Salin Artikel

25.000 Anak Etnis Rohingya di Pengungsian Alami Gizi Buruk

Kondisi medis serius akibat tidak mendapatkan semua nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh ini, bisa menjadi pembunuh nomor satu bagi anak-anak tersebut.

Dilansir dari AFP, Jumat (10/11/2017), Kepala Perwakilan UNICEF, Edouard Beigbeder mengatakan, kekurangan gizi parah berisiko mengancam nyawa anak-anak, padahal penyakit tersebut dapat dicegah dan disembuhkan.

"Anak-anak Rohingnya telah selamat dari kengerian di Rakhine dan telah menempuh perjalanan berbahaya. Mereka membutuhkan pertolongan sekarang," katanya.

PBB menyebut setengah dari pengungsi Rohingnya merupakan anak-anak. Beberapa telah meninggal, namun belum diketahui penyebabnya.

Seorang balita berusia hampir dua tahun, Mohammad Sohail terus menangis tak terkendali saat antre menemui dokter. Dia menjadi salah satu dari ribuan anak etnis Rohingnya yang menderita gizi buruk.

Ayahnya terbunuh ketika operasi militer Myanmar menyerang desanya di Rakhine. Kejadian itu memaksa ibunya, Hasan Begum dan beberapa anggota keluarga lain, untuk melarikan diri dan bergabung dengan 610.000 pengungsi lainnya di Banglades.

Selama 7 hari perjalanan, keluarga tersebut tidak makan, Mereka melintasi perbukitan dan melewati hutan menuju perbatasan Banglades.

Kini, Mohammad Sohail terlihat sangat kurus, seakan hanya kulit yang membalut tulangnya.

"Kami berjalan berhari-hari melalui hujan deras, dingin, dan panas. Kedua anak saya menderita demam, diare, dan sejak itu kehilangan nafsu makan," kata Begum.

Para pengungsi etnis Rohingya juga terpaksa menjual makanan ke penduduk lokal Banglades untuk mengumpulkan uang yang digunankan membeli barang rumah tangga dan keperluan lainnya, seperti kayu bakar dan pakaian.

https://internasional.kompas.com/read/2017/11/10/14372221/25000-anak-etnis-rohingya-di-pengungsian-alami-gizi-buruk

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke