Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militer Ultimatum Militan Marawi Agar Menyerah atau Mati

Kompas.com - 31/05/2017, 06:39 WIB

MARAWI, KOMPAS.com - Militer Filipina menyerukan kepada anggota militan Maute di Marawi untuk menyerahkan diri atau dibunuh dalam operasi militer untuk melumpuhkan kelompok pro-ISIS itu.

"Kami menyerukan kepada teroris yang masih tersisa untuk menyerahkan diri ketika masih ada kesempatan," kata juru bica.ra militer Brigjen Restituto Padilla kepada wartawan pada Selasa (30/5/2017) seperti dilaporkan Reuters.

Baca: Marawi Sudah Direbut, Parlemen Pertanyakan Status Darurat Militer

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan kelompok militan Maute masih berlangsung di Marawi, Mindanao, Filipina selatan.

Perkembangan tersebut terjadi meskipun kemarin militer sempat mengatakan, pertempuran sudah mencapai tahap akhir untuk merebut kembali Marawi.

Pemberontak Maute menguasai sebagian wilayah kota Marawi pekan lalu sebegai buntut kegagalan militer menangkap Isnilon Hapilon, pemimpin milisi Abu Sayyaf yang pro-ISIS.

Sementara itu, kondisi beberapa ratus warga sipil yang terjebak di dalam kota Marawi dikhawatirkan bertambah buruk.

Di antara mereka yang belum dievakuasi adalah 16 warga negara Indonesia yang melakukan misi dakwah di sana.

Sementara itu, ribuan orang warga kota telah menyelamatkan diri dari pertempuran yang menyebabkan 19 warga sipil meninggal dunia.

Selain itu, menurut data resmi, pertempuran di Marawi juga merenggut nyawa 17 tentara, tiga polisi, dan menewaskan 65 anggota milisi.

Sebagian warga mengungsi ke Provinsi Lanao del Norte, ke arah utara dari Marawi, dan mereka mengatakan harus menempuh perjalanan yang amat sulit untuk menyelamatkan diri.

"Kami melarikan diri dengan mendaki gunung setempat walaupun jalur ini panjang. Kami melewati kawasan perairan, bebatuan dan hutan untuk mencapai tempat ini," ungkap seorang warga Marawi, Sainodin Cawie Mama.

Baca: Pejuang Muslim Moro Ingin Bantu Tentara Perangi Militan di Marawi

Pengungsi lainnya berharap pertempuran akan segera berakhir.

"Kami berharap akan tercipta perdamaian karena saat ini bulan Ramadhan dan semestinya kami merayakannya bersama keluarga, tetapi sebaliknya, banyak orang tercerai berai dan sebagian anggota keluarga meninggal dunia," kata Amerah Dagalangit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com