Salin Artikel

Mengintip Sekolah Pro Korea Utara di Jepang

Padahal, gelombang ketegangan makin tinggi setelah senjata nuklir Korut yang mematikan mengancam wilayah itu.

Dilansir dari AFP, Sabtu (4/11/2017), sekolah tersebut merupakan salah satu dari 60 sekolah "pro Pyongyang" di Jepang, yang melayani komunitas etnis dari Korea selama beberapa dekade.

Mereka memelihara hubungan dengan Korut, meskipun tidak pernah tinggal di wilayah negara pimpinan Kim Jon Un.

Ada sekitar 500.000 etnis Korea di Jepang, kebanyakan keturunan penduduk Korea yang dibawa dari rumah mereka, saat kolonisasi brutal Jepang di semenanjung Korea pada 1910.

Penjajahan Jepang berakhir ketika mengalami kekalahan pada Perang Dunia II pada 1945.

Pembagian semenanjung Korea menjadi utara dan selatan terjadi saat Perang Korea pada 1950-1953, yang diikuti pemecahan kelompok masyarakat.

Beberapa yayasan pendidikan Korea seperti di Jepang memperoleh dukungan pendanaan dari organisasi pro Korut.

Sekolah itu terus mengajarkan bahasa Korea dan sejarah, di bawah pengawasan Asosiasi Masyarakat Korea di Jepang.

Asosiasi tersebut mengaku secara de facto sebagai duta besar Korut di Jepang, sekaligus mengisi kekosongan perwakilan resmi diplomatik.

Etnis Korea sudah lama mengalami diskriminasi, seperti peluang kerja dan kesejahteraan sosial.

Kepala sekolah, Shin Gil Ung mengatakan, setiap mendengar pemberitaan tentang Korut, sekolah mendapatkan panggilan telepon anonim yang mengancam akan mengebom sekolah atau membunuh siswa di dekat stasiun.

"Siswi tidak lagi memakai seragam sekolah di kereta," tambahnya.

Bagi orangtua etnis Korea yang ingin mengajarkan anaknya bahasa dan sejarah Korea, sekolah pro Korut menjadi satu-satunya pilihan.

"Karena mereka bukan orang Jepang. Aku ingin anakku belajar bahasa dan semangat etnis. Itu hal paling penting," ujar seorang ibu, Hwang.

Jepang tengah berada dalam posisi waspada mengingat Korut telah melepaskan dua rudalnya melewati pulau-pulau di sebelah utara Jepang.

Peluncuran rudal itu membuat warga ketakutan dan bergegas berlindung di tempat penampungan.

Korut bahkan mengancam akan menenggelamkan Jepang ke dalam laut. Pernyataan tersebut makin membuat kegelisahan etnis Korea di Jepang.

Terlebih, generasi muda etnis Korea menganggap Jepang sebagai satu-satunya rumah yang mereka kenal.

Seorang pengacara etnis Korea, Ri Chun Hui menilai, kemarahan yang diarahkan ke komunitasnya akibat provokasi Korut bukanlah hal yang baru.

Korut pernah menculik beberapa warga Jepang pada akhir 1970-an hingga awal 1980-an. Mereka dibawa pergi untuk melatih bahasa dan budaya Jepang ke agen mata-mata Korut.

"Warga Korea pernah dianggap sebagai korban kolonisasi Jepang, tapi sekarang kita diperlakukan seperti pelaku penculikan," katanya.

Kendati pemimpin Korut kala itu, Kim Jong Il mengembalikan lima warga Jepang, namun beberapa lainnya tak pernah kembali, salah satunya Megumi Yokota yang hilang pada usia 13 tahun.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada kunjungan kenegaraannya ke Jepang, dijadwalkan mengunjungi keluarga Megumi.

https://internasional.kompas.com/read/2017/11/04/14500111/mengintip-sekolah-pro-korea-utara-di-jepang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke