktik muscle flexing policy di LCS dapat berubah menjadi sebuah kolaborasi manis sebagaimana kerja sama di sektor bisnis antara dua negara adidaya ini?

Atau sebaliknya, apakah kolaborasi bisnis ini yang justru hanya bersifat sementara karena gagal merukunkan kedua negara untuk menjadi kekuatan aliansi kolaboratif baru dalam politk dunia akibat keras dan panasnya sengketa LCS?

Kontestasi tersebut mungkin saja hanya berubah menjadi kolaborasi taktis khususnya dalam menghadapi agresivitas Korea Utara yang memang dapat mengganggu kepentingan nasional kedua negara adidaya tersebut di kawasan sensitif Asia Timur.

Implikasi bagi Indonesia

Implikasi yang signifikan dapat dirasakan Indonesia jika dapat memanfaatkan kesempatan kemesraan AS-China di sektor bisnis ini sebaik-baiknya dan mengambil momentum kedekatan kedua negara tersebut untuk memajukan kepentingan nasional kita.

Sebagai negara berkategori middle power country, Indonesia dapat memanfaatkan kemesraan AS dan China untuk menjadi penengah dalam isu LCS serta menjadi pemain utama yang harus didengar oleh kedua negara adidaya.

Indonesia juga dapat memainkan peranan konsepsi presepsi (constructivism) dalam politik internasional. Robert Jervis menyampaikan bahwa persepsi dan mispersepsi dalam politik internasional sangat memengaruhi kebijakan luar negeri sebuah negara.

Dengan demikian, segala bentuk kerja sama yang dilakukan Indonesia terhadap China maupun AS tidak lagi dipandang sebagai usaha untuk menanamkan atau memperebutkan pengaruh hegemoni di kawasan Asia Tenggara. Namun, hal itu dilakukan untuk mencapai pembangunan ekonomi yang inklusif di kawasan emas tersebut.

Masyarakat Indonesia juga harus cermat dan rasional melihat isu China ini. Di saat isu-isu keamanan tradisional seperti ideologi, politik, dan kedaulatan sedang ramai digoreng di media sosial, justru negara-negara seperti Amerika Serikat, bahkan Arab Saudi, saja merapat ke China untuk mengambil manfaat dan keuntungan dari kebangkitan ekonomi negeri Tirai Bambu tersebut.

Masyarakat juga harus bisa melihat peluang-peluang dari China yang dapat menguntungkan dan membawa manfaat bagi Indonesia. Untuk itu, kecurigaan dan ketakutan perlu ditinggalkan dan diganti oleh sikap rasional, cerdas, meski kehati-hatian tetap harus terus dilakukan.

Itu seperti halnya Presiden Trump yang mulai menjalin "kemesraan" dengan China, walaupun AS masih tetap mengamati isu di LCS yang belum menemui titik temu. Kesempatan justru muncul di kala krisis. Begitu, bukan?

https://internasional.kompas.com/read/2017/11/23/06283391/melirik-kemesraan-trump-xi-jinping-dan-implikasinya-bagi-indonesia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke