Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasukan Irak Berjuang Merebut Kantung Terakhir ISIS di Mosul

Kompas.com - 28/05/2017, 19:01 WIB

MOSUL, KOMPAS.com - Pasukan Irak pada Sabtu (27/5/2017) melancarkan operasi untuk merebut kembali kantung terakhir yang dikuasai Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) di Mosul, menurut pernyataan militer.

Kejatuhan kota itu akan menandai akhir dari "kekhalifahan" yang hampir tiga tahun lalu dideklarasikan oleh pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi, yang juga meliputi bagian-bagian dari Suriah.

Daerah kantung itu meliputi pusat Kota Tua dan tiga daerah yang berdekatan di sepanjang tepi barat Sungai Tigris.

Serangan yang didukung Amerika Serikat di Mosul sekarang jalan delapan bulan, lebih lama dari rencana karena para militan sembunyi di antara warga sipil.

"Pasukan gabungan sudah mulai membebaskan distrik-distrik yang tersisa," demikian pernyataan militer Irak, sebagaimana dilaporkan Reuters, Mingghu (28/5/2017)

Baca: ISIS Bunuh Ratusan Warga Mosul, Mayat Digantung di Tiang Listrik

Pernyataan militer yang lain mengumumkan kematian dua kolonel Irak selama pertempuran Sabtu.

Warga yang putus asa terjebak di belakang garis ISIS sekarang menghadapi situasi mengerikan dengan sedikit makanan dan air, tanpa listrik, dan akses terbatas ke rumah sakit.

Angkatan Udara Irak pada Jumat menjatuhkan selebaran untuk mendorong warga melarikan diri namum kelompok-kelompok kemanusiaan mengatakan mereka mengkhawatirkan warga yang hendak melarikan diri.

Bendera hitam

Serangan di dalam Kota Tua bertepatan dengan awal bulan suci Ramadhan. Target utama serangan adalah masjid abad pertengahan Al Nuri dengan menara tengaranya, tempat bendera ISIS berkibar sejak pertengahan 2014.

Pasukan keamanan Irak berharap bisa merebut kembali masjid tempat Baghdadi mengumumkan "kekhalifahan" itu dalam beberapa hari mendatang.

Baca: Begini Cara ISIS Bebaskan Abu Bakr al-Baghdadi dari KotaMosul

Warga Kota Tua terdengar sangat putus asa dalam wawancara telepon dalam beberapa hari terakhir.

"Kami menunggu kematian setiap saat, karena pengeboman atau kelaparan," kata seorang warga yang minta identifikasinya tak disebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com